"Ini nomor siapakah Lidya..? Apakah dia seorang paranormal..?" "Itu adalah nomor konsultan pribadiku Fika. Sepertinya dia bisa membantu melihat masalahmu dengan Randy. Dia memang memiliki kemampuan di luar akal, Fika. Namanya Mas Bimo, orangnya seumuran dengan kita," ungkap Lidya. "Baik Lidya. Mungkin nanti akan kuhubungi dia. Terimakasih ya," ujar Fika. "Tapi agak susah untuk bertemu dengannya Fika, karena dia tinggal di Gorbo. Tapi aku yakin, dia bisa membantumu hanya dari jarak jauh saja," ujar Lidya tersenyum yakin. 'Ahh! Lidya, dari dulu aku tuh paling anti dengan yang namanya paranormal, dukun, cenayang, kebathinan, dan sebagainya. Tapi baiklah, tak ada salahnya aku menghubungi rekomendasi dari Lidya ini', bathin Fika. Ya, usai melakukan meeting di ballroom hotel itu bersama para pengusaha lainnya. Lidya bertemu dengan Fika, sobat lamanya itu. Dan ternyata Fika sudah menikah dengan Randy, yang sama-sama teman kuliahnya dulu. Sudah hampir 2 tahun Fika dan Randy menikah, nam
"Haihh..!!" Fika berseru terkejut bukan kepalang, dia pun langsung merubah posisinya dan membenahi dasternya.Sungguh Fika sama sekali tak menduga! Jika orang yang bernama Bimo itu bisa mengetahui dengan persis posisi tubuhnya, dan bahkan hingga warna segitiganya..! 'Gila..! I-ini sungguh mengerikkan..! Pantas saja Lidya merekomendasikan dia..!' bathin Fika takjub bercampur malu bukan main pada Bimo. Klikh! Reflek Fika mematikan panggilannya, di tengah rasa ngeri, takut, kaget, dan juga malu yang mendera dirinya terhadap Bimo. 'Hmm. Biaarlah, nanti dia juga menghubungiku lagi', bathin Bimo memaklumi keterkejutan dan rasa malu Fika itu. Ya, Bimo memang tengah memberi sedikit pelajaran pada Fika, yang dirasanya tak etis dan angkuh. Karena meminta pembuktian kemampuan dirinya.Seolah kemampuannya adalah sesuatu yang harus dipamerkan dan dipertontonkan lebih dulu, agar orang tertarik dan percaya padanya. Lalu Bimo pun mulai membuka-buka kitab leluhurnya, dan mempelajari lebih dalam
Fika kembali melakukan panggilan pada Bimo. Karena dia sangat penasaran dan merasa lebih leluasa dengan berbincang via ponsel, daripada melalui chat. Dan Fika memang menjauh lebih dulu dari Randy suaminya. Dia masuk ke dalam kamarnya, agar bisa bicara dengan Bimo secara lepas dan jelas. Klikh! "Maaf Mas Bimo. Fika rasa lebih leluasa dan jelas jika kita berbincang saja ya." "Baiklah Mbak Fika. Seperti yang kukatakan tadi, pelaku di balik semua kejadian yang menimpa Mbak Fika adalah adik dari suami Mbak Fika sendiri. Dia memakai jasa seseorang untuk melakukan hal itu secara ghaib." "Ahh..! Benarkah Dicky adik Mas Randy itu tega melakukan hal itu pada kami..?! Maaf Mas Bimo, sejak kapan sebenarnya Dicky menggunakan jasa orang jahat itu..?" "Sepertinya tak lama setelah kalian menikah Mbak Fika. Dicky sepertinya menginginkan warisan perusahaan dari orangtuanya, jatuh sepenuhnya padanya Mbak Fika." "Ahh! B-bagaimana Mas Bimo bisa tahu..?! Mas Randy memang yang memegang kendali perusa
