Home / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / 40. Di Jalan Pulang

Share

40. Di Jalan Pulang

Author: Asia July
last update Last Updated: 2024-09-25 12:31:09

Albert telah mengisi keranjang terakhir berisi anggur merah yang segar-segar. Keringat membasahi sekujur tubuhnya, wajahnya sedikit memerah karena panas, hari memang sudah semakin siang. Tapi Sophia dan Dana masih belum juga kembali. Joe bilang Dana pergi untuk memetik sayuran di dalam rumah tumbuhan. Karena itulah Albert berniat untuk menyusul mereka ke sana sekarang.

Sementara itu, di dalam rumah tumbuhan, Sophia tengah duduk di bangku kayu dengan kaki kanan terangkat dan bertumpu di atas paha kiri, tangannya memijat perlahan pergelangan kakinya yang terlihat memerah.

Itu terjadi karena tadi, ketika Sophia tengah berjongkok memetik cabai, dia tidak sadar ada siput yang berjalan perlahan naik ke punggung kakinya. Kemudian, saat dia sadar akan kehadiran hewan tanah itu, Sophia langsung menjerit dan refleks mengibaskan kakinya membabi buta, berlari menjauh dari sana. Karena sikap sembrono itu, dia tidak melihat ada gundukan tanah di depannya kemudian kakinya tersandung.

Dana sangat ter
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat Terpendam Suamiku   41. Hadiah Dari Pria Lain

    Albert membawa Sophia ke dokter dan telah diperiksa. Pergelangan kaki Sophia kini telah dibalut perban berwarna putih. Beruntung klinik tempat Sophia diperiksa terletak di sudut kota yang sepi dan tengah sepi pengunjung pula, jadi tidak akan ada yang melihatnya digendong seperti koala di punggung Albert, itu hal paling memalukan yang akan terjadi.“Karena alasan apa hari ini kau cuti?” tanya Sophia setelah mereka sampai di rumah dan kini tengah duduk di pantri dapur menikmati makan siang yang dibuat Dana.“Aku tidak perlu alasan,” jawab Albert singkat.Sophia sebenarnya bertanya karena semenjak pagi Albert selalu memegang tabletnya—kecuali ketika mereka pergi ke kebun tadi, membuat Sophia berpikir bahwa lelaki itu sibuk mengerjakan pekerjaannya di kantor bahkan sekalipun dia mengambil hari libur.Albert yang awalnya terdiam menoleh pada Sophia. “Aku hanya mengecek pekerjaan Maurice,” katanya.“Ah ya, aku jarang melihat Maurice. Dia bahkan tidak pernah datang ke sini.”“Dia sibuk. Untu

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   42. Rooftop

    Jauh dari jenis makan malam yang dikatakan Albert saat di rumah tadi, acara makan malam yang Daniel adakan ternyata sebuah perayaan pembukaan restoran barunya yang terletak di lantai paling atas sebuah mall mewah. Sophia datang mengenakan gaun berwarna darksoft purple, membalut cantik tubuhnya yang ramping, berlengan panjang dengan leher tinggi.Banyak tamu undangan yang datang, dan tidak heran bagi Sophia Albert mengenali beberapa wajah, sehingga mereka berdua harus berhenti beberapa kali untuk menyapa. Sebelum akhirnya mereka sampai pada Daniel yang merupakan tuan rumah dari pesta makan malam mewah itu.Saat melihat Sophia dan Albert mendekat, senyum Daniel melebar. “Sophie!” serunya.Sebenarnya Sophia merasa sedikit tidak nyaman dengan panggilan akrab itu, hanya Albert atau beberapa orang terdekat saja yang memanggilnya demikian. Tapi Sophia tidak memprotes panggilan Daniel yang sok akrab itu.“Daniel, pesta yang sangat mengagumkan,” sapa Sophia, mengulurkan tangan hendak menyalami

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   43. Dari Mana Kita Memulai

