Beranda / Urban / Hasrat sang Konsultan Idaman / Bab 26. Bantuan Tersembunyi

Share

Bab 26. Bantuan Tersembunyi

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-15 01:01:30

"Ahh..! Jala Langit..!" kini Ki Sabdo yang berseru kaget, setelah dia ikut menatap ke arah langit.

"Benar Ki Sabdo. Bentuknya memang seperti jala yang menutupi langit tepat di atas rumah ini. Sepertinya ada yang akan mengirim 'sesuatu' ke rumah ini nanti malam," ujar Bimo menimpali ucapan Ki Sabdo. Bahkan Bimo juga bisa menjelaskan makna tersirat dari pertanda fenomena itu.

Dan dari kepekaan dan kecepatan respon saja Hendra kini bisa menilai, bahwa kemampuan Bimo bahkan telah melampaui kemampuan Ki Sabdo. Kepercayaannya pada Bimo, sebagai Konsultan Pribadi putrinya itu pun semakin menebal.

"Ahh..! Benarkah itu Bimo..?" sentak Hendra kaget, mendengar akan ada serangan halus ke kediamannya nanti malam.

"Benar Tuan Hendra. Sepertinya memang akan ada yang mengirimkan serangan halus ke sini nanti malam. Aku juga merasa tak asing dengan pemilik kekuatan bathin ini..? Tapi aku takut salah sangka terhadapnya," ujar Ki Sabdo membenarkan pandangan bathin Bimo.

"Dia bernama Ki Condro. Ki Sa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 27. Dua Rekan Kost

    "Ahh..! Terimakasih Bimo," desah haru Ki Sabdo. Kepekaan bathinnya langsung menangkap maksud baik Bimo. Ya, kini jelas sudah bagi Ki Sabdo, akan maksud sebenarnya Bimo terhadap dirinya. Bahwa Bimo bukan tak mau membantunya menghadapi Ki Condro, bahkan dengan mudah Bimo bisa mengalahkan Ki Condro seorang diri dengan Ki Naga Kencana miliknya. Tetapi Bimo ingin dirinyalah yang mengalahkan Ki Condro, agar kepercayaan keluarga Hendra semakin bertambah tinggi terhadapnya. "Sama-sama Ki Sabdo," ujar Bimo tenang. "Bagaimana Ki Sabdo, Bimo..? Apakah kalian sudah menemukan cara, untuk menghadapi serangan Ki Condro nanti malam..?" tanya Hendra dengan wajah cemas, saat Bimo dan Ki Sabdo kembali tiba di teras. "Tenanglah Tuan Hendra. Kami telah menemukan cara untuk mengatasi seranga Ki Condro itu. Tuan Hendra sekeluarga tenang saja di dalam rumah nanti malam," ujar Ki Sabdo tersenyum tenang. Ya, kini Ki Sabdo benar-benar berkata dengan kemantapan hati, sehingga getar suaranya bagai menembus

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 28. Keinginan Rindy

    'Huh..! Dasar orangtua bodoh...!' bathin Rindy, saat melihat kasus pembuangan anak bayi di semak-semak jalanan. Ya, tentu saja dia menjadi marah dan menyesalkan kejadian itu. Karena dirinya sendiri sedang sangat mendambakan seorang anak. "Malam Tante Rindy. Bimo bisa bicara sebentar dengan Tante..?" sapa Bimo, yang berniat mengutarakan sesuatu pada tante kostnya itu. "Langsung duduk saja Bimo. Bicara semalaman juga tak apa kok. Hihihi..!" sahut Rindy seraya tertawa geli. Sebenarnya Rindy memang tengah menanti Bimo lewat sejak tadi. Karena biasanya Bimo memang keluar mencari makan malam pada jam-jam itu. "Tante. Bimo sudah diberhentikan dari kantor yang lama. Dan sekarang Bimo bekerja pada Lidya.Dan kebetulan Bimo mendapat fasilitas rumah dari Lidya, Tante. Karenanya Bimo mau pamit dan tinggal di Gorbo, menempati rumah fasilitas itu. Bimo mohon maaf, jika selama Bimo kost di sini selalu merepotkan Tante Rindy. Karena Tante sudah sangat baik dan bijak pada Bimo," ungkap Bimo akhi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 29. Klimaks Dan Kesal