Ya, Devi kini merasa lelah untuk menipu hati dan lari dari kenyataan lagi. Devi mulai mengakui kini, jika diri dan hatinya kini telah jatuh dan luluh dalam sebuah pesona. Pesona sosok Bimo..! 'Kenapa bayangmu tak juga mau menyingkir dari benakku Bimo..?!' sentak bathin Devi, merasa kesal namun tak berdaya. Sikap tegar dan ketenangan Bimo dalam menghadapi cacian, penghinaan, dan bulian dari Tony maupun rekan-rekan sekantornya. Adalah hal yang membuat Devi kagum pada sosok Bimo. Hal yang kini ditambah lagi dia tahu, jika Bimo memiliki kemampuan 'luar biasa' yang tak sembarang orang memilikinya. Maka benih-benih simpati dan kekagumannya pada Bimo pun, semakin meraja tak terbendung lagi. 'Bimo, siapakah kau sesungguhnya..?' bathin Devi, semakin penasaran dengan sosok Bimo. Devi adalah putri dari Baskara, mantan tangan kanan Donald Wijaya yang telah mengundurkan diri. Namun mengingat akan jasa-jasa Baskara, yang telah ikut merintis PT Adhi Karya Wijaya bersamanya. Akhirnya Donald memi
'Fika Pradiptasari..?! Fika..!' sentak bathin Bimo, saat menyadari pengirim dana ke rekeningnya adalah Fika. 'Tapi darimana Fika tahu nomor rekeningku.?' bathin Bimo heran. Tutt.. Tutt..! Baru saja Bimo membatin seperti itu, masuk panggilan ke ponselnya, 'Lidya memanggil'. 'Ahh. Rupanya dia', bathin Bimo, seraya menerima panggilan Lidya. Klikh! "Ya, Lidya." "Mas Bimo. Lidya mau cerita sesuatu sama Mas Bimo. Tapi aku mau tanya dulu, apakah Fika sudah menghubungi Mas Bimo..?" "Iya Lidya. Dia memang sudah menghubungiku semalam." "Wah! Ternyata begitu. Syukurlah, berarti masalahnya sudah terselesaikan oleh Mas Bimo. Begini Mas Bimo, semalam Fika menghubungiku dan meminta nomor rekening Mas Bimo. Awalnya aku menolak memberikannya Mas. Tapi Fika mengancam tak mau berteman lagi denganku, kalau aku tak memberikan nomor rekening Masa Bimo padanya. Ya terpaksa aku memberikannya Mas." "Ya, sudahlah Lidya. Toh itu sudah terjadi, Fika telah mentransfer sejumlah uang ke rekeningku." "Y
"Ahh, tak apa Bimo. Besok aku ada beberapa meeting, mungkin jam istirahat siang kita bisa bertemu Bimo." "Baiklah Devi. Besok siang aku akan datang ke kantor atau ruanganmu saja. Sekalian aku ingin bertemu dengan teman-teman di sana." "Baik Bimo. Terimakasih ya." Klikh! Bimo pun langsung keluar dari kamarnya, usai menerima panggilan Devi. Namun di depan pintu kamarnya ternyata telah pak Adi telah menantinya. "Maaf Mas Bimo. Sebaiknya Mas Bimo makan dulu, sejak pagi makanan telah disiapkan oleh istri saya," ujar pak Adi sopan. "Wahh! Saya sampai lupa makan pagi Pak Adi. Ayo Pak Adi makan bersama saya," ujar Bimo, teringat dia belum sarapan sejak pagi. "Maaf Mas Bimo, saya sudaah duluan tadi. Pagi tadi saya hendak menawarkan Mas Bimo, tapi saya lihat Mas bimo tengah serius di saung. Saya jadi tak berani mengganggu Mas Bimo," sahut pak Adi, memberitahukan pada Bimo. "Tak apa Pak Adi. Lho..? Itu siapa yang duduk di teras rumah Pak..?" ujar Bimo seraya bertanya. "Oh, itu namanya P
"Halo Tuan Katada..! Tuan tentu sangat hapal, dengan suara dan nomor putrimu ini. Hahahaa..!" seru terbahak seorang lelaki di sana. "Brengsek..! Siapa kau..?! Kenapa putriku dan ponselnya ada padamu..?!" sentak marah Katada. Dia langsung mencium ada hal yang tak beres tengah terjadi. "Siapa aku..? Itu tak perlu kau tahu Tuan Katada..! Kau hanya harus menyediakan hal yang akan kuminta darimu..! Ingat..! Sekali saja kau melapor pada polisi dan bekerjasama dengan mereka, maka putrimu Yuriko hanya tinggal kenangan Tuan Katada..!" "Heii..! A-apa yang kau inginkan sebenarnya..?!" "Tunggu pemberitahuanku nanti..!" Klikh! "Ahh..! Sialan..!" seru marah dan penasaran Katada. Tutt... Tutt..! Sebuah panggilan kembali masuk ke ponsel Katada, tak lama setelah panggilan penculik putrinya itu. Klikh! "Ya siapa..?!" "Malam Tuan Katada. Kami dari kepolisian menemukan mobil Toyota Century Tuan Katada di pinggir jalan. Tepatnya di dekat pertigaan Komazawa Dori Ave Tuan Katada.Sang driver dala