    “Aku ingin bicara.”Ya, inilah saatnya, pikir Sophia. Sekalipun mereka tengah berada di tengah-tengah pesta, Sophia merasa suasana di antara dirinya dengan Albert cukup tepat, dan kapan lagi Sophia akan memiliki keberanian seperti ini?“Apa?” Albert menyahut, menatap Sophia dengan ekspresi tenang. Berbanding terbalik dengan ekspresi Sophia sendiri. Dan Albert menyadarinya, apapun yang hendak Sophia katakan pasti sesuatu penting yang telah lama mengganggu pikiran wanita itu. “Ada apa?” tanya Albert lagi.“Ngh…” Sophia tidak sempat selesai mengucapkan perkataannya karena setelah itu, suara letusan terdengar di langit, atensi mereka semua teralihkan ke sana—ke percikan kembang api berwarna-warni yang menghias langit gelap.Sophia menggumam, “Cantik.”Letusan-letusan itu terus meluncur. Kembang api meledak dengan indah. Semua orang menatapnya dengan kagum, terhipnotis dalam momen itu untuk beberapa saat.Namun Albert justru menatap ke arah Sophia, memandang rambut hitam panjang yang tert

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   44. Tidur Bersama (1)

    “Bagaimana kalau malam ini? Kau tidur di kamarku?”Sophia menatap Albert seolah lelaki itu telah kehilangan akal sehatnya. “Kau gila?!”Senyum Albert melebar, lalu dia menggeleng. “Kau sendiri yang menawarkan kompromi ini, kau tidak berhak untuk berkata tidak.” Albert kemudian bangkit berdiri.Mata Sophia bergetar. Membayangkan dirinya berada di satu ruangan yang sama dengan Albert, di atas ranjang, bergelung selimut, itu terlalu… melelahkan. Melelahkan untuk jantungnya.Tidak peduli dengan status mereka yang sudah sah, tetap saja ini adalah hal yang baru.Tapi seperti kata Albert, apakah Sophia berhak untuk mundur sekarang? Sepertinya jawabannya adalah tidak. Sophia pun ikut berdiri dan mendongak menatap suaminya itu.“Baik. Karena pembicaraan kita juga belum selesai, mungkin sebaiknya kita bicarakan di tempat tidur.” Ekspresi di wajah Sophia saat mengatakannya sangat datar.Albert menahan senyum. “Memang… pembicaraan di atas ranjang itu selalu berbobot, ayo kita lakukan.”***Butuh

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   45. Tidur Bersama

    “Dari mana kita harus memulai?” Albert mengulang pertanyaan Sophia tadi. “Dari sini,” lanjutnya.Lalu entah siapa yang pertama kali melakukan, wajah keduanya saling mendekat, napas mereka beradu tajam. Saat jarak semakin menipis, Sophia memejamkan mata. Albert menatap bibir wanita itu yang tampak begitu mengundang, sebelum akhirnya dia menutupnya dengan bibirnya sendiri.Suara kesiap Sophia tertelan begitu saja saat bibir mereka menyatu, rasa menyengat seperti aliran listrik menggelitik setiap syarafnya. Tidak ada perasaan yang lebih baik dari ini, pikir Sophia.Albert terus melumat bibir Sophia, mengulumnya keras, sampai suara kenikmatan lolos dari bibir wanita itu. Albert begitu senang mendengarnya dan dia menggunakan momen itu untuk menjulurkan lidah, menyatukan bibir mereka lebih panas, dengan lidah yang saling berdansa. Saliva mengalir dari sudut bibir, turun ke dagu. Albert tersenyum, kemudian mengusapnya dan memperdalam ciuman mereka.Sophia mengeluarkan suara itu lagi, yang se

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   46. Sisi Menggemaskan

    Ketika pintu Albert buka, Dana berdiri di hadapannya dengan membawa nampan berisi segelas susu berwarna merah muda dan sepiring biskuit rasa cokelat. Mata Dana memicing menatap Albert curiga. Albert menaikkan sebelah alisnya. “Ng… aku tidak butuh cemilan malam i—”Belum sempat Albert selesai berkata, Dana memotong, “Sophia tidak ada di kamarnya, dia belum kembali.” Suara Dana terdengar tajam, seperti seseorang yang tengah mengomeli anak lelakinya.Albert tidak tahu harus menjawab apa. Dia tidak mungkin berkata jujur bahwa Sophia sekarang ada di kamarnya, masih menenangkan diri setelah ciuman panas mereka.“Albert, kau tahu Sophia tidak suka saat kau membawa wanita pulang ke rumah,” cerca Dana.Albert butuh beberapa saat untuk mengerti maksud ucapan Dana itu. “Aku—”“Dan kau melakukannya! Bayangkan bagaimana perasaan istrimu kalau dia sampai tahu. Kupikir hubungan kalian akhir-akhir ini sudah membaik. Dan aku tadinya tidak mau ikut campur. Tapi apa yang kau lakukan ini salah, Albert.”

