Beranda / Urban / Hasrat sang Konsultan Idaman / Bab 23. Bantuan Dan Tante Gemas

Share

Bab 23. Bantuan Dan Tante Gemas

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-13 17:43:15

Tengah berbincang di teras megah kediaman itu seorang pria paruh baya yang datang bersama istrinya, yang ditemui oleh Hendra Winata sendiri selaku tuan rumahnya.

"Jadi bagaimana baiknya dengan putraku Rudy itu, Hendra..? Saat ini dia tengah terbaring dii rumah sakit, karena luka dalam di dada dan juga luka di kepalanya.

Pastilah kecelakaan Rudy itu akibat beban pikirannya yang terbawa di jalan raya. Sehingga dia lengah dan celaka. Atas nama persahabatan kita selama ini.

Kami mohon kebijakkan darimu Hendra, agar putraku itu bisa kembali bekerja di Winata Group..?" ujar Alex, ayah Rudy yang juga adalah bawahan Hendra dulu.

Ya, Alex memang menjabat sebagai kepala manajer pemasaran di Winata Group, sebelum dia digantikan oleh Rudy putranya. Dan dia juga adalah sahabat Hendra, yang ikut bersama Hendra merintis Winata Group dari bawah.

"Hhh.. Alex. Kau pasti tahu dan memaklumi, jika saat ini perananku di Winata Group sebagian besar sudah kuserahkan pada Lidya putriku.

Aku turut prihati
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 24. Putus Persahabatan Dan Panggilan

    "Mmmhhp..! Maaf Bimo, aku lagi gemes sama kamu. Mmhhf..!" seru Rindy, disela kegemasannya memeluk dan menciumi wajah Bimo. "Ehh..! T-tante..! I-ini tak pantas..!" seru Bimo seraya mengelakkan wajahnya, yang telah tercuri 3 buah ciuman gemas dari Tante Rindy. Perlahan Rindy menyudahi kegemasan dan godaannya pada Bimo. Bimo pun akhirnya perlahan berhasil merenggangkan pelukkan Rindy di tubuhnya. "Hihihii..! Siapa suruh kau juga membuat sepupuku Lidya menyukaimu, selain si Devi semalam. Kau benar-benar membuatku gemas Bimo," ujar Rindy dengan senyum gemas, seraya menggigit ujung bibirnya yang merekah. 'Ahh, dasar wanita. Aneh..! Bisa bahaya jika Ki Brajangkala tiba-tiba meminta jatahnya tadi', bathin Bimo, yang masih tertegun dengan kejadian dadakkan barusan. Dia sungguh tak menyangka Tante Rindy akan berbuat hal aneh seperti tadi. 'Sepertinya keputusanku untuk segera pindah dari sini sudah benar. Baiklah, nanti malam aku akan bicara soal kepindahanku ke Gorbo pada Tante Rindy', bat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 25. Pertemuan Dan Kejadian

    "Baik Lidya. Tenanglah, semua akan baik-baik saja," ujar Bimo tersenyum, saat melihat kecemasan di wajah Lidya. "Iya Mas Bimo. Tak biasanya Ayah bersikap begini padaku," ucap Lidya, seraya terus melangkah ke arah mobilnya. Bimo pun berjalan tenang di sisi Lidya. Tak lama kemudian tibalah mereka di daerah Gading Kelapa, daerah di mana Hendra Winata membangun istana kediamannya. Setelah melalui dua gerbang pos security di kediaman Hendra, akhirnya mereka pun masuk ke area halaman kediaman konglomerat sukses itu. Bimo pun mengikuti Lidya turun dari mobil, saat mereka tiba di garasi parkir luas sebuah rumah mewah dan megah milik Hendra. Nampak puluhan mobil mewah dari berbagai merk berada dalam garasi itu, yang terlihat masih lega tersebut. "Papah, Mamah. Lidya datang," ucap Lidya, saat melihat kedua orangtuanya tengah duduk di teras, seolah memang tengah menantinya. Namun ada seorang lelaki sepuh yang juga turut hadir di teras itu, dan Lidya mengenalinya sebagai Ki Sabdo, penasehat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 26. Bantuan Tersembunyi