Brrmm..! NNgg..! Dan sedan hitam itu pun melaju menuju ke arah Kajarta. *** "Ingat Devi..! Pertimbangkan baik-baik keinginan Paman Donald kemarin. Biar bagaimanapun Tony adalah pewaris tunggal dari PT Adhi Karya..!Hidupmu tak akan kekurangan jika kau menikah dengan Tony," ucap tegas Baskara, saat Devi berpamitan hendak ke kantor pagi itu. "Baik Ayah. Devi berangkat dulu Ayah, Ibu," sahut Devi datar. Sesungguhnya Devi sangat enggan berbicara soal hal itu, karena jawaban darinya sudah pasti dan bulat, adalah No..! "Hati-hati di jalan Devi..!" seru Rini sang ibunda. "Baik Bu..!" seru Devi menyahuti, seraya masuk ke dalam Honda Accordnya. "Kita berangkat Pak Eko," ujar Devi pada drivernya. "Baik Non," sahut pak Eko, dia tahu nonanya itu ingin cepat-cepat berangkat. Karena nampak wajah cantiknya yang agak kaku pagi itu. Brrmmm...! Tin .. Tinn..! Mobil yang membawa Devi pun melaju keluar dari area rumahnya daan masuk ke jalan raya. 'Huhh! Andai aku dipecat sekalipun, aku tak aka
"Aku datang Tuanku Bimo..!" suara berat bergema terdengar di belakang Bimo. "Siapa kau..?!" seru Bimo terkejut. Namun dia tetap fokus kerahkan daya bathinnya yang kini semakin kuat, untuk menahan desakkan daya magis Andrew cs. "Aku Brajangkala dan empat panglimaku, datang untuk membantu Tuan Bimo," sahut suara berat itu lagi. "Ahh..!" hanya seruan terkejut bingung saja yang keluar dari mulut Bimo. Dia sama sekali tak menduga, jika Brajangkala yang datang dengan membawa bala bantuan untuknya. Tadinya Bimo menyangka yang datang membantunya adalah Ki Sabdo, penasehat spiritual Hendra itu. Namun ternyata dia salah. 'Aneh..?! Atas dasar pertimbangan apa Brajangkala membantuku..?!' sentak bathin Bimo heran. Namun dia tak mau terlalu larut dlam kebingungannya itu. Karena Andrew cs kini terasa meningkatkan daya serang terhadapnya. "Ayo..! Maksimalkan penyaluran power kalian..! Rupanya si sialan itu juga memiliki pasukkan di belakangnya..!" seru murka Andrew, saat melihat sosok-sosok hal
Blaph..! Blaph..! ... Blashp..!!! Dan mewujudlah puluhan sosok tak lumrah manusia, yang melayang di sisi kiri dan kanan Andrew. Kesemua sosok yang muncul itu memiliki tubuh layaknya manusia, namun memiliki sayap bak sayap kelelawar di punggungnya.Sementara hampir semua sosok itu, memiliki dua tanduk kecil di kepalanya. Hanya satu sosok saja yang memiliki satu tanduk di kepalanya, namun sosoknya nampak memiliki aura hitam yang paling pekat dibanding sosok-sosok lainnya. "Hahahaa..!!" "Hihihii..!!" Terdengar tawa bergema riuh rendah seperti dari kejauhan. Suara tawa riuh rendah bergema itu, seolah bukan datang dari alam nyata. "Akhirnya kau butuh juga dengan bantuan kami Tuan Andrew..!" seru bergema sosok bertanduk satu itu. "Terpaksa Gallant..! Karena yang kuhadapi nanti bukanlah musuh biasa..! Bersiaplah Gallant, dan juga kalian semua..!" seru Andrew menyahuti, sekaligus mengingatkan para sekutunya. Wrrrnngg...! Sebuah helikopter nampak mendekat ke arah lokasi Andrew cs dan K