    "Ahhk..! T-tante.. bisakah k-kita hentikan saja semua ini..!" seru terbata Bimo, di tengah erangan tertahan yang tak sengaja keluar dari mulutnya. "Ahh, Bimo.. Kau sudah berjanji satu jam padaku Bimo... Ini belum lagi 15 menit sayang..!" seru Rindy di tengah kegemasan dan gairahnya yang meletup-letup terhadap Bimo. Dan Bimo pun terhenyak diam, karena memang dia sudah berjanji seperti itu pada tante kostnya itu. Tak ada alibi lagi baginya kini. Dan yang lebih celakanya, saat itu Bimo mengenakan celana panjang trainingnya. Karena dia memang biasa mengenakan celana bola atau training saat malam dan hendak tidur. Maka semakin jelaslah penampakkan 'Bimo Junior' yang tercetak di celana trainingnya itu. Hal yang semakin membuat Rindy bernafsu meraba, membelai, bahkan setengah meremas benda itu. "Ahks..! T-tante.. j-jangan begitu..!" seru tersentak Bimo, saat merasakan remasan gemas tangan Rindy pada miliknya, yang sudah tegak maksimal itu. Setengah mati Bimo menahan hasrat dan gairahnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 30. Kabar Dini Hari

    Tutt.. Tutt..! "Ya Halo Bu Devi. Tumben malam-malam menghubungi saya." "Malam Pak Budi. Tak ada apa-apa kok. Saya hanya sekedar mau tanya nomor ponsel Bimo Pak. Siapa tahu Pak Budi tahu nomornya." "Wah! Kebetulan saya ada tuh kontaknya Bu Devi. Ini juga karena Bimo pernah menolong saya.. Sebentar ya Bu." "Wah kebetulan sekali kalau begitu. Baik Pak Budi. Saya tutup dulu panggilannya ya." Klikh! Tak lama setelah Devi menutup panggilannya. Bip! Masuk chat dari Pak Budi pada Devi, yang berisikan nomor kontak Bimo. Devi : "Baik Pak Budi terimakasih ya." Pak Budi : "Baik Bu Devi." Devi pun menyimpan nomor kontak Bimo di ponselnya. Namun ada sesuatu yang terbersit di benaknya saat itu. 'Pak Budi bilang Bimo pernah menolongnya..? Menolong dalam hal apa ya..? Baiklah, besok akan kutanyakan hal itu di kantor saja', bathin Devi, dengan rasa penasaran. *** Bimo baru saja mandi dan berganti pakaian saat itu. Usai meladeni keinginan gila dari Rindy tadi. Bimo merasa dia harus member

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 31. Fasilitas Dan Ambisi

    Rumah itu nampak sangat asri, megah, dan juga cukup luas. "Nah kita sudah sampai Mas Bimo," ujar Lidya, seraya beranjak keluar dari dalam mobil. "Baik Lidya," Bimo pun berkata sambil ikut keluar dari mobil.Sementara barang bawaannya milik Bimo dari kost memang tak banyak, hanya barang-barang penting saja yang dibawanya. Selebihnya bahkan dia tinggalkan begitu saja, setelah Lidya bilang perkakas rumah sudah tersedia lengkap di rumah barunya itu. Di gerbang masuk tadi ada seorang security yang berjaga di pos jaga yang terletak di belakang pagar gerbang. Dan kini nampak sepasang lelaki daan wanita berumur menghampiri mereka. "Wah! Selamat datang Non Lidya, Tuan! Mari saya bawakan tasnya Tuan," ucap lelaki berumur itu hangat dan sopan. "Wah tak usah Pak. Ringan kok ini," sahut Bimo, seraya menyalami lelaki itu dan istrinya. Bimo merasa tak perlu merepotkan lelaki berumur itu. "Salam Pak Adi, Ibu. Ini teman Lidya, namanya Mas Bimo. Dia yang akan menetap di sini," ujar Lidya ramah pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 32. Penasaran Devi

