Share

36. Tantangan (2)

Penulis: Asia July
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-24 10:49:36
“Siapa yang bajingan?”

Sophia hampir tersedak dibuat oleh suara yang tiba-tiba itu. Dan kalau dia bisa mendengar suara itu dengan jelas di ruangan yang dipenuhi suara musik menggelegar ini, berarti orang itu berbicara di dekatnya.

Terlalu dekat.

Sophia bahkan tidak berani menoleh dan memusatkan tatapannya pada cairan bening di dalam gelas.

“Hm? Kenapa kau tidak menjawab? Aku jadi berpikir bahwa yang kau umpat adalah aku,” ujar suara itu terdengar menjengkelkan.

Sophia pun menoleh, dan tepat seperti dugaannya, wajah mereka bahkan lebih dekat dari saat tadi Sophia bersama Albert.

“Tuan Alexander?” ucap Sophia.

“Hm?” Pria itu tersenyum lebar, aroma manis champagne tercium dari napasnya yang menerpa wajah Sophia.

“Anda terlalu dekat,” sambung Sophia, ekspresinya masih sama dingin dari semenjak dia kembali dari toilet tadi.

Alexander terkekeh kemudian sedikit menjauh.

“Dan maaf, aku tidak cukup mengenalmu untuk mengumpatimu, Tuan Alexander.”

“Panggil saja aku Alex, Nyonya—”

“Sophia, please,
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat Terpendam Suamiku   37. Kerinduan

    “Albert! Apa yang kau pikir baru saja kau lakukan, hah?” Sophia membentak, sambil mencoba untuk menarik tangannya dari genggaman Albert yang sangat kencang.“Diam!” sahut pria itu tegas. Langkah kakinya lebar dan dia berjalan semakin cepat, menyeret Sophia bersamanya.Mereka turun ke parkiran di basement dan masuk ke dalam mobil.“Kau mengganggu kesenanganku!” Sophia menyeru sambil mengelusi tangannya yang memerah.“Kesenangan? Merendahkan dirimu sendiri hanya untuk menyinggungku seperti itu kau sebut sebuah kesenangan?!”Sophia menyorot marah padanya. “Jangan terlalu percaya diri. Aku melakukannya karena aku suka.”“Karena kau suka, ya?” Albert tersenyum mengejek.Sophia semakin jengkel dibuatnya. “Ya, Alexander adalan pencium yang… hmmphh!”Albert memotong ucapan Sophia itu dengan mencium bibirnya.Sophia meronta, mendorong dada Albert dengan kuat. Albert pun menjauh.Sophia berdecih. “Eewww… kau menjijikkan! Bibirmu baru saja kau gunakan mencium jalang itu!”Kilatan amarah dan gair

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   38. Pertengkaran

    Saat pagi menyingsing, Sophia turun untuk sarapan dan bertemu dengan Albert yang telah duduk lebih dulu di meja makan. Tumben sekali lelaki itu belum berangkat ke kantor pada jam segini, batin Sophia.Saat Sophia menghampirinya, Albert mengalihkan pandang dari gadget di tangannya pada Sophia. Pandangan lelaki itu membuat Sophia menahan napas karena mengingat apa yang mereka lakukan kemarin malam dan apa yang Albert lakukan padanya setelah itu.Wajah Sophia memanas, dia mencoba menyembunyikannya dengan berbelok ke arah dapur menghampiri Dana.Namun terlambat, karena Albert sudah terlanjur melihat rona merah di pipi istrinya itu.“Sophia, apa kau baik-baik saja, Dear? Albert bilang semalam kau habis minum-minum?” tanya Dana sesaat setelah dia menyadari kehadiran Sophia di dapurnya.“Ya, aku baik-baik saja,” jawab Sophia. Terima kasih untuk seseorang, dia merasa jauh lebih baik saat bangun tidur tadi, terlebih setelah meminum obat painkiller yang orang itu beri.“Syukurlah. Aku akan buat