    "Ahh..! Jala Langit..!" kini Ki Sabdo yang berseru kaget, setelah dia ikut menatap ke arah langit. "Benar Ki Sabdo. Bentuknya memang seperti jala yang menutupi langit tepat di atas rumah ini. Sepertinya ada yang akan mengirim 'sesuatu' ke rumah ini nanti malam," ujar Bimo menimpali ucapan Ki Sabdo. Bahkan Bimo juga bisa menjelaskan makna tersirat dari pertanda fenomena itu. Dan dari kepekaan dan kecepatan respon saja Hendra kini bisa menilai, bahwa kemampuan Bimo bahkan telah melampaui kemampuan Ki Sabdo. Kepercayaannya pada Bimo, sebagai Konsultan Pribadi putrinya itu pun semakin menebal. "Ahh..! Benarkah itu Bimo..?" sentak Hendra kaget, mendengar akan ada serangan halus ke kediamannya nanti malam. "Benar Tuan Hendra. Sepertinya memang akan ada yang mengirimkan serangan halus ke sini nanti malam. Aku juga merasa tak asing dengan pemilik kekuatan bathin ini..? Tapi aku takut salah sangka terhadapnya," ujar Ki Sabdo membenarkan pandangan bathin Bimo. "Dia bernama Ki Condro. Ki Sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 27. Dua Rekan Kost

    "Ahh..! Terimakasih Bimo," desah haru Ki Sabdo. Kepekaan bathinnya langsung menangkap maksud baik Bimo. Ya, kini jelas sudah bagi Ki Sabdo, akan maksud sebenarnya Bimo terhadap dirinya. Bahwa Bimo bukan tak mau membantunya menghadapi Ki Condro, bahkan dengan mudah Bimo bisa mengalahkan Ki Condro seorang diri dengan Ki Naga Kencana miliknya. Tetapi Bimo ingin dirinyalah yang mengalahkan Ki Condro, agar kepercayaan keluarga Hendra semakin bertambah tinggi terhadapnya. "Sama-sama Ki Sabdo," ujar Bimo tenang. "Bagaimana Ki Sabdo, Bimo..? Apakah kalian sudah menemukan cara, untuk menghadapi serangan Ki Condro nanti malam..?" tanya Hendra dengan wajah cemas, saat Bimo dan Ki Sabdo kembali tiba di teras. "Tenanglah Tuan Hendra. Kami telah menemukan cara untuk mengatasi seranga Ki Condro itu. Tuan Hendra sekeluarga tenang saja di dalam rumah nanti malam," ujar Ki Sabdo tersenyum tenang. Ya, kini Ki Sabdo benar-benar berkata dengan kemantapan hati, sehingga getar suaranya bagai menembus

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 28. Keinginan Rindy

    'Huh..! Dasar orangtua bodoh...!' bathin Rindy, saat melihat kasus pembuangan anak bayi di semak-semak jalanan. Ya, tentu saja dia menjadi marah dan menyesalkan kejadian itu. Karena dirinya sendiri sedang sangat mendambakan seorang anak. "Malam Tante Rindy. Bimo bisa bicara sebentar dengan Tante..?" sapa Bimo, yang berniat mengutarakan sesuatu pada tante kostnya itu. "Langsung duduk saja Bimo. Bicara semalaman juga tak apa kok. Hihihi..!" sahut Rindy seraya tertawa geli. Sebenarnya Rindy memang tengah menanti Bimo lewat sejak tadi. Karena biasanya Bimo memang keluar mencari makan malam pada jam-jam itu. "Tante. Bimo sudah diberhentikan dari kantor yang lama. Dan sekarang Bimo bekerja pada Lidya.Dan kebetulan Bimo mendapat fasilitas rumah dari Lidya, Tante. Karenanya Bimo mau pamit dan tinggal di Gorbo, menempati rumah fasilitas itu. Bimo mohon maaf, jika selama Bimo kost di sini selalu merepotkan Tante Rindy. Karena Tante sudah sangat baik dan bijak pada Bimo," ungkap Bimo akhi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 29. Klimaks Dan Kesal