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   47. Permainan Pertanyaan

    Sophia sudah mengganti pakaian, bahkan juga sempat berendam dan membersihkan diri. Lalu setelah itu dia duduk di pinggir ranjang dengan perasaan gugup. Handuk masih menggantung di leher, ujung rambutnya masih basah dan dia belum bersisir.Pakaian yang dikenakannya adalah baju tidur paling tertutup yang dia punya. Sophia tidak mau Albert berpikir bahwa dia tengah menggoda lelaki itu jika menggunakan baju tidurnya yang biasa, yang jauh lebih terbuka dari yang sekarang dikenakannya.Sophia tidak tahu apa yang akan terjadi malam ini. Semuanya tidak pernah berjalan seperti yang dia inginkan kalau itu menyangkut Albert. Tapi yang terpenting, sekarang Sophia lega karena dia sudah mengutarakan keinginannya. Dia sudah berani melakukannya dan hal itu adalah sebuah rekor yang sangat besar karena selama ini Sophia lebih sering menutup diri dan merasa insecure dengan dirinya.Tangan Sophia kemudian tanpa sadar menyentuh bahunya, turun ke payudara dan berhenti di pinggang. Albert belum melihat ‘bag

    Last Updated : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   48. Rencana Makan Malam

    Sophia membelalak. Apa yang baru saja Albert katakan? “Be-beri aku jawaban, bukan pertanyaan ulang.”“Ya, aku yakin karenamu aku jadi tidak masuk kerja hari ini.”“Kenapa karena aku?”“Kau membuatku mabuk kemarin malam.”Cara Albert mengatakannya… terdengar seperti lelaki itu tengah menyalahkannya. Sedangkan Sophia tadi berpikiran berbeda, sekarang dia malu dengan pikirannya sendiri.“Apa aku pernah memaksa sampanye itu masuk ke tenggorokanmu?!”“Wow, kasar sekali.” Albert menyengir, menyembunyikan rasa gelinya.“Kau sendiri yang menerima bergelas-gelas sampanye dari wanita itu! Kenapa aku? Kau bersikap seolah kau tidak terbiasa mabuk saja. Dan seharusnya aku juga menyalahkanmu, pagi ini aku tidak mungkin bangun dengan sakit di kepala kalau kau tidak mengajakku ke pertemuan bisnis yang konyol itu.”“Hm, kau sekarang terdengar benar-benar kesal,” gumam Albert pada dirinya sendiri. Ada nada geli yang terdengar di sana dan membuat Sophia berang.“Aku memang kesal!” Sophia lantas berbalik

    Last Updated : 2024-09-25

Latest chapter

  • Hasrat Terpendam Suamiku   164. Pelan-pelan (19)

    Albert membawa Sophia ke mobil dengan susah payah, menggendong istrinya yang terus saja memberontak. Pengunjung lain yang ada di luar mulai menatap mereka aneh, bahkan salah seorang penjaga mendekati Albert dengan tatapan penuh curiga.“Dia istriku,” sahut Albert tanpa menghentikan langkahnya, si penjaga pun kembali mundur.Pintu dibuka, Albert memasukkan Sophia ke dalam dan memasangkannya safety-belt juga.“Apa yang kau lakukan?! Biarkan aku pergi!” berontak Sophia dengan tenaga yang mulai melemah.Albert tidak menghiraukannya dan segera berlari ke sisi lain mobil kemudian masuk ke dalam. Tepat ketika Albert menyalakan mesin, Sophia membuka sabuk pengamannya lalu bergerak cepat membuka pintu. Tapi gerakan Albert lebih cepat lagi, menangkap tubuh istrinya itu dan mendorongnya ke kursi, lalu tanpa peringatan menyatukan bibir mereka dalam pagutan yang dalam.Rontaan Sophia melemah, tangannya yang mencengkeram lengan Albert per