Sementara Andrew dan Lidya telah tiba di Hotel Mauli Sanayen. Andrew langsung mengarahkan dan membawa Lidya, menuju ke kamarnya yang terletak di lantai paling atas hotel itu. Setibanya di dalam kamarnya, Andrew langsung memberi garis darah ghaibnya. Dan dia langsung menerapkan ilmu'Tabir Wujud'nya pada sekeliling ruang tidur kamarnya. Ya, Andrew tak menyadari bahwa dia telah terlambat untuk itu. Karena Bimo telah melihat hotel tempatnya berada dalam lintasannya, tepat saat Andrew bergesekkan dengan Lidya di dalam mobil tadi. "Masuklah Ratuku sayang. Kita akan menjadikan malam ini penuh, bagi kita berdua," ucap lembut Andrew, mempersilahkan Lidya yang terpaku di sisinya. "Baik." Lidya berkata datar, seraya masuk ke dalam ruang tidur yang telah dipagari dengan ilmu 'Tabir Wujud' oleh Andrew itu. 'Hmm. Akan kusadarkan kau dari pengaruh hipnotisku, di tengah pemainan asmara kita nanti Lidya. Disaat kau sudah hanyut, dan tak bisa menolak lagi hunjaman asmaraku..! Hahahaa..!' bathin
"Baik." Ya, Lidya bagai kerbau dicucuk hidungnya terhadap Andrew. Dengan hanya mengenakan baju tidurnya, Lidya melangkah keluar dari kamarnya. Andrew pun mengikuti di belakangnya. Sungguh keadaan rumah Lidya sangat mendukung aksi Andrew, karena Bi Inah sudah tenggelam dalam mimpi di kamarnya. Lidya langsung meraih kunci mobilnya yang tergeletak di meja ruang tengah. Lalu dia pun menuju ke garasi, dengan Andrew menjajari langkahnya. Klekh..! Lidya pun masuk ke dalam mobil bersama Andrew yang duduk di sebelahnya. "Kita ke Hotel Mauli Sanayen Lidya sayang," ujar lembut Andrew, dengan menahan gejolak hasratnya yang meledak-ledak terhadap gadis jelita itu. Ya, Lidya memang memiliki kecantikkan yang natural. Bahkan tanpa make up seperto saat itu pun, dia tetaplah segar menantang di mata pria sehat dan normal mana pun juga. Termasuk Andrew..! "Baik," sahut datar Lidya, dingin tanpa ekspresi. Brrmm..! Tin..! Tinn..! Security yang berjaga di posko samping gerbang pun bergegas membuka
"Tanya Bos..! Berapa lama kami harus latihan dan siap kerja nantinya..?!" tanya seorang anggota lagi. "Itu sangat tergantung pada keseriusan, dan kemampuan kalian dalam menyerap ilmu yang kuberikan. Sepertinya waktu 2-4 bulan saja cukup untuk persiapan kalian bekerja. Asalkan kalian menjalani latihan dengan serius.Tinggalkan kebiasaan mabuk-mabukkan..! Karena itu hanya akan melemahkan kondisi dan stamina tubuh kalian..! Kalian mengerti..?!" kembali Bimo berkata lantang. "Hahh..?! Hanya 2 sampai 4 bulan saja..?!" "Siap Boss..!!!" "Yang penting dapat pekerjaan..! Kami siapp..!" Seruan-seruan gembira dan penuh harapan terdengar dari seluruh anggota. Karena sesungguhnya mereka semua juga telah berpikir, jika tak selamanya mereka akan hidup dari jalanan. Layaknya kebanyakkan orang, mereka juga ingin menjalani kehidupan yang wajar dan tenang di masa mendatang. Bekerja, menikah, dan memiliki keluarga..!Ya, tawaran Bimo bagaikan memberi 'jalan terang' bagi mereka untuk hidup lebih bai
"Selamat datang semuanya..! Masuklah..!" seru Bimo tersenyum lebar, seraya menuruni teras rumahnya menyambut Denta cs. "Baik Bos Bimo..! Ayo kawan semua..! Kita masuk..! Parkir yang rapih dan teratur..! Hahaha..!" seru Denta tergelak senang. Dia berada paling depan di barisan gank motornya. "Siapp..!!!" "Malam Bos Bimo..!!!" Ngungg..! Ngenngg..! ... Ngunngg..!!! Dan berbondong-bondong barisan gank motor itu pun masuk ke halaman kediaman Bimo. Nampak tak kurang dari 75 unit motor meluncur masuk dan parkir berderet secara teratur, di halaman depan dan samping. Beruntung Bimo memiliki halaman yang cukup luas, untuk menampung semua kendaraan itu. Tutt.. Tuutt..!Ponsel Bimo berdering, 'Toko Ben;S Food memanggil'. Klikh..! "Ya. Apakah pesanan saya sudah berangkat..?" sapa Bimo. "Benar Tuan Bimo. Kami mengabarkan saat ini sedang di jalan, dan tak sampai 5 menit lagi akan tiba di tujuan." "Baik. Nanti langsung masuk saja, pagar sudah terbuka." "Baik Tuan Bimo." Klikh! "Silahkan
