Suasana di ruang VIP seketika hening saat semua mendengar ucapan Rafael.
"Istri? Apa ini, Rafael? Istri?" tanya pria tua yang merupakan kakek Rafael.Rafael pun segera membawa Alba melangkah mendekat."Iya, Kakek, ini istriku, Alba. Kami menikah dua minggu yang lalu dan maaf baru memperkenalkannya sekarang," jawab Rafael begitu santai."Jangan gila, Rafael! Apa yang kau katakan? Istri?" pekik Ivana, ibu tiri Rafael yang mendadak bangkit berdiri dari kursinya."Jangan main-main dengan pernikahan, Rafael! Bagaimana kau bisa menikah tanpa memberitahu keluargamu dulu?" Thomas yang merupakan ayah Darren pun akhirnya bersuara dengan tegas juga.Hubungan Thomas dan Rafael memang tidak terlalu harmonis sejak Thomas memutuskan untuk menikah lagi dengan Ivana, dan mereka jadi jarang berkomunikasi sejak itu."Aku tidak sedang bercanda, Ayah. Aku sudah menikahi Alba secara sah dan Alba adalah istriku. Bahkan kalau Ayah perlu bukti foto dan lainnya, aku bisa memberikannya," tegas Rafael lagi yang membuat Thomas dan Ivana pun menganga tidak percaya.Seorang pria lain nampak memicingkan matanya menatap Rafael, dan pria itu adalah Dario, sepupu Rafael yang sedang mengincar jabatan CEO di Williams Group.Sebagai sepupu Rafael yang umurnya hanya selisih beberapa bulan dengan Rafael, memang Dario dan Rafael sering sekali dibanding-bandingkan.Tentu saja selama ini Rafael lebih unggul dibanding Dario sampai Dario yang kesal pun memilih untuk tinggal di Paris dan bekerja di sana saja. Dario pun belum lama ini menikah dengan kekasihnya yang juga sudah lama tinggal di Paris.Namun, Kakek Robert memanggilnya kembali untuk bergabung di Williams Group dan menjadi ancaman bagi Rafael sekarang."Wow, ini kejutan sekali, Rafael. Aku tidak pernah melihatmu bersama wanita dan mendadak kau membawa pulang istri. Ah, tapi perkenalkan, aku Dario, sepupu Rafael." Dario bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya. Alba pun langsung menyambut uluran tangan itu."Aku Alba. Kakek, Om, Tante, senang bertemu dengan semua," sapa Alba yang berusaha untuk tetap tenang padahal jantungnya sudah jumpalitan tidak karuan.Thomas terlihat kecewa sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi, sedangkan Ivana sendiri terlihat marah karena sebenarnya ia sudah punya calon istri untuk Rafael yang berasal dari keluarga yang sudah jelas bibit, bobot, bebetnya, bukan wanita tidak jelas yang dibawa oleh Rafael itu.Dario sendiri juga masih menatap Rafael dan Alba dengan penuh tanya, sedangkan Kakek Robert nampak lebih bijak dan mulai tersenyum menatap Alba."Ah, Alba, maafkan kami sebelumnya. Semua orang hanya masih terkejut saja, tapi ayo duduklah dan selamat datang di keluarga Williams," seru Kakek Robert dengan ramah."Hmm, terima kasih banyak, Kakek!" sahut Alba yang merasa beruntung ada Kakek Robert yang sangat baik di dalam keluarga itu.Namun, Alba tetap tidak berani bergerak karena takut salah langkah. Alba baru bergerak saat Rafael sudah menuntunnya."Duduklah, Sayang!" Rafael langsung menarik kursi untuknya dan Alba pun akhirnya duduk di samping Rafael.Suasana pun masih begitu tegang karena kedua orang tua Rafael menunjukkan sikap yang tidak bersahabat sampai Alba merasa tidak nyaman, apalagi Dario nampak begitu sinis pada Rafael dan Alba."Maafkan aku sebelumnya, tapi aku masih terkejut dengan kondisi ini. Kalian sudah menikah, tapi apa kau tidak keberatan dinikahi tanpa dikenalkan dulu pada keluarga Rafael, Alba? Apa orang tuamu juga mengijinkan kalian menikah begitu saja? Di mana