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   39. Di Taman

    Mereka tadi menolak, tapi kenyatannya kini keduanya tengah berada di kebun anggur yang Dana bicarakan. Luasnya tidak seberapa, terletak di belakang rumah, setelah taman. Pohon-pohon anggur tumbuh dengan subur, merambat mengikuti kerangka kubah setengah lingkaran.Ada suami Dana di sana, Joe Florence, Sophia biasa memanggilnya dengan panggilan formal. Sekalipun sudah beberapa kali Sir Florence menyarankannya untuk memanggil Joe saja, tapi Sophia belum terbiasa.Joe bekerja sebagai penjaga kebun, dia dan istrinya tinggal tidak jauh dari sini, dan mengelola beberapa petak tanah milik Albert adalah hal yang telah lama mereka lakukan, bahkan sebelum Albert membeli rumah itu.“Nyonya Raymond, kau di sini!” sapa Joe saat mereka mendekat.“Hai, Sir Florence,” sahut Sophia, tersenyum ramah.“Dan Tuan, maaf aku tidak melihatmu lebih dulu,” Joe beralih pada Albert dan menunduk sedikit meminta maaf.“Hm,” sahut Albert tampak acuh. Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar, melihat kebun anggur yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   40. Di Jalan Pulang

    Albert telah mengisi keranjang terakhir berisi anggur merah yang segar-segar. Keringat membasahi sekujur tubuhnya, wajahnya sedikit memerah karena panas, hari memang sudah semakin siang. Tapi Sophia dan Dana masih belum juga kembali. Joe bilang Dana pergi untuk memetik sayuran di dalam rumah tumbuhan. Karena itulah Albert berniat untuk menyusul mereka ke sana sekarang.Sementara itu, di dalam rumah tumbuhan, Sophia tengah duduk di bangku kayu dengan kaki kanan terangkat dan bertumpu di atas paha kiri, tangannya memijat perlahan pergelangan kakinya yang terlihat memerah.Itu terjadi karena tadi, ketika Sophia tengah berjongkok memetik cabai, dia tidak sadar ada siput yang berjalan perlahan naik ke punggung kakinya. Kemudian, saat dia sadar akan kehadiran hewan tanah itu, Sophia langsung menjerit dan refleks mengibaskan kakinya membabi buta, berlari menjauh dari sana. Karena sikap sembrono itu, dia tidak melihat ada gundukan tanah di depannya kemudian kakinya tersandung.Dana sangat ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   41. Hadiah Dari Pria Lain

    Albert membawa Sophia ke dokter dan telah diperiksa. Pergelangan kaki Sophia kini telah dibalut perban berwarna putih. Beruntung klinik tempat Sophia diperiksa terletak di sudut kota yang sepi dan tengah sepi pengunjung pula, jadi tidak akan ada yang melihatnya digendong seperti koala di punggung Albert, itu hal paling memalukan yang akan terjadi.“Karena alasan apa hari ini kau cuti?” tanya Sophia setelah mereka sampai di rumah dan kini tengah duduk di pantri dapur menikmati makan siang yang dibuat Dana.“Aku tidak perlu alasan,” jawab Albert singkat.Sophia sebenarnya bertanya karena semenjak pagi Albert selalu memegang tabletnya—kecuali ketika mereka pergi ke kebun tadi, membuat Sophia berpikir bahwa lelaki itu sibuk mengerjakan pekerjaannya di kantor bahkan sekalipun dia mengambil hari libur.Albert yang awalnya terdiam menoleh pada Sophia. “Aku hanya mengecek pekerjaan Maurice,” katanya.“Ah ya, aku jarang melihat Maurice. Dia bahkan tidak pernah datang ke sini.”“Dia sibuk. Untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   42. Rooftop

    Jauh dari jenis makan malam yang dikatakan Albert saat di rumah tadi, acara makan malam yang Daniel adakan ternyata sebuah perayaan pembukaan restoran barunya yang terletak di lantai paling atas sebuah mall mewah. Sophia datang mengenakan gaun berwarna darksoft purple, membalut cantik tubuhnya yang ramping, berlengan panjang dengan leher tinggi.Banyak tamu undangan yang datang, dan tidak heran bagi Sophia Albert mengenali beberapa wajah, sehingga mereka berdua harus berhenti beberapa kali untuk menyapa. Sebelum akhirnya mereka sampai pada Daniel yang merupakan tuan rumah dari pesta makan malam mewah itu.Saat melihat Sophia dan Albert mendekat, senyum Daniel melebar. “Sophie!” serunya.Sebenarnya Sophia merasa sedikit tidak nyaman dengan panggilan akrab itu, hanya Albert atau beberapa orang terdekat saja yang memanggilnya demikian. Tapi Sophia tidak memprotes panggilan Daniel yang sok akrab itu.“Daniel, pesta yang sangat mengagumkan,” sapa Sophia, mengulurkan tangan hendak menyalami