    Demi mewujudkan ambisi dan impian hatinya, Kyoshi menyanggupi perintah dari Tuan Shanada. Dan dengan diam-diam, Kyoshi mulai bergerak mengumpulkan data-data dan berkas rahasia Katada Corp, tempatnya bekerja. Menjadi musuh dalam selimut! Sementara Yuriko sendiri seperti halnya Lidya, dia juga tengah dipersiapkan untuk menggantikan kedudukkan sang ayah di Katada Corp. Namun Yuriko belum mendapat keleluasaan seperti halnya Lidya, karena dia belum pada tahap sebagai pengambil keputusan dalam Katada Corp.Ya, Yuriko baru pada tahap mempelajari, menjalani perintah, serta arahan dari ayahnya, dalam mengelola Katada Corp. Praktis sedikit sekali waktu bagi Yuriko, untuk bisa meluaskan wawasannya pada soal percintaan dan asmara. Hal yang membuatnya masih virgin sampai saat itu..! Sebuah fakta yang mencengangkan memang, mengingat di negeri Pangje rata-rata gadis telah mengenal olah asmara bahkan sejak usia 15-16 tahun. Demikianlah sekelumit kisah tentang Katada Corp, yang tengah memelihar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 33. Fika Minta Bukti

    "Ini nomor siapakah Lidya..? Apakah dia seorang paranormal..?" "Itu adalah nomor konsultan pribadiku Fika. Sepertinya dia bisa membantu melihat masalahmu dengan Randy. Dia memang memiliki kemampuan di luar akal, Fika. Namanya Mas Bimo, orangnya seumuran dengan kita," ungkap Lidya. "Baik Lidya. Mungkin nanti akan kuhubungi dia. Terimakasih ya," ujar Fika. "Tapi agak susah untuk bertemu dengannya Fika, karena dia tinggal di Gorbo. Tapi aku yakin, dia bisa membantumu hanya dari jarak jauh saja," ujar Lidya tersenyum yakin. 'Ahh! Lidya, dari dulu aku tuh paling anti dengan yang namanya paranormal, dukun, cenayang, kebathinan, dan sebagainya. Tapi baiklah, tak ada salahnya aku menghubungi rekomendasi dari Lidya ini', bathin Fika. Ya, usai melakukan meeting di ballroom hotel itu bersama para pengusaha lainnya. Lidya bertemu dengan Fika, sobat lamanya itu. Dan ternyata Fika sudah menikah dengan Randy, yang sama-sama teman kuliahnya dulu. Sudah hampir 2 tahun Fika dan Randy menikah, nam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 34. Bayangan Wajah Tersangka

    "Haihh..!!" Fika berseru terkejut bukan kepalang, dia pun langsung merubah posisinya dan membenahi dasternya.Sungguh Fika sama sekali tak menduga! Jika orang yang bernama Bimo itu bisa mengetahui dengan persis posisi tubuhnya, dan bahkan hingga warna segitiganya..! 'Gila..! I-ini sungguh mengerikkan..! Pantas saja Lidya merekomendasikan dia..!' bathin Fika takjub bercampur malu bukan main pada Bimo. Klikh! Reflek Fika mematikan panggilannya, di tengah rasa ngeri, takut, kaget, dan juga malu yang mendera dirinya terhadap Bimo. 'Hmm. Biaarlah, nanti dia juga menghubungiku lagi', bathin Bimo memaklumi keterkejutan dan rasa malu Fika itu. Ya, Bimo memang tengah memberi sedikit pelajaran pada Fika, yang dirasanya tak etis dan angkuh. Karena meminta pembuktian kemampuan dirinya.Seolah kemampuannya adalah sesuatu yang harus dipamerkan dan dipertontonkan lebih dulu, agar orang tertarik dan percaya padanya. Lalu Bimo pun mulai membuka-buka kitab leluhurnya, dan mempelajari lebih dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 154.

