Demi mewujudkan ambisi dan impian hatinya, Kyoshi menyanggupi perintah dari Tuan Shanada. Dan dengan diam-diam, Kyoshi mulai bergerak mengumpulkan data-data dan berkas rahasia Katada Corp, tempatnya bekerja. Menjadi musuh dalam selimut! Sementara Yuriko sendiri seperti halnya Lidya, dia juga tengah dipersiapkan untuk menggantikan kedudukkan sang ayah di Katada Corp. Namun Yuriko belum mendapat keleluasaan seperti halnya Lidya, karena dia belum pada tahap sebagai pengambil keputusan dalam Katada Corp.Ya, Yuriko baru pada tahap mempelajari, menjalani perintah, serta arahan dari ayahnya, dalam mengelola Katada Corp. Praktis sedikit sekali waktu bagi Yuriko, untuk bisa meluaskan wawasannya pada soal percintaan dan asmara. Hal yang membuatnya masih virgin sampai saat itu..! Sebuah fakta yang mencengangkan memang, mengingat di negeri Pangje rata-rata gadis telah mengenal olah asmara bahkan sejak usia 15-16 tahun. Demikianlah sekelumit kisah tentang Katada Corp, yang tengah memelihar
"Ini nomor siapakah Lidya..? Apakah dia seorang paranormal..?" "Itu adalah nomor konsultan pribadiku Fika. Sepertinya dia bisa membantu melihat masalahmu dengan Randy. Dia memang memiliki kemampuan di luar akal, Fika. Namanya Mas Bimo, orangnya seumuran dengan kita," ungkap Lidya. "Baik Lidya. Mungkin nanti akan kuhubungi dia. Terimakasih ya," ujar Fika. "Tapi agak susah untuk bertemu dengannya Fika, karena dia tinggal di Gorbo. Tapi aku yakin, dia bisa membantumu hanya dari jarak jauh saja," ujar Lidya tersenyum yakin. 'Ahh! Lidya, dari dulu aku tuh paling anti dengan yang namanya paranormal, dukun, cenayang, kebathinan, dan sebagainya. Tapi baiklah, tak ada salahnya aku menghubungi rekomendasi dari Lidya ini', bathin Fika. Ya, usai melakukan meeting di ballroom hotel itu bersama para pengusaha lainnya. Lidya bertemu dengan Fika, sobat lamanya itu. Dan ternyata Fika sudah menikah dengan Randy, yang sama-sama teman kuliahnya dulu. Sudah hampir 2 tahun Fika dan Randy menikah, nam
"Haihh..!!" Fika berseru terkejut bukan kepalang, dia pun langsung merubah posisinya dan membenahi dasternya.Sungguh Fika sama sekali tak menduga! Jika orang yang bernama Bimo itu bisa mengetahui dengan persis posisi tubuhnya, dan bahkan hingga warna segitiganya..! 'Gila..! I-ini sungguh mengerikkan..! Pantas saja Lidya merekomendasikan dia..!' bathin Fika takjub bercampur malu bukan main pada Bimo. Klikh! Reflek Fika mematikan panggilannya, di tengah rasa ngeri, takut, kaget, dan juga malu yang mendera dirinya terhadap Bimo. 'Hmm. Biaarlah, nanti dia juga menghubungiku lagi', bathin Bimo memaklumi keterkejutan dan rasa malu Fika itu. Ya, Bimo memang tengah memberi sedikit pelajaran pada Fika, yang dirasanya tak etis dan angkuh. Karena meminta pembuktian kemampuan dirinya.Seolah kemampuannya adalah sesuatu yang harus dipamerkan dan dipertontonkan lebih dulu, agar orang tertarik dan percaya padanya. Lalu Bimo pun mulai membuka-buka kitab leluhurnya, dan mempelajari lebih dalam