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   43. Dari Mana Kita Memulai

    “Aku ingin bicara.”Ya, inilah saatnya, pikir Sophia. Sekalipun mereka tengah berada di tengah-tengah pesta, Sophia merasa suasana di antara dirinya dengan Albert cukup tepat, dan kapan lagi Sophia akan memiliki keberanian seperti ini?“Apa?” Albert menyahut, menatap Sophia dengan ekspresi tenang. Berbanding terbalik dengan ekspresi Sophia sendiri. Dan Albert menyadarinya, apapun yang hendak Sophia katakan pasti sesuatu penting yang telah lama mengganggu pikiran wanita itu. “Ada apa?” tanya Albert lagi.“Ngh…” Sophia tidak sempat selesai mengucapkan perkataannya karena setelah itu, suara letusan terdengar di langit, atensi mereka semua teralihkan ke sana—ke percikan kembang api berwarna-warni yang menghias langit gelap.Sophia menggumam, “Cantik.”Letusan-letusan itu terus meluncur. Kembang api meledak dengan indah. Semua orang menatapnya dengan kagum, terhipnotis dalam momen itu untuk beberapa saat.Namun Albert justru menatap ke arah Sophia, memandang rambut hitam panjang yang tert

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Hasrat Terpendam Suamiku   44. Tidur Bersama (1)

    “Bagaimana kalau malam ini? Kau tidur di kamarku?”Sophia menatap Albert seolah lelaki itu telah kehilangan akal sehatnya. “Kau gila?!”Senyum Albert melebar, lalu dia menggeleng. “Kau sendiri yang menawarkan kompromi ini, kau tidak berhak untuk berkata tidak.” Albert kemudian bangkit berdiri.Mata Sophia bergetar. Membayangkan dirinya berada di satu ruangan yang sama dengan Albert, di atas ranjang, bergelung selimut, itu terlalu… melelahkan. Melelahkan untuk jantungnya.Tidak peduli dengan status mereka yang sudah sah, tetap saja ini adalah hal yang baru.Tapi seperti kata Albert, apakah Sophia berhak untuk mundur sekarang? Sepertinya jawabannya adalah tidak. Sophia pun ikut berdiri dan mendongak menatap suaminya itu.“Baik. Karena pembicaraan kita juga belum selesai, mungkin sebaiknya kita bicarakan di tempat tidur.” Ekspresi di wajah Sophia saat mengatakannya sangat datar.Albert menahan senyum. “Memang… pembicaraan di atas ranjang itu selalu berbobot, ayo kita lakukan.”***Butuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25

Bab terbaru

  • Hasrat Terpendam Suamiku   164. Pelan-pelan (19)

    Albert membawa Sophia ke mobil dengan susah payah, menggendong istrinya yang terus saja memberontak. Pengunjung lain yang ada di luar mulai menatap mereka aneh, bahkan salah seorang penjaga mendekati Albert dengan tatapan penuh curiga.“Dia istriku,” sahut Albert tanpa menghentikan langkahnya, si penjaga pun kembali mundur.Pintu dibuka, Albert memasukkan Sophia ke dalam dan memasangkannya safety-belt juga.“Apa yang kau lakukan?! Biarkan aku pergi!” berontak Sophia dengan tenaga yang mulai melemah.Albert tidak menghiraukannya dan segera berlari ke sisi lain mobil kemudian masuk ke dalam. Tepat ketika Albert menyalakan mesin, Sophia membuka sabuk pengamannya lalu bergerak cepat membuka pintu. Tapi gerakan Albert lebih cepat lagi, menangkap tubuh istrinya itu dan mendorongnya ke kursi, lalu tanpa peringatan menyatukan bibir mereka dalam pagutan yang dalam.Rontaan Sophia melemah, tangannya yang mencengkeram lengan Albert per