    "Ahhk..! T-tante.. bisakah k-kita hentikan saja semua ini..!" seru terbata Bimo, di tengah erangan tertahan yang tak sengaja keluar dari mulutnya. "Ahh, Bimo.. Kau sudah berjanji satu jam padaku Bimo... Ini belum lagi 15 menit sayang..!" seru Rindy di tengah kegemasan dan gairahnya yang meletup-letup terhadap Bimo. Dan Bimo pun terhenyak diam, karena memang dia sudah berjanji seperti itu pada tante kostnya itu. Tak ada alibi lagi baginya kini. Dan yang lebih celakanya, saat itu Bimo mengenakan celana panjang trainingnya. Karena dia memang biasa mengenakan celana bola atau training saat malam dan hendak tidur. Maka semakin jelaslah penampakkan 'Bimo Junior' yang tercetak di celana trainingnya itu. Hal yang semakin membuat Rindy bernafsu meraba, membelai, bahkan setengah meremas benda itu. "Ahks..! T-tante.. j-jangan begitu..!" seru tersentak Bimo, saat merasakan remasan gemas tangan Rindy pada miliknya, yang sudah tegak maksimal itu. Setengah mati Bimo menahan hasrat dan gairahnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 30. Kabar Dini Hari

    Tutt.. Tutt..! "Ya Halo Bu Devi. Tumben malam-malam menghubungi saya." "Malam Pak Budi. Tak ada apa-apa kok. Saya hanya sekedar mau tanya nomor ponsel Bimo Pak. Siapa tahu Pak Budi tahu nomornya." "Wah! Kebetulan saya ada tuh kontaknya Bu Devi. Ini juga karena Bimo pernah menolong saya.. Sebentar ya Bu." "Wah kebetulan sekali kalau begitu. Baik Pak Budi. Saya tutup dulu panggilannya ya." Klikh! Tak lama setelah Devi menutup panggilannya. Bip! Masuk chat dari Pak Budi pada Devi, yang berisikan nomor kontak Bimo. Devi : "Baik Pak Budi terimakasih ya." Pak Budi : "Baik Bu Devi." Devi pun menyimpan nomor kontak Bimo di ponselnya. Namun ada sesuatu yang terbersit di benaknya saat itu. 'Pak Budi bilang Bimo pernah menolongnya..? Menolong dalam hal apa ya..? Baiklah, besok akan kutanyakan hal itu di kantor saja', bathin Devi, dengan rasa penasaran. *** Bimo baru saja mandi dan berganti pakaian saat itu. Usai meladeni keinginan gila dari Rindy tadi. Bimo merasa dia harus member

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 31. Fasilitas Dan Ambisi

    Rumah itu nampak sangat asri, megah, dan juga cukup luas. "Nah kita sudah sampai Mas Bimo," ujar Lidya, seraya beranjak keluar dari dalam mobil. "Baik Lidya," Bimo pun berkata sambil ikut keluar dari mobil.Sementara barang bawaannya milik Bimo dari kost memang tak banyak, hanya barang-barang penting saja yang dibawanya. Selebihnya bahkan dia tinggalkan begitu saja, setelah Lidya bilang perkakas rumah sudah tersedia lengkap di rumah barunya itu. Di gerbang masuk tadi ada seorang security yang berjaga di pos jaga yang terletak di belakang pagar gerbang. Dan kini nampak sepasang lelaki daan wanita berumur menghampiri mereka. "Wah! Selamat datang Non Lidya, Tuan! Mari saya bawakan tasnya Tuan," ucap lelaki berumur itu hangat dan sopan. "Wah tak usah Pak. Ringan kok ini," sahut Bimo, seraya menyalami lelaki itu dan istrinya. Bimo merasa tak perlu merepotkan lelaki berumur itu. "Salam Pak Adi, Ibu. Ini teman Lidya, namanya Mas Bimo. Dia yang akan menetap di sini," ujar Lidya ramah pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17

Bab terbaru

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 89.