  • Hasrat Terpendam Suamiku   163. Bar

    Sophia benar-benar pergi menemui Alexander, tapi dia tidak menunggu besok melainkan melakukannya malam itu juga. Saat Sophia bertemu dengannya di lobi perusahaan, Alexander tengah dalam perjalanan untuk pulang. Dia terkejut ketika melihat Sophia berada di sana.“Sophia,” katanya.Sophia tersenyum ramah. “Halo, Alex.”Beberapa saat kemudian, keduanya telah berada di sebuah bar yang menyajikan anggur. Alexander sengaja mengatakan bahwa dia hendak mengunjungi tempat ini untuk melepas penatnya setelah seharian kerja. Sophia awalnya meminta waktu lelaki itu sejenak, tapi Alexander menolaknya mentah-mentah.“Aku pesan champagne,” kata Sophia pada si bartender yang duduk di balik meja. Dia mengangguk lalu mulai menyiapkan pesanan Sophia.“Aku juga,” kata Alexander ikut.Sophia menatapnya, dan Alex memberikannya senyum penuh arti. “Kau tahu? Sekarang setiap kali aku meminum champagne, aku selalu

  • Hasrat Terpendam Suamiku   162. Ayah

    Sore itu Sophia terbangun dalam keadaan linglung. Dia terdiam beberapa saat sebelum deringan di ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Luke Abraham.Sophia, yang belum benar-benar mengumpulkan kesadarannya pun langsung menatap layar ponselnya dengan mata memicing. Setelah beberapa hari tidak ada kabar, baru kali ini Luke kembali menghubunginya. Dan isi pesan tersebut membuat Sophia semakin keheranan.[Pulanglah sebentar ke Kediaman Abraham, aku punya berita penting yang harus aku beri tahukan padamu.]Sophia lalu bangun dari tidurnya dan pergi bersiap-siap sembari menduga-duga berita penting apa yang hendak Luke katakan.Apa Paula atau Billie akan menikah? Atau Luke sendiri yang sudah menemukan pasangan untuk membangun rumah tangga? Apa pun itu, Sophia tetap dibuat penasaran.Dua jam kemudian Sophia sampai di Kediaman Abraham, tepat saat makan malam. Namun, saat Sophia masuk, Luke sudah menyambutnya di depan pintu.Saat So

  • Hasrat Terpendam Suamiku   161. Keputusan Egois

    Sophia keluar dari kamarnya pada waktu makan siang. Saat itu, Albert sudah pergi dengan amarah yang tidak bisa terucapkan.Sophia menunduk, menatap makanan di piringnya tanpa minat.“Sophie? Kau baik-baik saja?” tanya Laura pada putrinya yang tampak sedu itu.“Hm,” sahut Sophia.“Apa kau dan Albert sudah berbicara?” tanya Laura lagi, menatapnya penasaran.Saat sedang berada di ruang santai tadi, Albert sempat mendatanginya untuk pamit. Laura tidak menyangka kalau menantu lelakinya itu akan bersikap penuh sopan padanya dan benar-benar menganggapnya sebagai ibu. Sudah terlalu lama Laura jauh dari kehidupan Sophia sehingga terkadang dia merasa dirinya tidak pantas untuk mencampuri urusan-urusan sang putri.Tapi kali ini, Laura begitu penasaran.“Ya, Mom,” jawab Sophia, diikuti helaan napas pendek.“Ada apa denganmu? Bukankah seharusnya kau senang dia pergi?” tukas Daniel

  • Hasrat Terpendam Suamiku   160. Tidak Bisa Menjawab

    Sophia menjauh dari pintu saat Albert membukanya. Dia hendak menghindar supaya tidak ketahuan menguping, tapi selimut yang melilit tubuhnya itu terinjak sehingga Sophia terjatuh ke lantai dengan kedua tangan sebagai tumpuan.“Sophie!” seru Albert terkejut, lalu langsung berlari membantu Sophia untuk bangun. “Kau tidak apa-apa?” tanya Albert.Sophia bergeming. Dia memang tidak apa-apa, tidak ada yang sakit. Tapi menyadari bahwa dirinya baru saja hampir menyakiti sang janin di perut, membuatnya tertegun. Bagaimana kalau tadi dia tidak memiliki refleks cepat sehingga jatuh dengan perutnya yang mendarat lebih dulu? Sophia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Memang belum genap satu bulan dia mengetahui dirinya tengah hamil, tapi Sophia telah mengikat hubungan yang sangat erat dengan bayi di dalam perutnya dan kehilangannya adalah hal terakhir yang Sophia inginkan.Melihat tatapan kosong di mata wanita itu, Albert menjadi cemas. &ldq

  • Hasrat Terpendam Suamiku   159. Interupsi (19)