  • Hasrat Terpendam Suamiku   163. Bar

    Sophia benar-benar pergi menemui Alexander, tapi dia tidak menunggu besok melainkan melakukannya malam itu juga. Saat Sophia bertemu dengannya di lobi perusahaan, Alexander tengah dalam perjalanan untuk pulang. Dia terkejut ketika melihat Sophia berada di sana.“Sophia,” katanya.Sophia tersenyum ramah. “Halo, Alex.”Beberapa saat kemudian, keduanya telah berada di sebuah bar yang menyajikan anggur. Alexander sengaja mengatakan bahwa dia hendak mengunjungi tempat ini untuk melepas penatnya setelah seharian kerja. Sophia awalnya meminta waktu lelaki itu sejenak, tapi Alexander menolaknya mentah-mentah.“Aku pesan champagne,” kata Sophia pada si bartender yang duduk di balik meja. Dia mengangguk lalu mulai menyiapkan pesanan Sophia.“Aku juga,” kata Alexander ikut.Sophia menatapnya, dan Alex memberikannya senyum penuh arti. “Kau tahu? Sekarang setiap kali aku meminum champagne, aku selalu

  • Hasrat Terpendam Suamiku   162. Ayah

    Sore itu Sophia terbangun dalam keadaan linglung. Dia terdiam beberapa saat sebelum deringan di ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Luke Abraham.Sophia, yang belum benar-benar mengumpulkan kesadarannya pun langsung menatap layar ponselnya dengan mata memicing. Setelah beberapa hari tidak ada kabar, baru kali ini Luke kembali menghubunginya. Dan isi pesan tersebut membuat Sophia semakin keheranan.[Pulanglah sebentar ke Kediaman Abraham, aku punya berita penting yang harus aku beri tahukan padamu.]Sophia lalu bangun dari tidurnya dan pergi bersiap-siap sembari menduga-duga berita penting apa yang hendak Luke katakan.Apa Paula atau Billie akan menikah? Atau Luke sendiri yang sudah menemukan pasangan untuk membangun rumah tangga? Apa pun itu, Sophia tetap dibuat penasaran.Dua jam kemudian Sophia sampai di Kediaman Abraham, tepat saat makan malam. Namun, saat Sophia masuk, Luke sudah menyambutnya di depan pintu.Saat So

  • Hasrat Terpendam Suamiku   161. Keputusan Egois

    Sophia keluar dari kamarnya pada waktu makan siang. Saat itu, Albert sudah pergi dengan amarah yang tidak bisa terucapkan.Sophia menunduk, menatap makanan di piringnya tanpa minat.“Sophie? Kau baik-baik saja?” tanya Laura pada putrinya yang tampak sedu itu.“Hm,” sahut Sophia.“Apa kau dan Albert sudah berbicara?” tanya Laura lagi, menatapnya penasaran.Saat sedang berada di ruang santai tadi, Albert sempat mendatanginya untuk pamit. Laura tidak menyangka kalau menantu lelakinya itu akan bersikap penuh sopan padanya dan benar-benar menganggapnya sebagai ibu. Sudah terlalu lama Laura jauh dari kehidupan Sophia sehingga terkadang dia merasa dirinya tidak pantas untuk mencampuri urusan-urusan sang putri.Tapi kali ini, Laura begitu penasaran.“Ya, Mom,” jawab Sophia, diikuti helaan napas pendek.“Ada apa denganmu? Bukankah seharusnya kau senang dia pergi?” tukas Daniel

  • Hasrat Terpendam Suamiku   160. Tidak Bisa Menjawab

    Sophia menjauh dari pintu saat Albert membukanya. Dia hendak menghindar supaya tidak ketahuan menguping, tapi selimut yang melilit tubuhnya itu terinjak sehingga Sophia terjatuh ke lantai dengan kedua tangan sebagai tumpuan.“Sophie!” seru Albert terkejut, lalu langsung berlari membantu Sophia untuk bangun. “Kau tidak apa-apa?” tanya Albert.Sophia bergeming. Dia memang tidak apa-apa, tidak ada yang sakit. Tapi menyadari bahwa dirinya baru saja hampir menyakiti sang janin di perut, membuatnya tertegun. Bagaimana kalau tadi dia tidak memiliki refleks cepat sehingga jatuh dengan perutnya yang mendarat lebih dulu? Sophia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Memang belum genap satu bulan dia mengetahui dirinya tengah hamil, tapi Sophia telah mengikat hubungan yang sangat erat dengan bayi di dalam perutnya dan kehilangannya adalah hal terakhir yang Sophia inginkan.Melihat tatapan kosong di mata wanita itu, Albert menjadi cemas. &ldq

  • Hasrat Terpendam Suamiku   159. Interupsi (19)

