Brak!Kakek Robert menggebrak mejanya saat pengacara memberitahu bahwa keluarga Lewis mengajukan pembatalan pernikahan antara Rafael dan Alba. Pengacara memberitahu Robert dua hari setelah pertemuan terakhir antara Rafael dengan Lewis di rumah sakit. Sungguh, Robert tidak tahu apa yang sudah terjadi, tapi Robert langsung meminta asistennya mencari tahu semuanya. "Cari tahu apa yang sebenarnya terjadi! Bagaimana bisa Alba adalah Sophia Lewis dan bagaimana semua bisa menjadi seperti ini? Sophia Lewis dirawat di rumah sakit dan Rafael terus membuat keributan. Ah, semua berita ini membuat kepalaku berdenyut. Aku membutuhkan informasinya segera!" teriak Robert pada asistennya. "Baik, Pak!"Asistennya pun mencari tahu semuanya sebelum akhirnya ia memberi laporan lengkap pada Robert dan Robert makin emosi dibuatnya. Robert pun mendatangi Rafael pagi-pagi sekali di rumah Rafael sampai suasananya menjadi begitu ribut. "Kau pikir apa yang sudah kau lakukan, Rafael? Apa kau tahu kalau kau s
Dua bulan berlalu dan kondisi Sophia benar-benar sudah pulih seperti sedia kala. Kondisi Sophia sempat drop dan sakit kepalanya makin menjadi, hingga akhirnya tindakan harus dilakukan segera. Lewis dan Jenni pun membawa Sophia ke luar negeri untuk berobat, sedangkan Jackson dan Gemma tetap melanjutkan bekerja seperti biasanya. Mereka pun lebih bebas bergerak, tapi mereka lebih cemas karena setelah Sophia sembuh, berarti usaha mereka akan mengulang dari awal. "Aku sudah lelah berpura-pura di depan semua orang, Kak Jackson. Berpura-pura senang karena kondisi Kak Sophia yang akhirnya sembuh. Oh, aku lelah sekali. Tapi bagusnya, saat mereka semua pergi, kita bebas selama dua bulan ini," keluh Gemma malam itu saat ia dan Jackson sudah berada di ruang kerja Jackson di rumah. Jackson hanya tersenyum mendengarnya sambil mengangkat gelas winenya karena mereka memang sedang menikmati wine bersama. Mereka memang bebas sebebas-bebasnya dua bulan ini. Mereka juga sudah melakukan banyak hal di
"Selamat datang, Pak CEO Williams Group yang baru." Onad dan Yola menyambut Rafael pagi itu begitu Rafael tiba dan Rafael pun melangkah masuk tanpa menyahuti ucapan Onad. Malah Yola yang langsung menyenggol kekasihnya itu. "Sstt, belum resmi, tunggu satu jam lagi," sahut Yola sambil terkikik. "Ah, baiklah!" seru Onad yang ikut terkikik sambil membenarkan posisi jasnya dan melangkah mengikuti Rafael. Hari ini adalah hari yang spesial bagi mereka karena hari ini, akhirnya Rafael akan secara resmi dilantik menjadi CEO Williams Group yang baru dan perjuangan mereka selama ini pun tidak sia-sia. Rasanya masih teringat jelas di benak Onad dan Yola bagaimana kacaunya Rafael dua bulan yang lalu. Rafael bertengkar hebat dengan Kakek Robert karena Rafael tidak diijinkan untuk bertemu dengan Sophia Lewis lagi. Bahkan, Rafael rela dicoret dari kartu keluarga demi mempertahankan cintanya pada istrinya. Namun, siapa yang menyangka, Kakek Robert akhirnya kolaps karena pertengkaran itu. Meliha
"Sekali lagi selamat untukmu, Rafael! Akhirnya Kakek bisa tenang sekarang setelah menyerahkan perusahaan padamu!" Kakek Robert terlihat begitu bangga pada Rafael. Begitu juga dengan Thomas dan Ivana. Ivana sendiri sudah menjadi ibu yang luar biasa baik bagi Rafael selama dua bulan terakhir ini. Ivana memberikan dukungan terbesar bagi Rafael setelah ditinggalkan oleh Alba, walaupun Rafael tetap menanggapinya dengan acuh. Namun, Ivana tidak pernah lelah mendukung anak sambungnya itu. Bahkan, sering kali Ivana menjadi juru bicara bagi Rafael yang sekarang memang lebih pendiam itu. "Rafael memang membanggakan dan kita harus merayakan ini kan, Ayah?" seru Ivana. "Tentu saja! Kita akan makan bersama nanti malam."Semua orang pun masih begitu gembira setelah pelantikan CEO. Para petinggi perusahaan pun bergantian memberi selamat pada Rafael. Onad dan Yola pun tidak berhenti tertawa sumringah, walaupun Rafael masih tetap sama, tidak terlalu menunjukkan banyak ekspresi. Rafael selalu seri