orang tuamu sekarang, Alba?"Dario mencoba memancing untuk memastikan sebenarnya dari mana istri Rafael ini berasal. Alba yang tegang hanya tetap diam, dan Rafael yang mengambil alih semua jawabannya."Keluarga Alba ada di luar negeri dan tentu saja mereka sudah setuju karena itu, aku bisa menikahi Alba. Kau tahu sendiri kan pernikahan itu bukan main-main, Dario. Lagipula kau bisa menikahi wanita yang kau cintai, mengapa aku tidak?"Alba sudah menahan napasnya mendengar kebohongan Rafael, tapi Alba berusaha tetap tenang, sedangkan Dario sendiri sudahbegitu emosi menatap Rafael."Kau bisa, Rafael! Tentu saja kau bisa menikahi wanita yang kau cintai juga! Hanya saja aku terkejut karena selama ini kau tidak pernah terlihat dekat dengan siapa pun.""Hanya karena kau tidak pernah melihat bukan berarti tidak ada kan? Aku tidak suka mengumbar kehidupan pribadiku. Aku dan Alba sendiri sudah berhubungan cukup lama sebelum akhirnya kami memutuskan untuk menikah. Benar kan, Sayang?"Secara mengejutkan, Rafael menangkup satu tangan Alba, menggenggamnya, dan mengecupnya singkat sampai Alba pun langsung menahan napasnya sejenak. Debar jantung Alba pun makin tidak terkendali.Alba pun memaksakan senyumnya pada Rafael, tapi Dario tetap mencurigai hubungan tiba-tiba antara Rafael dan Alba ini. Dario pun baru saja akan membuka mulutnya untuk bicara lagi saat tiba-tiba Kakek Robert pun menyelanya."Sudah! Sudah! Rafael membawa istri pulang, seharusnya kita bersyukur, bukannya malah menekan mereka. Ck, ada apa juga dengan ekspresi kalian, hah? Kalian membuat Alba takut. Tapi ayo makan, Alba, santailah sedikit, jangan tegang."Ucapan Kakek Robert membuat Alba sedikit tenang, tapi Dario lagi-lagi tidak ingin membuat Rafael dan Alba tenang dengan kembali bertanya tentang banyak hal."Jadi di mana kau tinggal sekarang, Alba? Kau istrinya Rafael, tapi Rafael belum pernah membawamu pulang," seru Dario lagi."Alba tinggal di apartemenku," jawab Rafael singkat."Di apartemen? Sendirian? Mengapa tidak tinggal di rumah saja bersama?""Setelah memperkenalkannya secara resmi barulah aku berniat mengajak Alba tinggal di rumah!" jawab Rafael lagi."Ah, kalau begitu segeralah bawa Alba pulang dan ajak bergabung di perusahaan juga. Kakek senang sekali melihat dua cucu Kakek yang sama-sama bisa bekerja dengan baik bersama istri kalian!" Robert terlihat tertawa sumringah, sedangkan Dario pun makin mengernyit."Well, seharusnya pengantin baru itu jangan tinggal terpisah. Lagipula, kau tidak berniat menyembunyikan istrimu kan, Rafael? Ini aneh sekali bagiku," seru Dario lagi yang seolah terus memprovokasi Rafael.Walaupun Dario adalah sepupu Rafael, tapi terlihat jelas Dario yang selalu berusaha mencari kelemahan Rafael. Alba pun akhirnya memahami maksud cerita Yola tentang keluarga Rafael yang bukan keluarga yang baik.Bahkan Alba ikut emosi dan gemas karena terus ditekan oleh Dario. Alba juga akhirnya terlecut untuk berakting dengan baik karena Alba sendiri tidak mau dirinya direndahkan begitu saja oleh sepupu Rafael itu."Maaf, tapi aku dan Rafael sudah mempertimbangkan banyak hal sebelum tinggal terpisah. Lagipula aku juga adalah wanita yang mandiri dan aku tidak masalah tinggal sendiri di apartemen," sahut Alba secara tiba-tiba.Rafael yang awalnya sudah mengepalkan tangannya mendengar suara Alba karena Alba tidak menurutinya pun mendadak lega mendengar jawaban Alba yang luar biasa.Dario sendiri terdiam sejenak mendengar jawaban itu. Dario bahkan sudah berpikir bahwa istri Rafael adalah wanita