    “Albert?” lirih sebuah suara.Albert langsung tersadar dan sedikit menunduk, melihat sepasang kelopak mata yang bergerak, walau dia tidak bisa melihat mata Sophia sepenuhnya, tapi Albert tahu istrinya itu telah terjaga.“Apa aku membangunkanmu?” tanya Albert kemudian. Detak jantungnya kembali melaju cepat, oleh rasa takut kalau Sophia akan tersadar dan menyudahi semuanya.“Hm,” sahut wanita itu.Dan beberapa menit berlalu, hal yang Albert khawatirkan tidak kunjung terjadi. Dia pun menunduk lagi dan melihat Sophia masih tidak bergeming.“Albert,” kata wanita itu.Tubuh Albert langsung menegang. “Ya?”“Bagaimana kabar Cecil?”“….”“Hm?” ucap Sophia lagi.“Kenapa kau bertanya?” sahut Albert.“Aku hanya penasaran. Bukankah tadi kalian saling mengirim pesan?”Sejenak, Albert

  • Hasrat Terpendam Suamiku   158. Dalam Pelukanku (19)

    Albert menekan tubuh Sophia dengan tubuhnya sendiri. Memagut bibir ranum itu, melumatnya lembut, dan merasakan perlakuan yang sama pada bibirnya.Rasanya seperti di surga; memeluk dan mencium wanita yang dicintainya ini.Tidak ada yang bisa Albert pikirkan selain luapan emosi di antara mereka, yang dia tuangkan dalam rengkuhan penuh hasrat itu.Suara cecap bibir saling bersahutan di kamar dengan suasana sunyi, menambah semangat kedua insan yang tengah saling memadu kasih. Bahkan sekali pun oksigen di paru-paru masing-masing mulai menipis, mereka masih enggan untuk menjauh.Sampai akhirnya dada Sophia semakin terasa sesak, dia pun menepuk bahu Albert dan mendorongnya, namun menyisakan jarak yang tidak cukup jauh.“Albert?” lirih Sophia dengan napas memburu.Albert menyahutinya dengan gumaman singkat, lalu beralih untuk mengecup leher istrinya itu, memeluknya kian erat, seolah takut bahwa Sophia akan berubah pikiran dan mendorongny

  • Hasrat Terpendam Suamiku   157. Biarkan Saja

    Suara dering notifikasi dari ponsel kembali membuat dua pasang mata itu terbuka. Karena nada dering yang sama, mereka sibuk mengecek ponsel masing-masing yang diletakkan di nakas.Sophia yang lebih dulu menyadari bahwa itu bukan bunyi dari ponselnya, pun kembali berbaring tidur.Saking sunyinya suasana di antara mereka, Sophia sampai bisa mendengar suara jari Albert mengetuk pada layar, mengetik sesuatu di sana. Sophia tidak tahan untuk tidak bertanya-tanya siapa yang kiranya menghubungi Albert selarut ini.Pasti wanita itu.Sophia tersenyum getir, lalu memperbaiki posisi tidurnya agar lebih nyaman.Nyaris saja Sophia lupa, bahwa ada sesuatu yang sangat serius di antara dirinya dan Albert. Lagi-lagi Sophia mengingatkan diri sendiri untuk tidak lagi terjatuh pada pesona pria itu, untuk melupakannya dan membuat kehidupan baru dengan anaknya kelak.Sedang Sophia sibuk dengan pikirannya sendiri, Albert juga sama. Dia membalas sebuah email yang b

  • Hasrat Terpendam Suamiku   156. Hasrat Yang Tersisa

    Albert duduk di samping Sophia dalam diam. Menatap udara dengan tatapan nyaris kosong. Sementara itu, Sophia sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, yang Albert yakini pasti naskah novel yang tengah dia garap.Anehnya, keheningan di antara mereka kali ini terasa tidak menggangu. Seolah memang itulah yang mereka butuhkan. Duduk berdua, tanpa kata-kata yang akan berakhir menyakiti mereka sendiri.Albert teringat akan lima buku karya Sailendra A. di rumah yang baru-baru ini dia beli untuk memuaskan rasa rindunya pada sang istri. Albert memang baru membaca beberapa lembar saja, dia belum memiliki waktu luang untuk menghabiskan membaca semuanya.Namun, walau begitu, Albert sudah tahu bahwa Sophia adalah penulis yang hebat.Saat sedang memikirkan itu, perhatian Albert teralihkan oleh suara jari Sophia yang menari di atas keyboard-nya yang terdengar semakin keras. Ekspresi di wajah wanita itu juga tampak mengerut kesal.“Kenapa?” tanya Albert pad

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status