Sophia masih tidak tahu harus bersikap seperti apa sekarang. Sungguh, Sophia sudah bisa menikmati berciuman dengan Jackson sampai Sophia merasa percaya diri bahwa ia juga pasti bisa melayani suaminya di atas ranjang. Namun, nyatanya, Sophia tidak bisa. Bahkan merasakan tangan besar Jackson yang mulai bergerilya di tubuhnya membuat Sophia kehabisan napas. Hingga saat tangan Jackson akhirnya menangkup dada Sophia, Sophia pun memberontak. "Ah, Jackson, maaf, maafkan aku. Mendadak kepalaku sakit sampai aku mau muntah," dusta Sophia yang akhirnya bangkit berdiri dari kursinya dan mengeratkan lagi sabuk jubah mandinya. Jackson sendiri langsung kecewa dan begitu ingin mengumpat karena hasratnya sudah benar-benar di ujung. Pasti Sophia bisa melihat miliknya yang sudah berdiri tegak saat ini, tapi apa? Sakit kepala? "Sayang, kau kenapa? Sakit kepala? Sampai mau muntah? Bukankah setelah operasi itu kau sudah sembuh? Apa yang kau rasakan, Sayang?" tanya Jackson yang seolah cemas pada istriny
"Maaf semua, aku harus keluar menerima telepon penting dulu karena sinyalnya kurang bagus di sini." Rafael berpamitan pada beberapa rekan bisnis yang masih mengobrol dengannya malam itu. Rafael pun memberi kode pada Onad untuk melanjutkan mengobrol, sedangkan Rafael memilih untuk keluar dari gedung ballroom dan menerima teleponnya. Rafael berdiri tidak jauh dari pintu ballroom dan mengobrol bersama rekan bisnisnya yang lain di telepon, tanpa ia tahu bahwa ada seorang wanita yang sedang memperhatikannya di belakang sana. Sampai akhirnya Rafael selesai menelepon, Rafael pun memasukkan ponsel ke kantong celananya dan ia berniat kembali ke dalam ballroom.Namun, saat Rafael membalikkan tubuhnya, dunia Rafael juga seolah berhenti berputar menatap seorang wanita di sana, wanita yang luar biasa cantik yang sedang berdiri tidak jauh darinya. Posisi mereka tidak jauh, tapi juga tidak dekat. Beberapa orang pun melintas di sekitar mereka, bahkan di hadapan mereka juga, tapi tidak ada yang te
Satu minggu berlalu dan perasaan Sophia tidak pernah tenang. Terhitung sudah tiga kali ia menolak Jackson saat pria itu ingin berhubungan dengannya dan satu kali lagi gagal karena Gemma memanggil Jackson untuk membicarakan pekerjaan penting. Dan selebihnya, Sophia selalu tidur duluan sebelum Jackson masuk ke kamar. Sungguh, perasaan Sophia masih tidak jelas dan ia merasa apa yang ia lakukan ini salah, sangat salah. Tapi Sophia juga tidak bisa menerima Jackson seolah dirinya sudah dimiliki pria lain. Ya, itu kenyataannya, Rafael adalah orang pertama yang tidur dengan Sophia dan sampai detik ini, Rafael masih adalah pria terakhir. Mereka sudah berhubungan cukup sering dengan sangat panas dan secara sadar, Sophia belum bisa membiarkan tubuhnya disentuh oleh pria lain, padahal Jackson adalah suaminya. "Ah, perasaan ini menyebalkan sekali. Sial! Apa yang harus aku lakukan? Tidak mungkin aku menolaknya lagi nanti, besok, dan seterusnya." Sophia terus mendesah kesal di dalam ruang kerjan