    “Albert?” lirih sebuah suara.Albert langsung tersadar dan sedikit menunduk, melihat sepasang kelopak mata yang bergerak, walau dia tidak bisa melihat mata Sophia sepenuhnya, tapi Albert tahu istrinya itu telah terjaga.“Apa aku membangunkanmu?” tanya Albert kemudian. Detak jantungnya kembali melaju cepat, oleh rasa takut kalau Sophia akan tersadar dan menyudahi semuanya.“Hm,” sahut wanita itu.Dan beberapa menit berlalu, hal yang Albert khawatirkan tidak kunjung terjadi. Dia pun menunduk lagi dan melihat Sophia masih tidak bergeming.“Albert,” kata wanita itu.Tubuh Albert langsung menegang. “Ya?”“Bagaimana kabar Cecil?”“….”“Hm?” ucap Sophia lagi.“Kenapa kau bertanya?” sahut Albert.“Aku hanya penasaran. Bukankah tadi kalian saling mengirim pesan?”Sejenak, Albert

  • Hasrat Terpendam Suamiku   158. Dalam Pelukanku (19)

    Albert menekan tubuh Sophia dengan tubuhnya sendiri. Memagut bibir ranum itu, melumatnya lembut, dan merasakan perlakuan yang sama pada bibirnya.Rasanya seperti di surga; memeluk dan mencium wanita yang dicintainya ini.Tidak ada yang bisa Albert pikirkan selain luapan emosi di antara mereka, yang dia tuangkan dalam rengkuhan penuh hasrat itu.Suara cecap bibir saling bersahutan di kamar dengan suasana sunyi, menambah semangat kedua insan yang tengah saling memadu kasih. Bahkan sekali pun oksigen di paru-paru masing-masing mulai menipis, mereka masih enggan untuk menjauh.Sampai akhirnya dada Sophia semakin terasa sesak, dia pun menepuk bahu Albert dan mendorongnya, namun menyisakan jarak yang tidak cukup jauh.“Albert?” lirih Sophia dengan napas memburu.Albert menyahutinya dengan gumaman singkat, lalu beralih untuk mengecup leher istrinya itu, memeluknya kian erat, seolah takut bahwa Sophia akan berubah pikiran dan mendorongny

  • Hasrat Terpendam Suamiku   157. Biarkan Saja

    Suara dering notifikasi dari ponsel kembali membuat dua pasang mata itu terbuka. Karena nada dering yang sama, mereka sibuk mengecek ponsel masing-masing yang diletakkan di nakas.Sophia yang lebih dulu menyadari bahwa itu bukan bunyi dari ponselnya, pun kembali berbaring tidur.Saking sunyinya suasana di antara mereka, Sophia sampai bisa mendengar suara jari Albert mengetuk pada layar, mengetik sesuatu di sana. Sophia tidak tahan untuk tidak bertanya-tanya siapa yang kiranya menghubungi Albert selarut ini.Pasti wanita itu.Sophia tersenyum getir, lalu memperbaiki posisi tidurnya agar lebih nyaman.Nyaris saja Sophia lupa, bahwa ada sesuatu yang sangat serius di antara dirinya dan Albert. Lagi-lagi Sophia mengingatkan diri sendiri untuk tidak lagi terjatuh pada pesona pria itu, untuk melupakannya dan membuat kehidupan baru dengan anaknya kelak.Sedang Sophia sibuk dengan pikirannya sendiri, Albert juga sama. Dia membalas sebuah email yang b

  • Hasrat Terpendam Suamiku   156. Hasrat Yang Tersisa

    Albert duduk di samping Sophia dalam diam. Menatap udara dengan tatapan nyaris kosong. Sementara itu, Sophia sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, yang Albert yakini pasti naskah novel yang tengah dia garap.Anehnya, keheningan di antara mereka kali ini terasa tidak menggangu. Seolah memang itulah yang mereka butuhkan. Duduk berdua, tanpa kata-kata yang akan berakhir menyakiti mereka sendiri.Albert teringat akan lima buku karya Sailendra A. di rumah yang baru-baru ini dia beli untuk memuaskan rasa rindunya pada sang istri. Albert memang baru membaca beberapa lembar saja, dia belum memiliki waktu luang untuk menghabiskan membaca semuanya.Namun, walau begitu, Albert sudah tahu bahwa Sophia adalah penulis yang hebat.Saat sedang memikirkan itu, perhatian Albert teralihkan oleh suara jari Sophia yang menari di atas keyboard-nya yang terdengar semakin keras. Ekspresi di wajah wanita itu juga tampak mengerut kesal.“Kenapa?” tanya Albert pad

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status