Fika kembali melakukan panggilan pada Bimo. Karena dia sangat penasaran dan merasa lebih leluasa dengan berbincang via ponsel, daripada melalui chat. Dan Fika memang menjauh lebih dulu dari Randy suaminya. Dia masuk ke dalam kamarnya, agar bisa bicara dengan Bimo secara lepas dan jelas. Klikh! "Maaf Mas Bimo. Fika rasa lebih leluasa dan jelas jika kita berbincang saja ya." "Baiklah Mbak Fika. Seperti yang kukatakan tadi, pelaku di balik semua kejadian yang menimpa Mbak Fika adalah adik dari suami Mbak Fika sendiri. Dia memakai jasa seseorang untuk melakukan hal itu secara ghaib." "Ahh..! Benarkah Dicky adik Mas Randy itu tega melakukan hal itu pada kami..?! Maaf Mas Bimo, sejak kapan sebenarnya Dicky menggunakan jasa orang jahat itu..?" "Sepertinya tak lama setelah kalian menikah Mbak Fika. Dicky sepertinya menginginkan warisan perusahaan dari orangtuanya, jatuh sepenuhnya padanya Mbak Fika." "Ahh! B-bagaimana Mas Bimo bisa tahu..?! Mas Randy memang yang memegang kendali perusa
Ya, Devi kini merasa lelah untuk menipu hati dan lari dari kenyataan lagi. Devi mulai mengakui kini, jika diri dan hatinya kini telah jatuh dan luluh dalam sebuah pesona. Pesona sosok Bimo..! 'Kenapa bayangmu tak juga mau menyingkir dari benakku Bimo..?!' sentak bathin Devi, merasa kesal namun tak berdaya. Sikap tegar dan ketenangan Bimo dalam menghadapi cacian, penghinaan, dan bulian dari Tony maupun rekan-rekan sekantornya. Adalah hal yang membuat Devi kagum pada sosok Bimo. Hal yang kini ditambah lagi dia tahu, jika Bimo memiliki kemampuan 'luar biasa' yang tak sembarang orang memilikinya. Maka benih-benih simpati dan kekagumannya pada Bimo pun, semakin meraja tak terbendung lagi. 'Bimo, siapakah kau sesungguhnya..?' bathin Devi, semakin penasaran dengan sosok Bimo. Devi adalah putri dari Baskara, mantan tangan kanan Donald Wijaya yang telah mengundurkan diri. Namun mengingat akan jasa-jasa Baskara, yang telah ikut merintis PT Adhi Karya Wijaya bersamanya. Akhirnya Donald memi
'Fika Pradiptasari..?! Fika..!' sentak bathin Bimo, saat menyadari pengirim dana ke rekeningnya adalah Fika. 'Tapi darimana Fika tahu nomor rekeningku.?' bathin Bimo heran. Tutt.. Tutt..! Baru saja Bimo membatin seperti itu, masuk panggilan ke ponselnya, 'Lidya memanggil'. 'Ahh. Rupanya dia', bathin Bimo, seraya menerima panggilan Lidya. Klikh! "Ya, Lidya." "Mas Bimo. Lidya mau cerita sesuatu sama Mas Bimo. Tapi aku mau tanya dulu, apakah Fika sudah menghubungi Mas Bimo..?" "Iya Lidya. Dia memang sudah menghubungiku semalam." "Wah! Ternyata begitu. Syukurlah, berarti masalahnya sudah terselesaikan oleh Mas Bimo. Begini Mas Bimo, semalam Fika menghubungiku dan meminta nomor rekening Mas Bimo. Awalnya aku menolak memberikannya Mas. Tapi Fika mengancam tak mau berteman lagi denganku, kalau aku tak memberikan nomor rekening Masa Bimo padanya. Ya terpaksa aku memberikannya Mas." "Ya, sudahlah Lidya. Toh itu sudah terjadi, Fika telah mentransfer sejumlah uang ke rekeningku." "Y
"Ahh, tak apa Bimo. Besok aku ada beberapa meeting, mungkin jam istirahat siang kita bisa bertemu Bimo." "Baiklah Devi. Besok siang aku akan datang ke kantor atau ruanganmu saja. Sekalian aku ingin bertemu dengan teman-teman di sana." "Baik Bimo. Terimakasih ya." Klikh! Bimo pun langsung keluar dari kamarnya, usai menerima panggilan Devi. Namun di depan pintu kamarnya ternyata telah pak Adi telah menantinya. "Maaf Mas Bimo. Sebaiknya Mas Bimo makan dulu, sejak pagi makanan telah disiapkan oleh istri saya," ujar pak Adi sopan. "Wahh! Saya sampai lupa makan pagi Pak Adi. Ayo Pak Adi makan bersama saya," ujar Bimo, teringat dia belum sarapan sejak pagi. "Maaf Mas Bimo, saya sudaah duluan tadi. Pagi tadi saya hendak menawarkan Mas Bimo, tapi saya lihat Mas bimo tengah serius di saung. Saya jadi tak berani mengganggu Mas Bimo," sahut pak Adi, memberitahukan pada Bimo. "Tak apa Pak Adi. Lho..? Itu siapa yang duduk di teras rumah Pak..?" ujar Bimo seraya bertanya. "Oh, itu namanya P