"Hmm, ini enak sekali, mengisi perut setelah beraktivitas fisik yang hebat selalu terasa lebih nikmat. Benar kan begitu, Kak Jackson?" Gemma mengunyah makanannya sambil terus menatap Jackson dengan tatapan menggoda. Kaki Gemma masih tetap bermain-main di bawah meja dan Jackson juga tambah menikmatinya. "Tentu saja, Gemma. Tapi kau tahu, mendadak hasratku bangkit lagi. Aku tidak pernah puas denganmu, Gemma. Kita masih punya waktu, segeralah selesaikan makanmu dan layani aku lagi!" titah Jackson yang selalu membangkitkan hasrat Gemma juga. Gemma tidak pernah bisa membantah kalau mereka sudah di ranjang. Mereka pun menyelesaikan makan malam mereka dengan cepat, sebelum mereka pun naik lagi ke lift untuk menuju ke kamar mereka. Gemma tidak berhenti bergelayut di lengan Jackson dan saat keduanya sudah berdiri di dalam lift, dari pintu lift yang akan menutup, Onad berhasil mengambil foto keduanya yang sedang berciuman mesra. Jantung Onad pun berdebar kencang saat melakukannya dan tanga
"Oek ... oek ...." Satu bulan lebih sejak pernikahan Onad dan Yola akhirnya Sophia pun melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat gemuk dan tampan. Sungguh, prosesnya sama sekali tidak mudah karena Sophia mengalami sakit seharian sejak kemarin, sebelum hari ini akhirnya bayinya berhasil lahir dengan selamat juga. Sophia sendiri sudah lama memutuskan untuk melahirkan secara normal. Rafael yang tidak tega melihat istrinya kesakitan pun sudah berulang kali hampir menyerah dan meminta operasi saja, tapi Sophia bertahan dan ia masih yakin mampu menahan semua rasa sakit itu. Dan perjuangannya tidak sia-sia. Semua rasa sakitnya pun mendadak lenyap saat mendengar tangisan merdu dari bayi mereka. "Oh, Sophia, Sayang, bayi kita, Sayang. Bayi kita!" seru Rafael yang terus menciumi wajah Sophia yang masih berkeringat itu. Rafael terus menggenggam tangan Sophia saat Sophia mengejan dan setiap detik kesakitan Sophia membuat hati Rafael begitu pilu. Kalau bisa, Rafael saja yang sakit, janga
"Hmm, akhirnya kita satu kamar lagi, Rafael." "Dan selamanya kita akan satu kamar sekarang, Sayang!" Rafael dan Sophia saling bertatapan mesra di kamar mereka malam itu. Setelah pesta sederhana di pagi hari, mereka kembali menjamu beberapa tamu makan malam sebelum mereka bisa beristirahat di malam pengantin mereka itu. Keduanya saling bertatapan mesra dan mereka pun menyatukan bibir mereka dengan mesra juga. Kali ini pagutan bibir mereka begitu menghayati karena tidak ada penonton seperti wedding kiss tadi, hanya ada mereka berdua di kamar sampai tangan Rafael pun leluasa membelai punggung Sophia. Tangan Sophia sendiri juga sama membelai punggung Rafael sambil ia terus memagut bibir suaminya. Mereka baru saling melepaskan bibir mereka saat mereka mengambil napas, namun napas mereka sendiri sudah tersengal. Rafael pun menatap Sophia dengan penuh cinta. "Dokter bilang kita sudah boleh melakukannya kan, Sayang? Aku sudah menahan diriku begitu lama," bisik Rafael dengan suara parau
"Apa itu anak Jackson, Sophia?" Sophia langsung dibawa ke ruang keluarga begitu Jenni mengetahui Sophia hamil. Sungguh, perasaan Sophia tidak karuan saat ini. Sebenarnya bukan hal aneh Sophia hamil karena memang ia punya suami sebelumnya, tapi yang jadi masalah adalah suaminya sudah meninggal dan anak ini bukan anak suaminya. "Ayah senang sekali akan mempunyai cucu, tapi Ayah sedih karena cucu Ayah akan lahir tanpa Papanya," seru Lewis lagi. Namun, baik Jenni maupun Sophia tidak berkomentar apa pun. "Tunggu dulu, Lewis. Sophia, bukankah kau pernah bilang kalau kau belum pernah berhubungan dengan Jackson?" tanya Jenni tiba-tiba. Lewis mengernyit mendengarnya. Tentu saja bagi Lewis, suami istri itu sudah biasa berhubungan ranjang, malahan kalau belum pernah berhubungan itu baru tidak biasa. Dan Lewis tidak tahu kalau Sophia dan Jackson belum pernah berhubungan karena Sophia tidak terbuka pada ayahnya. Sophia hanya terbuka tentang hubungan ranjang pada ibunya. "Apa maksudmu, Jenni?