    "Wulan sayang. Bagaimana jika papah masih memiliki rumah dan juga perusahaan..? Akankah kalian akan menerima papah kembali?” tanya Rahadian. “Tentu saja iya Pah. Jika itu terjadi, kita pasti akan bersama lagi demi Desi,” ucap Wulan tegas. Walau dalam hati, Wulan merasa hal itu takkan mungkin terjadi. “Mah, kalau begitu mari kita kembali sayang. Semua ini berkat Mas Bimo itu Mah,” ucap Rahadian, sambil menyerahkan surat perjanjian terkutuk itu pada Wulan. “A..Apaa Pah..?!” seru kaget Wulan, sambil merebut surat itu dari tangan Rahadian.Wulan membaca surat perjanjian itu, lalu merobek-robeknya dengan penuh rasa emosi. Bergegas dia membuka pintu kamar dan berseru,“Desi..! Kita kembali ke rumah Nak!” seru Wulan, dengan pipi diguliri air mata keharuan dan rasa syukur. Brrmmm ! Ciitt..! Bimo pun tiba di rumah sakit, dia pun langsung menuju ke ruang rawat Rahadian. Nampak Ratri tengah duduk sendiri, di depan ruang rawat Rahadian. "Kenapa nggak masuk saja Mbak Ratri?" sapa Bimo ter

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 88.

    “Ohgghss.. Bimo..hs..! A.-akuh mau pipishh enaks..!” seru tertahan Ratri. Bibir merah merekahnya seolah kepedasan sambal. Tubuh Ratri makin kencang dan keras menghentak dan menggoyang dalam-dalam junior Bimo. Saat yang sama, Bimo juga merasakan sesuatu yang hendak memancar deras, dari dalam dirinya. Hentakkan-hentakkan ke atas pinggulnya pun semakin kuat, menyambut hunjaman keras ke bawah dari pinggul Ratri. Terlihat tubuh keduanya bagai sedang bergerak agak kaku dan kejang sambil menahan nafasnya. Hingga.. “Ohhssgh..! Bi..mo.sh! Akh-ku sampai..!” Tubuh Ratri pun menghujam keras dan dalam ke arah bawah, lalu tubuhnya melengkung kejang bak udang. Tessh..! Setetes liur jatuh ke dada Bimo, dari sudut bibir Lia yang ternganga tersedak menahan nafas. "Ahhks..! Aku juga sampai Ra..trii..hs..! Arghsk..!" Bimo pun mengerang, dengan tubuh bergetar. Bagai bendungan yang hendak jebol diterjang gelombang tsunami. Bokong padat dan mulus milik Ratri terhentak-hentak. Saat dia merasakan se

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 87.

    "Baik Mbak Ratri. Tapi baiknya kita mampir dulu ke rumahku," ujar Bimo. "Wah, baik Bimo. Apakah rumahmu jauh dari sini Bimo..?" "Tak jauh kok Mbak. Tak sampai 15 menit perjalanan juga kita akan sampai," sahut Bimo tersenyum. 'Asik..! Akhirnya aku bisa tahu rumahnya..!' bathin Ratri bersorak senang. "Bimo saja yang mengemudikan mobilku ya. Biar lebih cepat sampai," ujar Ratri. "Wah, sebaiknya Mbak Ratri saja yang mengemudikan mobilnya. A-aku belum belajar mengemudikan mobil," ujar Bimo agak jengah, denagan wajah kikuk. "Ahh..! Hihihii..! Tak apa Bimo. Baiklah aku saja yang mengemudi ya," sentak Ratri seraya tertawa geli. Ya, Ratri mengira Bimo pastinya bisa mengemudikan mobil, setelah melihat mobil berkelas Bimo waktu itu. Akhirnya mereka menuju ke rumah Bimo. Dan tak sampai 15 menit, mereka telah sampai di kediaman Bimo.Bimo pun langsung persilahkan Ratri duduk di teras rumahnya."Mbak Ratri tunggulah sebentar ya. Aku hanya mau berganti pakaian, dan membawa motorku saja.," uj

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 86.