    "Ahhskk..! T-tuan Andreww...! A-akhu sam..paihhs..! Ahhsgk..!" erangan terbata bernuansa erotis, terdengar begitu menggetarkan dari wanita muda dan cantik di bawah himpitan tubuh Andrew. Nampak mata terbeliak, regangan tubuh, dan kedutan pinggulnya yang melenting ke atas. Seolah hendak melahap habis, tonggak keras milik Andrew yang juga menghujam dalam di liang surganya. Ya, wanita itu kini tengah melayang indah, di tengah surganya dunia yang hanya bisa dirasa dan tak pernah ada yang bisa melukiskannya dalam alam nyata."Haarghks..!" geraman Andrew pun menyusul, menandakan dia juga telah tiba pada klimaks asmaranya. Namun seketika saja muncul taring di mulutnya, seiring dengan memerahnya bola mata pria tampan itu. Lalu... Craasph..! Srrrpphhs..! taring Andrew pun menancap dalam dan mengoyak pembuluh darah di leher sang wanita, disertai suara menghirup yang begitu dalam oleh Andrew. Bersamaan dengan ledakkan klimaks yang tengah dirasakannya. "Ahhsskk..!! T-tuan Andrew...!!" seru t

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 153.

    "Hmm. Baiklah Mas Bimo. Lalu bagaimana aku pergi ke Gorbo nanti Mas Bimo..?" ujar Devi agak bingung. "Kau bisa ikut dengan mobilku Devi. Dua koper roda itu saja kan bawaanmu nanti, Devi..? Itu masih bisa kok masuk bagasi mobilku," ujar Bimo menenangkan Devi. "Iya Mas Bimo," Devi akhirnya menuruti saja saran Bimo. Dia memang penuh percaya atas semua ucapan Bimo, karena dia mengetahui kemampuan Bimo. Akhirnya tak lama kemudian, Devi pun mendapat restu dan bahkan support dari Baskara dan Rini. Untuk bekerja di kantor Bimo. "Selamat bekerja di kantor Mas Bimo, Devi. Sering-seringlah pulang ke ruamh di waktu senggangmu nanti ya," ujar Rini lembut. "Baik Ibu, Ayah. Devi akan pulang jika ada waktu senggang," sahut Devi tersenyum. Kini hatinya merasa sangat lega, dan dia bisa berangkat dengan tenang serta nyaman, menuju tempat tinggal sekaligus tempat kerjanya di Gorbo. Ya, Baskara dan Rini akhirnya juga meminta maaf pada Bimo atas kesalah pahaman mereka selama ini terhadap Bimo. "Maaf

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 152.

    "Ahhh...!!" seruan kaget Baskara dan Rini pun terdengar bersamaan, dengan ekspresi wajah seolah tak percaya. Baskara menatap dengan mata terbelalak, sementara Rini sampai mengangkat sebelah tangan menutupi mulutnya yang ternganga. Baskara bahkan sampai mengklik profil m-banking itu, untuk memastikan apakah itu benar-benar akun Bimo. Dan dia pun menemukan fakta, bahwa itu adalah benar akun asli milik Bimo Setiawan. Ya, nilai deretan panjang angka di saldo rekening Bimo, memang sungguh berada di luar dugaan Baskara dan istrinya. Tutt.. Tutt..! Ponsel Bimo yang masih berada di tangan Baskara berdering, dia serta Rini melihat dengan jelas 'Pak Hendra Winata' tertera di layarnya. "W-winata Group..?!" seru gugup Baskara dengan bibir bergetar, seketika dia memberikan kembali ponsel itu pada Bimo dengan tangan agak gemetar. "Maaf, boleh saya menerima panggilan dulu Pak, Bu..?" ujar Bimo tersenyum tenang, seolah tak melihat keterkejutan di wajah kedua orangtua Devi. "S-silahkan Bimo,"

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 151.