Beberapa hari berlalu sejak meninggalnya Gemma dan semua ritual untuk penghormatan terakhir pun sudah selesai keluarga Lewis lakukan. Semua prosesnya berjalan lancar dan kali ini, keluarga Rafael datang semua untuk mengucapkan belasungkawa. Kakek Robert dan orang tua Rafael datang sebagai teman dan Lewis pun menyambut mereka dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. "Kami turut berduka cita, Pak Lewis." "Terima kasih, Pak Robert. Terima kasih, Pak Thomas dan Bu Ivana. Terima kasih." "Turut prihatin dan berduka cita, Bu Jenni," ucap Ivana sambil memeluk wanita itu. "Terima kasih, Bu Ivana. Aku tidak akan melupakan bantuanmu menemaniku di rumah sakit waktu itu. Terima kasih." Jenni masih begitu melow dan berpelukan erat dengan Ivana dan Ivana pun seolah bisa merasakan kesedihan Jenni. Bagaimanapun, kehilangan anak adalah hal yang sangat menyakitkan. "Yang sabar ya, Bu. Gemma sudah tenang di sana." Jenni hanya mengangguk dengan air mata yang belum mau berhenti menetes. Sophia
Dua minggu berlalu dan kondisi Lewis terus berangsur membaik. Lewis sudah diijinkan keluar dari rumah sakit dan Rafael adalah orang yang selalu setia menemani di rumah sakit serta membantu semua untuk Lewis. Bahkan, Rafael membantu memapah Lewis ke mobil hari itu lalu mengantarnya pulang ke rumah. "Untung ada Rafael, terima kasih, Rafael," seru Jenni. "Mengapa harus merepotkan Rafael? Bukankah ada sopir?" seru Lewis yang masih kaku. Lewis sendiri sebenarnya sudah membuka hatinya. Bahkan, selama dua minggu ini, Lewis sudah tidak pernah protes melihat Rafael di kamarnya. Rafael membantu Lewis melakukan banyak hal dan menjaga Lewis saat semua orang tidak ada. Hanya saja, untuk mengatakan secara langsung masih berat bagi Lewis. Sophia yang mendengar ucapan Lewis hanya tertawa geli. "Rafael dan sopir tentu saja berbeda, Ayah. Bahkan, Rafael sampai sering meninggalkan pekerjaannya hanya demi menemani kita." "Ayah tidak pernah menyuruhnya. Tapi mana kakekmu yang tua itu? Mengapa dia t
"Kondisi pasien sangat kritis. Kami hanya bisa bilang kami akan berusaha semaksimal kami." Setelah menangis begitu lama melihat jasad Jackson, akhirnya keluarga Sophia kembali menunggu Gemma di depan ruang operasi. Operasi besar berjalan sangat lama karena luka yang serius di tubuh dan kepala Gemma. Dan setelah menunggu begitu lama sejak Gemma dioperasi dan dipindahkan ke ruangan lain, akhirnya dokter pun menemui Sophia dan Jenni untuk memberitahu kabar yang sama sekali tidak baik itu. "Apa maksudnya, Dokter? Apa maksudnya?" tanya Jenni lemas. Namun, Sophia terus memeluk dan menenangkan Jenni. "Tenanglah, Ibu. Dokter bilang akan berusaha semaksimal mungkin kan? Kita tunggu saja. Kita tunggu saja." Jenni hanya bisa menggeleng dan terus menangis di pelukan Sophia, sedangkan Rafael mencoba bicara dengan dokter tentang kondisi Gemma yang ternyata memang sangat kritis, tapi Gemma masih tetap bertahan. Ivana juga tetap ada di rumah sakit untuk memberikan Jenni semangat, sedangkan Yol