cantik yang bodoh karena sejak tadi wanita itu hanya diam saja dan membiarkan Rafael yang menjawab semua untuknya.Namun, ternyata wanita itu bisa menjawab juga dengan jawaban yang menyebalkan bagi Dario.Rafael sendiri yang begitu puas dengan jawaban Alba pun tersenyum menatap Dario."Kau sudah dengar kan, Dario? Sebuah hubungan itu tidak harus dijalani seperti yang biasanya saja. Suami istri harus tinggal bersama di keluarga mereka, harus selalu bersama ke mana pun, dan lain sebagainya. Bukankah tidak ada aturan baku bagaimana kita harus menjalani sebuah hubungan?""Aku mencintai Alba dan aku juga mau membuatnya nyaman. Kemarin ada keperluan yang harus kami lakukan masing-masing, karena itu, kami tinggal terpisah. Dan sekarang setelah mengenalkan Alba pada semuanya, aku akan membawa Alba pulang!" imbuh Rafael sambil tersenyum penuh kemenangan.Namun, Dario nampak makin tidak terima saat ini. Dario pun menatap wajah nyolot Rafael itu dengan otak yang berpikir keras untuk membuat Rafael terlihat malu di depan Kakek Robert dan keluarga yang lain.Entah mengapa mengalahkan Rafael sudah menjadi obsesi bagi Dario. Dengan penuh maksud, Dario pun melirik Alba dan Rafael bergantian."Ah, baiklah, kalian pasti menjalani hubungan yang menyenangkan dan aku ikut bahagia mendengarnya. Tapi Alba, bukankah tadi Rafael bilang keluargamu tinggal di luar negeri? Di negara mana? Kau pasti pintar bahasa asing kalau begitu kan? Istriku ini menguasai banyak sekali bahasa asing dan kemampuannya itu sangat membantu bisnisku!""Sebagai istri dari Rafael williams, seorang pengusaha yang terkenal, kau juga harus memiliki keahlian seperti istriku, Alba! Jadi berapa banyak bahasa asing yang kau kuasai, hah?" imbuh Dario.Dario tersenyum sinis menatap Alba sebelum ia mendadak berbicara dengan istrinya menggunakan bahasa Prancis, bahasa sehari-hari yang ia pakai selama ia tinggal di Paris."Kau harus menunjukkan keahlianmu berbahasa, Sayang! Aku yakin dia tidak akan bisa sehebat kau karena bahkan asal usulnya saja tidak jelas!" seru Dario pada istrinya dalam bahasa Prancis."Tentu saja, Sayang! Aku akan mengajaknya berbicara dengan bahasa Prancis!" sahut sang istri dalam bahasa Prancis juga dengan penuh percaya diri.Istri Dario pun langsung menoleh menatap Alba sampai Alba pun menegang melihatnya.Rafael sendiri sudah membelalak kesal pada Dario yang jelas akan mempermalukan Alba."Sial kau, Dario! Kurasa hal itu sama sekali tidak penting untuk dibuktikan karena tidak semua orang mahir berbahasa kan?"Rafael pun masih berbicara untuk membela Alba sebelum tiba-tiba Alba pun menyelanya dan menyahut dalam bahasa Prancis yang juga sangat fasih sampai membuat semua orang pun tercengang."Kehebatan seorang istri dalam mendukung suaminya bisa dilihat dari bagaimana wanita itu bisa membawa diri dan bersikap di hadapan orang banyak, bukan sekedar kecakapannya dalam berbahasa asing!""Dan kalau bicara tentang asal usulku, aku pastikan aku memiliki asal usul dan orang tua yang juga jelas, sama seperti kalian!" imbuh Alba dengan begitu percaya diri.