    Scraatzzhk..! Jlegarrsshk..!...Seketika dari langit menyambar halilintar keemasan yang langsung menerpa Ki Naga Kencana di tangan Bimo. Krrtzzs..! Krretzz..!!Tampak sekumpulan lidah petir keemasan menyelubungi Ki Naga Kencana. Cahayanya berkeredepan sungguh menyilaukan mata. Bisa dipastikan daya tegangan ratusan kilo volt Guntur Kencana telah menyatu, pada bilah keris Ki Naga Kencana saat itu. Karena memang Ki Naga Kencana dan Guntur Kencana, merupakan satu paket dalam ajian pamungkas Bimo..!'Hahh..! Gila si Bimo itu..! Rupanya dia pemilik Ki Naga Kencana, yang sudah lenyap berabad silam..!' bathin Ki Sindulaga terkejut gentar. Namun Ki Sindulaga tentu saja sudah tak bisa mundur lagi dari medan laga. Nampak aliran listrik di sekitar perumahan The Rich berkelipan nyala mati, akibat terhisap oleh ajian Petir Nerakanya. "Matilah kau bocah.! Hiyaahh.!" Sprattzzhh..!! Lesatan kilatan energi listrik merah kehitaman mengarah pada Bimo. "Hiaahh..!" Spraatzzhks..!! Bimo berseru la

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 85.

    Slaph..! Pyaarrshk..!!Bimo melesat cepat keluar melalui jendela kaca tebal ruang, yang telah pecah terhantam pukulannya. Kini Bimo berdiri di tengah halaman samping ‘Big House’, menanti Ki Sindulaga menyusulnya. Slaph! Pyarr! Ki Sindulaga mengikuti jejak Bimo, dengan menerobos pecah kaca jendela tebal di sisi luar ruang VIP. Kini nampak keduanya telah sama-sama berdiri di samping halaman ‘Big House’. *** Sementara itu, tiga jam sebelum pertarungan antara Bimo dan Ki Sindulaga terjadi. Ratri dan Wulan telah tiba di rumah orangtua mereka. Nampak terjadi kehebohan, saat Desi dan Wulan saling berlari mendekat, lalu berakhir dengan pelukkan hangat dan erat di antara keduanya. Mereka berdua menangis tersedu dalam pelukkan, Desi tersedu Wulan terisak, pipi keduanya membanjir dengan buliran bening air mata. “Mamahh! jangan tinggalin Desi lagi Mahh.! Huhuhuu!” seru Desi di antara sedu sedannya, sambil menyurungkan wajahnya di dada sang mamah. “Tidak! Desi sayang. Mamah janji nggak

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 84.

    Braghk..! Anton menaruh surat perjanjian itu di atas meja dengan menggebrak, “Silahkan Tuan semua yang di ruangan ini membaca, dan memeriksa keaslian surat perjanjian ini,” ucap Anton. Beberapa orang saksi segera memeriksanya, dan menyatakan keaslian surat perjanjian Anton. Bimo menerapkan aji Wisik Bathinnya, dia hendak menjenguk isi hati Anton saat itu. Bimo pun menatap Anton, yang juga sedang menatap Bimo dengan sinis. ‘Hhh! Anak muda kemaren sore berani bermain-main denganku.! Huhh! Menang ataupun kalah, kau tetap akan mati di tangan guruku atau pistol di tanganku, Bimo!’ bathin Anton. ‘Terbaca sudah niat busukmu Anton’, bathin Bimo. Bimo pun menarik kembali aji wisik bathinnya. “Ronny!” seru Anton. Dan Ronny pun mulai mengocok dengan agak nervouz, karena taruhan kali ini begitu menegangkan baginya. Bimo pun segera mengeluarkan aji Pembuka Tabir Kegelapan, sebuah ajian yang mampu membawa dirinya dan ornag di sekitarnya masuk dalam dimensi ghaib yang tergelap. Sebuah ilm

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 83.