"Halo Tuan Katada..! Tuan tentu sangat hapal, dengan suara dan nomor putrimu ini. Hahahaa..!" seru terbahak seorang lelaki di sana. "Brengsek..! Siapa kau..?! Kenapa putriku dan ponselnya ada padamu..?!" sentak marah Katada. Dia langsung mencium ada hal yang tak beres tengah terjadi. "Siapa aku..? Itu tak perlu kau tahu Tuan Katada..! Kau hanya harus menyediakan hal yang akan kuminta darimu..! Ingat..! Sekali saja kau melapor pada polisi dan bekerjasama dengan mereka, maka putrimu Yuriko hanya tinggal kenangan Tuan Katada..!" "Heii..! A-apa yang kau inginkan sebenarnya..?!" "Tunggu pemberitahuanku nanti..!" Klikh! "Ahh..! Sialan..!" seru marah dan penasaran Katada. Tutt... Tutt..! Sebuah panggilan kembali masuk ke ponsel Katada, tak lama setelah panggilan penculik putrinya itu. Klikh! "Ya siapa..?!" "Malam Tuan Katada. Kami dari kepolisian menemukan mobil Toyota Century Tuan Katada di pinggir jalan. Tepatnya di dekat pertigaan Komazawa Dori Ave Tuan Katada.Sang driver dala
"Ahh..! B-baiklah Kang..! K-kami menyerah..!" seru gugup dan gentar Denta. Kini terbuka sudah matanya, bahwa yang tengah dihadapinya bukanlah sembarang orang. "A-ampun Kang..!" "Tobat Kang..!" Pengakuan menyerah Denta, segera diikuti seruan-seruan minta ampun dari para anggotanya yang kesemuanya masih terkapar di tanah. Nampak senjata-senjata rusak dan patah para anggota gank, yang berserakkan di tanah. "Gelo..!" "Luar biasa..!" "S-siapa dia..?!" Seruan kaget dan takjub juga keluar dari mulut para karyawan dan security cafe itu, yang menyaksikan pengeroyokkan gank Road Spiders pada Bimo. Mereka selama ini memang tak berani melaporkan tindak semena-mena anggota gank itu pada polisi. Karena mereka sadar dan takut akan balasan para anggota gank Road Spiders, yang jumlahnya ratusan orang itu. Ya, kekaguman dan rasa takjub menyelimuti hati mereka semuanya, setelah melihat kemampuan Bimo yang berada di luar nalar dan sangat menggetarkan nyali itu. "Baik..! Mulai saat ini anggap s
Seth..! Denta dan anggota lainnya pun serentak menoleh ke arah Bimo, seraya ganti menatap layar ponsel itu. Dan.. "Hmm..! Mari kita kepung dia..!" bisik tajam Denta, seraya beranjak berdiri dari duduknya. Serentak seluruh gerombolan itu pun berdiri, dan melangkah ke arah Bimo berada. 'Hmm. Mereka telah mengenaliku rupanya', bathin Bimo, seraya tetap duduk tenang di kursinya. Bimo seolah tak melihat pergerakkan gerombolan itu, yang tengah mengelilingi pohon yang menaungi mejanya. Slakh..! Slagh..! ... Sregh..! Beberapa anggota nampak telah mengunus dan mengeluarkan senjata kesayangan mereka masing-masing. Karambit, pisau lipat, celurit kecil, knuckle, bahkan pistol pun terlihat dalam genggaman anggota gerombolan itu. Dengan dikelilinginya meja Bimo, maka otomatis pengunjung lain tak bisa lagi melihat posisi Bimo saat itu. Dan para pengunjung pun langsung keluar dari cafe itu dengan tergesa, takut terkena sasaran dari kerusuhan yang mereka duga pasti akan terjadi itu. Maka otomat