**Semua orang masih terdiam setelah mendengar Alba yang begitu fasih berbahasa Prancis, termasuk Dario dan Mirella, istri Dario yang mendadak kehilangan senyumnya sama sekali. Rafael sendiri juga ikut menganga tak percaya dengan apa yang ia dengar sampai ia terus menatap Alba, sedangkan Alba sendiri pun masih bertatapan dengan Mirella sebelum tidak lama kemudian mulai terdengar suara tawa dari Robert. "Haha! Bagus sekali!" seru Robert senang sampai langsung membuat semua orang mengalihkan pandangannya ke arah Robert."Hei, Dario, Mirella! Apa yang kalian lakukan itu tidak sopan, kalian tahu itu? Tidak boleh menguji seseorang seperti itu, apalagi Alba adalah istri Rafael. Sikap kalian ini seperti sedang interview karyawan di kantor dan itu tidak benar. Ayo kalian minta maaflah pada Alba, bagaimanapun kita adalah keluarga sekarang kan? Ayo cepat!" Robert terus tertawa sambil mengedikkan kepalanya ke arah Alba sampai Alba terlihat salah tingkah. Dario dan Mirella sendiri juga ikut salah
"Apa, Bos? Dia berbicara dalam bahasa Prancis?" pekik Onad tidak percaya setelah mendengar cerita Rafael. Rafael dan Alba sendiri akhirnya kembali ke apartemen dan pasangan Onad-Yola sudah menunggu di sana. Rafael memang sengaja memanggil asistennya untuk menginap malam ini. Yola pun langsung menemani Alba di kamar agar Rafael dan Onad bisa mengobrol berdua. "Ya, bahkan dia menguasai tiga bahasa asing. Ini mulai aneh bagiku, Onad. Dia orang miskin yang dijual ayahnya untuk membayar hutang, padahal dengan kemampuannya, dia mungkin bisa mendapat jabatan mentereng di perusahaan besar. Selain itu, kau lihat sendiri, dia terlalu cantik dan bersinar untuk ukuran orang miskin kan?""Hmm, sebenarnya ini juga sempat aku bicarakan dengan Yola, Bos. Alba itu cantik sekali dan lebih cocok menjadi anak sultan, Bos." "Jadi kalian juga merasakannya kan?" "Tentu saja, Bos! Aku jadi makin penasaran. Apa mungkin sebenarnya Hotman itu menculik Alba lalu menjualnya, Bos? Mungkin saja Alba sesungguhn
Jantung Alba masih menghentak begitu kencang saat melihat wajah Rafael mendekat. Rafael akan menciumnya. Haruskah Alba menghindar atau diam saja? Namun, di tengah dilemanya, sialnya, Alba malah memilih bertahan dan memejamkan matanya. Rafael yang melihat Alba memejamkan matanya pun mendadak tersadar dan segera merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa mengendalikan dirinya. Rafael langsung menegakkan posisi berdirinya lagi sambil mengembuskan napas panjangnya. "Apa yang kau harapkan dengan mata yang terpejam, Alba?" Rafael berusaha bersikap tenang. Alba yang mendengar suara Rafael pun sontak membuka matanya dan mendadak malu setengah mati karena ternyata Rafael tidak jadi menciumnya. "Eh, itu ... tidak ada. Aku hanya ...." Alba mengerjapkan matanya begitu canggung. "Aku sudah selesai minum. Aku permisi kembali ke kamar dulu," seru Alba yang langsung melarikan diri dan masuk kembali ke kamarnya. Rafael yang ditinggalkan pun hanya bisa menatap pintu kamar Alba yang sudah tertutup
Alba menelan salivanya gugup dan makin tegang mendengar pertanyaan Rafael. Buru-buru Alba menggeleng dan bergerak tidak nyaman. "Itu ... jangan salah sangka. Aku hanya tidak punya baju tidur lain. Aku tidak tahu ke mana baju tidur yang aku pakai sebelumnya, hanya ada gaun tidur ini saja," jawab Alba terbata.Rafael yang mendengarnya tidak merespon dan tetap memicingkan matanya sampai Alba pun makin tegang. "Hmm, jangan pedulikan aku. Aku akan langsung tidur di sofa." Buru-buru Alba pun melangkah ke sofa dan membaringkan tubuhnya di sana. Alba berbaring memunggungi Rafael dan langsung memejamkan matanya, sedangkan Rafael sendiri malah masih duduk di ranjangnya sambil tetap menatap Alba. Posisi Alba yang tidur menyamping dan memunggunginya membuat tubuh bagian belakang wanita itu terlihat sangat seksi. Ini godaan. Benar-benar godaan. Walaupun niatnya hanya menjadikan istri kontrak, tapi sialnya, hasrat Rafael terus bangkit tidak terduga. "Sial!" geram Rafael saat sesuatu di bawah s