    "Huhh..! Kebetulan sekali kalau begitu..! Ayo Bu, kita bicara langsung saja dengan Bimo..!" seru Baskara, seraya mengajak istrinya ikut menemui Bimo. Dan memang benar Bimolah yang datang berkunjung ke kediaman Baskara saat itu. Klekh..! "Wah..! Mas Bimo jadi juga datang ke sini. Silahkan duduk Mas," sambut Devi tersenyum gembira, melihat kedatangan Bimo. Kendati hatinya juga diliputi rasa was was akan sikap orangtuanya terhadap Bimo nanti. "Lho..! Ada tamu kok disuruh duduk di teras Devi. Persilahkan saja Bimo masuk ke ruang tamu sini. Kami juga hendak bicara dengannya," ujar Baskara dingin dari dalam pintu. Ya, Bsaskara dan Rini merasa enggan ikut keluar menyambut Bimo. Walau mereka juga agak terkejut, saat melihat Bimo datang dengan mengendarai mobil yang cukup berkelas. "Hmm..! Apakah itu mobilnya atau pinjaman ya Bu..?" bisik Baskara di dekat telinga Rini. "Entahlah Mas. Yang jelas kita tanya saja padanya, apa sebenarnya yang bisa dia tawarkan pada putri kita dengan bekerja

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 150.

    Klik.! "Ya, halo Mbak Ratri,” sahut Bimo. “Pagi Bimo. Sedang sibukkah sekarang?” tanya Ratri. “Aku baru saja mandi Mbak. Bagaimana kabarnya nih?” sahut Bimo bertanya. " O ya Bimo. Tak lama setelah kamu pergi A' Rahadian meminta bantuanku, untuk mengirim dana ke rekeningmu sebesar 5 miliar. Semoga sudah kau terima ya Bimo." Ratri mengabarkan.“Lho, darimana Mbak Ratri tahu nomor rekeningku?” tanya Bimo heran. “Bukankah saat Bimo membawa A'a Rahadian ke rumah sakit, kamu yang membayarkan biayanya Bimo? Dari situlah aku mengetahui nomor rekeningmu,” sahut Ratri tenang. “Oh iya, hehe. Kalau begitu, sampaikan terimakasihku pada Mas Rahadian ya. Tapi sebetulnya tak perlu berlebihan Ratri. Mas Rahadian seharusnya bisa menggunakan uang itu untuk pengembangan bisnisnya saja." “Tidak Bimo. Bahkan menurutku kamu pantas menerima yang lebih dari itu." “Ahh, kalian ini. O iya, bagaimana kabar si Desi kecil Mbak?” “Wahh, dia sekarang jadi fans beratmu Bimo. Dimana-mana dia bercerita soal k

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 149.

    Bruaghhk..! Braaghk..!! Ciittt...!! Gedubraghhk..!! "Arrghk..!!" terdengar teriakkan orang-orang dalam dua kendaraan itu. Dua APV hitam itu pun langsung miring dan terguling ke arah ladang singkong di seberang jalan. Taph..! Yoga mendarat ringan di dekat kedua mobil pengangkut yang terguling itu. Dan dengan cepat dia keluarkan pistol dari balik pakaiannya. Lalu... Darr..! Darr..! ... Darr..!! Dua pengemudi mobil dan dua rekannya yang mendampingi di dalam mobil pengangkut itu. Keempatnya tewas seketika dengan kepala berlubang, diterjang timah panas yang dilepaskan Yoga dengan tanpa ampun. Cittt...!! Tiga pengendara motor segera injak rem motor mereka dengan tiba-tiba dan berseru kaget dan marah ke arah Yoga. "Heii..!! S-siapa.. Dor, dor, ... Dorr..!! Namun rentetan tembakkan dari para anak buah Yoga langsung menjawab, dan menembus tubuh ketiga pengendara motor yang mengawal mobil pengangkut itu. "Ahkss..!!" Brugh..! ... Brugh..! Ketiga security pengawal itu pun ikut tewas

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 148.