'Baiklah..! Nanti malam akan kudatangi kau Lidya!' bathin Andrew, seraya rebahkan diri di ranjang. Lalu sepasang matanya pun terpejam dengan cepat, kaku dan dingin.! Ya, sepertinya Andrew merasa sangat nyaman berada dalam ruang kamarnya yang remang, dengan semua korden yang tertutup rapat. *** Devi tengah bersantai di ruang tengah kantornya saat itu. Dia baru saja selesai menata ruangan kerjanya, dan juga ruang kerja pribadi Bimo. Ngunngg..! Cit..! Tin.. Tinn..! "Ahh..! Mas Bimo datang..!' seru senang bathin Devi, saat melihat sosok Bimo yang masuk ke halaman depan kantor dengan motornya. Dia pun bergegas melangkah ke teras, untuk menyambut Bos sekaligus pria idamannya itu. "Hei Devi..!" seru Bimo, seraya lemparkan senyumnya ke arah Devi. "Wah, Mas Bimo langsung ke sini tho. Kirain pulang dulu ke rumah," ujar Devi balas tersenyum. "Tidak Devi. Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu sebelum kantor kita ini resmi dibuka." "Ok Mas Bimo. Kita masuk saja yuk," ajak Devi t
"Ahh..! B-baiklah Kang..! K-kami menyerah..!" seru gugup dan gentar Denta. Kini terbuka sudah matanya, bahwa yang tengah dihadapinya bukanlah sembarang orang. "A-ampun Kang..!" "Tobat Kang..!" Pengakuan menyerah Denta, segera diikuti seruan-seruan minta ampun dari para anggotanya yang kesemuanya masih terkapar di tanah. Nampak senjata-senjata rusak dan patah para anggota gank, yang berserakkan di tanah. "Gelo..!" "Luar biasa..!" "S-siapa dia..?!" Seruan kaget dan takjub juga keluar dari mulut para karyawan dan security cafe itu, yang menyaksikan pengeroyokkan gank Road Spiders pada Bimo. Mereka selama ini memang tak berani melaporkan tindak semena-mena anggota gank itu pada polisi. Karena mereka sadar dan takut akan balasan para anggota gank Road Spiders, yang jumlahnya ratusan orang itu. Ya, kekaguman dan rasa takjub menyelimuti hati mereka semuanya, setelah melihat kemampuan Bimo yang berada di luar nalar dan sangat menggetarkan nyali itu. "Baik..! Mulai saat ini anggap s
Seth..! Denta dan anggota lainnya pun serentak menoleh ke arah Bimo, seraya ganti menatap layar ponsel itu. Dan.. "Hmm..! Mari kita kepung dia..!" bisik tajam Denta, seraya beranjak berdiri dari duduknya. Serentak seluruh gerombolan itu pun berdiri, dan melangkah ke arah Bimo berada. 'Hmm. Mereka telah mengenaliku rupanya', bathin Bimo, seraya tetap duduk tenang di kursinya. Bimo seolah tak melihat pergerakkan gerombolan itu, yang tengah mengelilingi pohon yang menaungi mejanya. Slakh..! Slagh..! ... Sregh..! Beberapa anggota nampak telah mengunus dan mengeluarkan senjata kesayangan mereka masing-masing. Karambit, pisau lipat, celurit kecil, knuckle, bahkan pistol pun terlihat dalam genggaman anggota gerombolan itu. Dengan dikelilinginya meja Bimo, maka otomatis pengunjung lain tak bisa lagi melihat posisi Bimo saat itu. Dan para pengunjung pun langsung keluar dari cafe itu dengan tergesa, takut terkena sasaran dari kerusuhan yang mereka duga pasti akan terjadi itu. Maka otomat