Alba buru-buru memakai bajunya selagi Rafael masih di kamar mandi. Walaupun Rafael tidak sungkan menunjukkan tubuh di depan Alba, tapi Alba masih waras untuk tidak melakukan hal yang sama. Alba pun masih merapikan penampilannya di depan cermin saat tiba-tiba pintu kamar mandi dibuka dan Rafael lagi-lagi keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Namun, Alba sudah mulai terbiasa melihatnya. Yang membuatnya belum terbiasa adalah cara pria itu memakai bajunya. Dengan santai, Rafael melepaskan handuknya dan memakai bajunya padahal Alba masih menonton di sana. Mata Alba kembali ternoda. Oh, apakah setiap hari ia harus melihat pemandangan seperti ini? Apakah Rafael tidak bisa berganti baju di kamar mandi atau di tempat yang tertutup saja? Alba pun sampai kembali masuk ke kamar mandi saking malunya. Alba segera menyelesaikan berdandan dan ketika Alba keluar dari kamar ganti, Rafael kembali terpesona. Memakai setelan formal untuk bekerja dan make up tipis membuat wanita itu nampak e
"Malam ini akan menjadi pertemuan resmi pertama kita sebagai suami istri dengan klien penting, Alba. Kita akan makan malam bersama klien dari Jepang dan karena aku pernah mendengarmu bicara dalam bahasa Jepang, jadi aku tidak khawatir. Hanya saja pesanku masih tetap sama, jangan bicara kalau tidak perlu. Kau mengerti?" Alba berdebar mendengarnya. Walaupun ia bisa bahasa Jepang, tapi bertemu dengan klien tetap saja adalah hal baru untuknya. "Aku mengerti," jawab Alba gugup. Mereka pun pulang lebih awal hari itu untuk mempersiapkan diri mereka dan Alba begitu terkejut saat melihat Rafael sudah menyiapkan gaun dan sepatu untuknya. Alba segera bersiap dan merias dirinya dengan begitu cekatan, seolah ia sudah biasa melakukannya. Alba pun segera memakai gaun indah pemberian Rafael, tapi sialnya, tangannya tidak sampai untuk menutup risletingnya sampai ke atas. Alba mencoba beberapa kali, tapi tangannya tetap tidak sampai dan ia tidak punya pilihan lain selain meminta tolong. Alba yang
Alba masih memejamkan matanya dengan debar jantung yang menggila. Posisinya dengan Rafael begitu intens sampai Alba merasa sesak napas. Perlahan Alba pun menurunkan tangannya, yang awalnya masih memeluk leher Rafael pun akhirnya mendorong pelan dada Rafael hingga Rafael pun membuka matanya kaget. Sungguh, Alba membuyarkan kesenangan Rafael. Padahal baru sebentar Rafael merasa begitu nyaman dan hangat memeluk wanita itu. "Rafael," bisik Alba yang mulai tidak nyaman karena tubuhnya terus meremang. "Jangan bergerak, Alba. Ingat kalau kita sedang berakting. Bagaimana jadinya kalau mereka melihatmu mendorongku?"Rafael pun menarik mundur kepalanya sampai ia dan Alba bisa bertatapan sekarang. "Maafkan aku, aku hanya merasa tidak nyaman." Rafael langsung memicingkan mata mendengarnya. "Tidak nyaman denganku?" "Hmm, bukan. Maksudku ... tidakkah kau merasa kita terlalu dekat?" tanya Alba sungkan. "Tentu saja aku merasakannya, Alba. Tapi kutegaskan sekali lagi kalau kita sedang beraktin