    "Hebat Mas Iwan. Kalau begitu Mas Iwan akan Lidya tempatkan di divisi pengawasan anggaran proyek saja ya. Jadi Mas Iwan bisa langsung terjun ke lapangan proyek nantinya," jelas Lidya. "Terimakasih Mbak Lidya. Saya siap ditempatkan dimanapun itu. Saya akan mencurahkan seluruh daya, kesetiaan, dan kemampuan saya pada perusahaan Mbak Lidya. Dan saya berterimakasih sekali atas bantuan dan pertolongan Mbak Lidya dan Mas Bimo. Rasanya sampai mati pun, saya tak akan bisa membalas hutang budi saya pada kalian berdua," ucap Iwan, dengan suara serak penuh rasa haru dan terimakasih. "Tak perlu terlalu dipikirkan Mas Iwan. Besok datanglah dengan membawa CV Mas Iwan ke kantor saya. Temuilah kepala personalia di sana. Ini kartu saya, perlihatkan saja pada kepala personalia. Selanjutnya Mas Iwan tinggal ikuti saja arahannya ya," ujar Lidya, ikut merasa terharu dan senang mendengar ucapan Iwan. "Benar Mas Iwan. Tak perlu terlalu dijadikan beban pikiran. Hanya saja, jika melihat orang disekitar M

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 147.

    "Hahh..! K-kamu punya perusaahaan..?!" sentak terkejut Hesti, seolah tak percaya. Ya, walau memiliki sebuah perusahaan ternama, penampilan Lidya memang terkesan biasa saja. Lidya memang tak suka menunjukkan perhiasan atau pun gemerlap pakaian, yang biasa dikenakan oleh orang-orang kelas elite. Padahal jika Hesti dan Darma berkesempatan melihat semua perhiasan yang dimiliki Lidya di lemari koleksinya. Niscaya mata mereka akan katarak dan buta seketika..!Karena saking berkilau, langka, dan banyaknya koleksi perhiasan Lidya..! "T-tapi perusahaannya harus ternama. Minimal kami mengenalnya Lidya..!" seru gagap Hesti, tak mau menyerah begitu saja. "Ayah..! Kenapa Ayah mempermalukan Tari di depan orang-orang..?! Tari bukan barang dagangan, Ayah..!" sentak Tari, yang merasa malu sekali, terhadap prilaku kedua orangtuanya. Di depan Iwan dan kedua pendampingnya itu. "Kamu diam dulu Tari..! Ini untuk kebaikkanmu sendiri, dan juga nama baik keluarga..!" hardik Darma, seraya membelalakkan mat

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 146.

    'Ahh..! Mas Bimo, Mbak Lidya..! Sebegitu besar bantuan kalian padaku..!' bathin Iwan tersentak kaget penuh keharuan. Dia pun menatap Bimo dan Lidya bergantian, dengan sepasang mata beriak basah. Dengan diam-diam Bimo menepuk pelan punggung Iwan, untuk mengisyaratkan agar Iwan tetap tenang dalam pembicaraan itu. Dan Iwan pun memahami isyarat menenangkan dari Bimo itu. "B-baik..! Kami akanmenghitung uang itu nanti," ujar Hesti seraya beranjak dari kursinya, hendak memanggil putrinya. Ya, Tari akhir-akhir ini memang lebih senang mengurung diri di kamarnya. Setelah peristiwa kekasihnya yang dipermalukan oleh kedua orangtuanya itu. Tok, tok, tok..! "Tari..! Keluarlah sebentar, ada tamu yang ingin bertemu denganmu Nak..!" seru sang ibu, setelah mengetuk pintu kamar Tari. Namun Tari yang berada dalam kamar itu merasa sangat enggan, untuk menyahuti seruan ibunya itu. Tari tetap tenggelam dalam lamunan dan kesedihannya. Dia tak ambil peduli dengan panggilan ibunya itu. Ya, perasaan Tari

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status