'Ahh..! Tubuhnya masih diselimuti aura hijau itu', bathin Bimo. Dia pun kembali menutup mata bathinnya terhadap Lidya. Namun diam-diam kini timbul pertanyaan dan keheranan di hati Bimo terhadap Lidya. Ya, benda apa sesungguhnya yang berada dalam kantung merah dalam tas tangan Lidya, yang dilihatnya kemarin malam itu..?Karena benda itulah, yang menjadi sumber pancaran aura hijau, yang menyelimuti sosok Lidya. "Mas Bimo, duduklah. Ada camilan dan wedang jahe merah kesukaanmu nih. Bi Inah khusus membuatkannya buat Mas bImo," ujar Lidya tersenyum. "Wah..! Bi Inah tahu saja kesukaanku Lidya. Hehe," ujar Bimo terkekeh senang. Dan pembicaraan hangat dan santai pun terjadi di teras belakang kediaman Lidya itu. *** Sementara malam itu, di markas pusat gank Blantix yang telah diambil alih dan dikuasai oleh gank Shadow pimpinan Yoga. "Baik..! Kuputuskan 40 anggota Sahdow akan ikut aku ekspansi ke Kajarta..! Edo, kau paketkan 40 motor kita via ekspedisi. Kita akan jemput langsung motor i
Segumpalan asap hitam melayang di atas gedung Winata Group, gumpalan asap hitam itu bagai menyatu dengan kegelapan malam di angkasa. Dan saat Porsche merah yang dikemudikan Lidya meluncur keluar dari gedung Winata Group. 'Hmm. Itu dia..!' bathin sukma Andrew. Dan gumpalan asap hitam pekat itu pun ikut melayang cepat di atas ketinggian, mengikuti ke mana arah Porsche merah Lidya melaju. Sementara perbincangan hangat dan santai terus berlangsung antara Bimo dan Lidya di dalam mobil. Bimo merasa senang, melihat Lidya kini telah kembali ceria dan bisa melupakan rasa dukanya. Dan saat itu Bimo memang sama sekali tak menyadari, jika mereka tengah dikuntit dari ketinggian angkasa oleh Andrew. Ya, Andrew memang telah menerapkan ilmu 'Tabir Wujud'nya saat itu, sehingga pancaran aura sukma dan energinya tak terdeteksi oleh Bimo. Sementara Bimo sendiri masih menutup mata bathinnya pada Lidya, hingga sedikit banyak hal itu mempengaruhi kepekaan bathinnya akan keberadaan Andrew. Tutt.. Tut
"Terimakasih Mas Bimo, Lily. Kesepakatan akhirnya berakhir saling menguntungkan bagi Winata Group. Karena 45 Triliun bukanlah jumlah yang sedikit dalam investasi itu," ujar Hendra tersenyum puas, di sofa ruang kerja pribadinya. Ya, di ruang pribadi Hendra saat itu, memang hanya ada Bimo dan Lidya yang duduk menemaninya. "Syukurlah Pak Hendra. Bimo ikut senang mendengar kelancaran lobi Winata Group hari ini," sahut Bimo tersenyum. "Pah. Apakah Papah tak merasakan hal aneh, saat tadi berjabat tangan dengan si Andrew itu..?" tanya Lidya. "Hmm. Rasanya memang agak dingin tangan si Andrew itu tadi Lidya. Seperti... seperti.. "Seperti orang yang sudah mati ya Pah..?" "Wah..! I-iya benar Lidya, seperti itulah..!" sentak terbata Hendra, membenarkan pendapat putrinya itu. "Wah..! Selain dingin, Lidya bahkan merasa ada arus listrik kecil yang seperti menarik-narik aliran darah di tubuh Lidya, Ayah..!" "Ahh..! Begitukah..? Apa artinya itu Mas Bimo..?" seru kaget Hendra, dia pun langsung
'Brengsek..! Powernya mampu mengimbangiku..! Siapa dia sebenarnya..?!' maki bathin Andrew lagi. Kini dirinya bertambah murka dan penasaran dengan sosok Bimo. Namun Andrew sadar misi utamanya saat itu adalah menggolkan lobi Pieter, demi kejayaan Livingstone Group. Maka dia pun menahan sementara amarahnya pada Bimo. Namun Andrew juga maklum, tak urung dirinya juga akan berhadapan dengan Bimo. Karena tak mungkin Bimo akan berdiam diri, melihat 'aksinya' terhadap Hendra di dalam ruang lobi. Satu jam sudah lobi berjalan antara Pieter dan Hendra di dalam ruangan tertutup itu. Dan seperti hal yang sudah biasa dilakukan oleh Andrew, dia pun bersiap melakukan misinya. Untuk merasuki dan mengendalikan lawan lobi Pieter, Hendra Winata..! 'Hmm. Dia mulai beraksi', bathin Bimo yang mulai merasakan pancaran power yang menguat dari Andrew. Lalu... Sshhssp..! Dan secara tak kasat mata, nampak gumpalan asap hitam yang keluar dari kepala Andrew. Lalu asap hitam itu pun berhembus masuk menembus ke