Alba benar-benar tidak bisa melawan perintah Rafael dan Alba berakhir tidur di ranjang yang sama dengan Rafael malam itu. Alba tidur memunggungi Rafael dan debar jantungnya tidak berhenti memacu kencang. Alba tidak berani bergerak, walaupun ia juga tidak kunjung terlelap.Hal yang sama dirasakan Rafael yang tidak kunjung terlelap, tapi kalau Alba sibuk menenangkan debaran jantungnya, Rafael malah sibuk menatap punggung Alba di sampingnya. Sungguh sulit bagi Rafael untuk terus menahan dirinya seperti ini. Namun, akhirnya Rafael pun memunggungi Alba agar ia tidak tergoda. Entah bagaimana akhirnya mereka tidur, tapi saat Alba membuka matanya pagi itu, lagi-lagi Rafael sudah tidak ada karena Rafael pergi berolahraga. Seperti biasa, Alba bersiap begitu cepat dan saat Rafael kembali, ia sudah siap. Mereka pun berangkat ke kantor bersama dan Onad pun langsung memberikan kabar baik untuk Rafael pagi itu. "Aku punya kabar baik, Bos." Onad tertawa begitu sumringah saat menyusul masuk ke ru
"Oek ... oek ...." Satu bulan lebih sejak pernikahan Onad dan Yola akhirnya Sophia pun melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat gemuk dan tampan. Sungguh, prosesnya sama sekali tidak mudah karena Sophia mengalami sakit seharian sejak kemarin, sebelum hari ini akhirnya bayinya berhasil lahir dengan selamat juga. Sophia sendiri sudah lama memutuskan untuk melahirkan secara normal. Rafael yang tidak tega melihat istrinya kesakitan pun sudah berulang kali hampir menyerah dan meminta operasi saja, tapi Sophia bertahan dan ia masih yakin mampu menahan semua rasa sakit itu. Dan perjuangannya tidak sia-sia. Semua rasa sakitnya pun mendadak lenyap saat mendengar tangisan merdu dari bayi mereka. "Oh, Sophia, Sayang, bayi kita, Sayang. Bayi kita!" seru Rafael yang terus menciumi wajah Sophia yang masih berkeringat itu. Rafael terus menggenggam tangan Sophia saat Sophia mengejan dan setiap detik kesakitan Sophia membuat hati Rafael begitu pilu. Kalau bisa, Rafael saja yang sakit, janga
"Hmm, akhirnya kita satu kamar lagi, Rafael." "Dan selamanya kita akan satu kamar sekarang, Sayang!" Rafael dan Sophia saling bertatapan mesra di kamar mereka malam itu. Setelah pesta sederhana di pagi hari, mereka kembali menjamu beberapa tamu makan malam sebelum mereka bisa beristirahat di malam pengantin mereka itu. Keduanya saling bertatapan mesra dan mereka pun menyatukan bibir mereka dengan mesra juga. Kali ini pagutan bibir mereka begitu menghayati karena tidak ada penonton seperti wedding kiss tadi, hanya ada mereka berdua di kamar sampai tangan Rafael pun leluasa membelai punggung Sophia. Tangan Sophia sendiri juga sama membelai punggung Rafael sambil ia terus memagut bibir suaminya. Mereka baru saling melepaskan bibir mereka saat mereka mengambil napas, namun napas mereka sendiri sudah tersengal. Rafael pun menatap Sophia dengan penuh cinta. "Dokter bilang kita sudah boleh melakukannya kan, Sayang? Aku sudah menahan diriku begitu lama," bisik Rafael dengan suara parau
"Apa itu anak Jackson, Sophia?" Sophia langsung dibawa ke ruang keluarga begitu Jenni mengetahui Sophia hamil. Sungguh, perasaan Sophia tidak karuan saat ini. Sebenarnya bukan hal aneh Sophia hamil karena memang ia punya suami sebelumnya, tapi yang jadi masalah adalah suaminya sudah meninggal dan anak ini bukan anak suaminya. "Ayah senang sekali akan mempunyai cucu, tapi Ayah sedih karena cucu Ayah akan lahir tanpa Papanya," seru Lewis lagi. Namun, baik Jenni maupun Sophia tidak berkomentar apa pun. "Tunggu dulu, Lewis. Sophia, bukankah kau pernah bilang kalau kau belum pernah berhubungan dengan Jackson?" tanya Jenni tiba-tiba. Lewis mengernyit mendengarnya. Tentu saja bagi Lewis, suami istri itu sudah biasa berhubungan ranjang, malahan kalau belum pernah berhubungan itu baru tidak biasa. Dan Lewis tidak tahu kalau Sophia dan Jackson belum pernah berhubungan karena Sophia tidak terbuka pada ayahnya. Sophia hanya terbuka tentang hubungan ranjang pada ibunya. "Apa maksudmu, Jenni?