Tragis. Tidak ada kata lain yang lebih tepat lagi mengungkapkan apa yang Jackson dan Gemma alami. Mereka mengalami kecelakaan yang begitu tragis, bahkan mungkin lebih tragis dibanding kecelakaan Sophia waktu itu. Jackson sempat menyingkirkan Gemma sesaat sebelum mobil mereka menabrak pembatas beton, tapi malah sebuah benda tajam yang entah apa menembus dada Jackson. Benda tajam itu terbawa oleh mobil dengan kecepatan tinggi itu dan terus menusuk ke dada Jackson hingga rasanya begitu menyakitkan. Jackson merasakan dengan jelas detik-detik napasnya mulai memendek, detik-detik malaikat maut mempermainkannya dan menertawakannya. Semua sakit, sakit sampai Jackson tidak sanggup menjelaskan rasa sakitnya. Tubuhnya menggigil dan gemetar, perutnya bergejolak sampai ia hampir muntah. Rasanya dingin dan nyeri di sekujur tubuhnya, terutama di jantungnya, seolah organ berharga itu sedang dikoyak saat ini. Pecahan kaca dan serpihan lain dari mobil juga menghantam wajahnya dan membuat tusukan d
Jackson masih melajukan mobilnya tidak beraturan karena ulah Gemma. Keduanya terombang ambing di dalam mobil Jackson yang sudah berjalan zig-zag, tapi Gemma belum mau menghentikan serangannya pada Jackson. Tidak hanya mencekik Jackson, Gemma bahkan mulai memukuli Jackson sampai Jackson terus mengumpat dan makin kasar pada Gemma. Jackson menarik kencang rambut Gemma sampai Gemma terjungkal ke depan dan Jackson pun memukul Gemma di bagian mana pun yang bisa ia raih dengan tinjunya. "Akhh!" pekik Gemma kesakitan dan frustasi. "Rasakan itu, Wanita Jalang!" "Kau brengsek, Jackson! Kau brengsek! Seharusnya dari awal aku tidak bekerja sama denganmu! Kau brengsek!" pekik Gemma yang berniat menyerang Jackson lagi. Gemma sendiri sudah terjungkal sampai ke kursi depan tadi. Gemma berusaha keras memperbaiki posisinya dan bermaksud mencekik Jackson lagi, tapi malah Jackson sekarang yang mencekik Gemma duluan dengan satu tangannya. "Akhh! Lepas!" Gemma memukuli tangan Jackson, tapi Jackson m
"Sayang, kau baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka kan?"Rafael begitu cemas sekaligus lega saat akhirnya ia melihat Yola membawa Sophia keluar. "Rafael! Rafael!" Sophia langsung memeluk Rafael begitu erat sambil menitikkan air matanya. "Sophia!" Rafael juga memeluk dan menciumi pelipis Sophia dengan begitu sayang. "Untunglah kau selamat, Sayang. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalau sampai terjadi apa-apa padamu," ucap Rafael lagi sambil menangkup wajah Sophia. Sophia begitu terharu sekaligus sedih mendengarnya. Terharu karena ada pria yang bersedia bertaruh nyawa demi menyelamatkannya. Ucapan Rafael, tatapan mata Rafael, dan semuanya benar-benar membuat hati Sophia tersentuh akan cinta yang begitu besar. Sedangkan Jackson, suami Sophia sendiri yang seharusnya menjaga dan melindungi Sophia, tapi malah menjadi orang yang ingin membunuh Sophia. "Aku mencintaimu, Rafael! Aku mencintaimu!" ucap Sophia akhirnya yang tidak bisa menahan perasannya lagi. Sejak kembali mengi