'Hmm. Akhirnya aku bisa melihat kembali ceriamu Lidya..', bathin Bimo lega.Ya, walau sampai saat itu Bimo masih menutup mata bathinnya pada Lidya. Namun Bimo masih merasakan tarikkan kuat dari pesona Lidya padanya. Hal yang menandakan selimut aura hijau masih menyelimuti sosok Lidya. Dan memang Lidya saat itu telah memasukkan benda wasiat dari neneknya ke saku jasnya. Hal yang membuat dirinya merasa sejuk dan nyaman karenanya. Akhirnya Bimo dan Lidya pun berangkat dengan mengendarai Phorsche merahnya, karena audi hitam kesukaannya masih di rumah mendiang neneknya. Tak lama kemudian mereka pun tiba dan langsung masuk ke dalam gedung megah menjulang PT. Winata Group. *** Sementara di dalam sebuah limo yang tengah meluncur dan berkaca gelap, yang dikawal oleh dua mobil di depan dan tiga mobil di belakang mobil Limo itu. Tutt.. Tutt..! Klikh..! "Ya Tuan Hendra." Sahut seoarng pria paruh baya berambut blonde klimis, yang duduk di dampingi seorang pemuda tampan di sisinya yang jug
'Tapi sebenarnya benda apa yang ada di kantung merah itu..? Aku merasa aura hijau yang menyelimuti Lidya, berasal dari benda di dalam kantung merah itu', bathin Bimo penasaran. Akhirnya setelah sekilas mempelajari profil Pieter dan Livingstone Group di laptop, Bimo pun tidur dengan pulas di kamarnya. Pada jam 3 lewat Bimo pun kembali terbangun. Dan seperti biasanya, dia pun langsung melakukan hening di dalam kamar yang cukup luas itu. *** Pagi harinya. Entah kenapa Lidya merasa enggan mengetuk pintu kamar Bimo, untuk mengingatkannya tentang acara penting kantornya hari itu.Ya, Lidya ternyata masih merasa jengah dan risih, karena mengingat kejadian semalam bersama Bimo di kamarnya. Namun Lidya juga takut Bimo masih tertidur pulas di dalam kamar. Akhirnya, Lidya pun menyuruh Bi Inah, untuk mengetuk kamar Bimo. Tok, tok, tok..! "Mas Bimo. Non Lidya sudah menanti di meja makan," ujar Bi Inah setelah mengetuk pintu kamar Bimo. Sementara dari ruang makan. Lidya yang telah duduk di
"Hei..! M-mas Bimo..! K-kau kena.. Mmhhf..!... Seruan Lidya sontak langsung terbungkam, saat dengan cepat Bimo melumat bibirnya. Ya, rasa kerinduan yang aneh dan tak tertahankan, tiba-tiba saja melanda hati Bimo. Bagaikan seorang pria yang sekian lamanya tak bertemu dengan kekasihnya. Dan hal itu terjadi murni karena dorongan dari hati Bimo, dan bukan karena kutukan Ki Brajangkala. "Mmffh..! Mas B-bimo.. Hhh.. hhh..! I-ini..?!" seru lirih terbata Lidya, setelah menarik wajahnya dari lumatan bibir Bimo, hatinya sungguh tergetar tak karuan. "Kamu cantik sekali Lidya. Aku merindukanmu. Mmffh..!" Bimo bergumam lirih, seraya kembali merencah bbir merekah Lidya dalam lumatan bibirnya. 'Ada apa dengan dirimu Mas Bimo..? Mengapa tiba-tiba seperti ini..?' bathin Lidya heran dan bingung. Namun satu hal yang tak bisa dipungkirinya, dirinya juga menginginkan hal itu terjadi. "Mmhh...". dan pertahanan Lidya pun ikut lepas. Perlahan gadis cantik itu pun memejamkan matanya, pasrah meresapi se