    "Suatu kehormatan, bisa bermain dengan bos pemilik tempat ini Tuan Anton,” ucap Bimo dengan senyum ramah pula. ‘Hmm. Ketenangan tingkat tinggi’, bathin Anton, menilai sikap Bimo. “Silahkan pasang taruhanmu Tuan Muda siapa ya?” tanya Anton, sambil mengulurkan tangannya yang di aliri tenaga dalam pada Bimo. Bimo yang mengetahui ‘isi’ dalam tangan Anton langsung menyambutnya. Namun Bimo tak mengeluarkan tenaga dalamnya sedikit pun. Dia tahu sedang di uji oleh Anton. Sebab jika Bimo mengalirkan juga tenaga dalamnya, maka ia merasa rencananya bisa gagal sebelum di mulai. Bimo juga merasakan energi lain yang cukup besar tengah membaking Anton, dan dia sudah menebak itu adalah energi Ki Sindulaga. “Ahh! Saya Bimo, Tuan Anton,” Bimo berlagak agak kaget dan kesakitan bagai di setrum. Saat dia bersalaman dengan Anton. ‘Hmm. Hanya orang yang sedang hoki saja nampaknya’, bathin Anton, sambil tersenyum ramah. “Maaf, saya menjabat tangan anda terlalu bersemangat, Tuan Bimo” ucap Anton. "O

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 82.

    "Miko kau turunlah..! Gantikan Ojay! Mainkan tebak angka dadu!” perintah Ronny pada Miko yang berada di ruangannya. Pada permainan tebak angka dadu, biasanya jarang pengunjung yang berani bermain. Karena jika salah menebak, maka bandarlah yang menang. Namun jika berhasil menebak, maka pemain akan mendapatkan 10 kali lipat dari coin yang dipasangnya. Miko pun dari lantai 2 dan mendekati Ojay, bandar yang kini sedang bekerja. Melihat Miko di sebelahnya. Maka Ojay pun langsung paham, kalau dia harus mundur. Segera Ojay mundur ke belakang, dan Miko maju menggantikan posisinya. “Sekarang saatnya permainan tebak angka dadu! Jika tebakkan salah, pasangan menjadi milik bandar! Dan jika tebakkan benar, bandar akan membayar 10 kali lipat dari coin pasangan!” seru Miko. Otomatis hampir semua pemain langsung mundur. Kini hanya Bimo yang bertahan dalam permainan tebak angka dadu itu. ‘Hmm. Akhirnya aku mulai di pantau, bagus!' seru bathin Bimo. Dia merasa dirinya sudah berhasil menarik pe

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 81.

    Slaph..!!Wulan merasa kakinya tak menapak tanah. Sekujur tubuhnya bagai melesat cepat, dengan hembusan keras angin yang berkesiuran di telinganya. Namun itu hanya sekejap saja terasa, lalu...Taph..!Wulan kembali merasakan kakinya menjejak tanah. Dan saat dia membuka matanya. Maka Wulan pun melihat, jika kini dia berada di belakang sebuah mobil yang dikenalnya. “Kak Wulan..!” seru Ratri, sambil bergegas turun dari mobilnya dan memeluk sang kakak. Wulan sendiri masih tertegun tak percaya, atas semua yang baru dialaminya. “Ratri! Tsk, tsk!" terdengar isak tangis Wulan, setelah menyadari ini bukanlah mimpi. “Kak Wulan, kau tak apa-apa kan? Tsk, tskk..!” tanya Ratri yang juga ikut terisak, merasakan penderitaan kakaknya. “Ehemm. Mbak Ratri, sebaiknya cepat kamu bawa Mbak Wulan ke rumah. Pertemukan dia dengan Desi. Biarlah urusan selanjutnya di ‘Big House’ aku yang urus,” ujar Bimo tenang. Hal yang menyadarkan Ratri dan Wulan, bahwa mereka belum berada di tempat yang aman. “Baik

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status