Beberapa hari berlalu sejak meninggalnya Gemma dan semua ritual untuk penghormatan terakhir pun sudah selesai keluarga Lewis lakukan. Semua prosesnya berjalan lancar dan kali ini, keluarga Rafael datang semua untuk mengucapkan belasungkawa. Kakek Robert dan orang tua Rafael datang sebagai teman dan Lewis pun menyambut mereka dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. "Kami turut berduka cita, Pak Lewis." "Terima kasih, Pak Robert. Terima kasih, Pak Thomas dan Bu Ivana. Terima kasih." "Turut prihatin dan berduka cita, Bu Jenni," ucap Ivana sambil memeluk wanita itu. "Terima kasih, Bu Ivana. Aku tidak akan melupakan bantuanmu menemaniku di rumah sakit waktu itu. Terima kasih." Jenni masih begitu melow dan berpelukan erat dengan Ivana dan Ivana pun seolah bisa merasakan kesedihan Jenni. Bagaimanapun, kehilangan anak adalah hal yang sangat menyakitkan. "Yang sabar ya, Bu. Gemma sudah tenang di sana." Jenni hanya mengangguk dengan air mata yang belum mau berhenti menetes. Sophia
Dua minggu berlalu dan kondisi Lewis terus berangsur membaik. Lewis sudah diijinkan keluar dari rumah sakit dan Rafael adalah orang yang selalu setia menemani di rumah sakit serta membantu semua untuk Lewis. Bahkan, Rafael membantu memapah Lewis ke mobil hari itu lalu mengantarnya pulang ke rumah. "Untung ada Rafael, terima kasih, Rafael," seru Jenni. "Mengapa harus merepotkan Rafael? Bukankah ada sopir?" seru Lewis yang masih kaku. Lewis sendiri sebenarnya sudah membuka hatinya. Bahkan, selama dua minggu ini, Lewis sudah tidak pernah protes melihat Rafael di kamarnya. Rafael membantu Lewis melakukan banyak hal dan menjaga Lewis saat semua orang tidak ada. Hanya saja, untuk mengatakan secara langsung masih berat bagi Lewis. Sophia yang mendengar ucapan Lewis hanya tertawa geli. "Rafael dan sopir tentu saja berbeda, Ayah. Bahkan, Rafael sampai sering meninggalkan pekerjaannya hanya demi menemani kita." "Ayah tidak pernah menyuruhnya. Tapi mana kakekmu yang tua itu? Mengapa dia t
"Kondisi pasien sangat kritis. Kami hanya bisa bilang kami akan berusaha semaksimal kami." Setelah menangis begitu lama melihat jasad Jackson, akhirnya keluarga Sophia kembali menunggu Gemma di depan ruang operasi. Operasi besar berjalan sangat lama karena luka yang serius di tubuh dan kepala Gemma. Dan setelah menunggu begitu lama sejak Gemma dioperasi dan dipindahkan ke ruangan lain, akhirnya dokter pun menemui Sophia dan Jenni untuk memberitahu kabar yang sama sekali tidak baik itu. "Apa maksudnya, Dokter? Apa maksudnya?" tanya Jenni lemas. Namun, Sophia terus memeluk dan menenangkan Jenni. "Tenanglah, Ibu. Dokter bilang akan berusaha semaksimal mungkin kan? Kita tunggu saja. Kita tunggu saja." Jenni hanya bisa menggeleng dan terus menangis di pelukan Sophia, sedangkan Rafael mencoba bicara dengan dokter tentang kondisi Gemma yang ternyata memang sangat kritis, tapi Gemma masih tetap bertahan. Ivana juga tetap ada di rumah sakit untuk memberikan Jenni semangat, sedangkan Yol
Tragis. Tidak ada kata lain yang lebih tepat lagi mengungkapkan apa yang Jackson dan Gemma alami. Mereka mengalami kecelakaan yang begitu tragis, bahkan mungkin lebih tragis dibanding kecelakaan Sophia waktu itu. Jackson sempat menyingkirkan Gemma sesaat sebelum mobil mereka menabrak pembatas beton, tapi malah sebuah benda tajam yang entah apa menembus dada Jackson. Benda tajam itu terbawa oleh mobil dengan kecepatan tinggi itu dan terus menusuk ke dada Jackson hingga rasanya begitu menyakitkan. Jackson merasakan dengan jelas detik-detik napasnya mulai memendek, detik-detik malaikat maut mempermainkannya dan menertawakannya. Semua sakit, sakit sampai Jackson tidak sanggup menjelaskan rasa sakitnya. Tubuhnya menggigil dan gemetar, perutnya bergejolak sampai ia hampir muntah. Rasanya dingin dan nyeri di sekujur tubuhnya, terutama di jantungnya, seolah organ berharga itu sedang dikoyak saat ini. Pecahan kaca dan serpihan lain dari mobil juga menghantam wajahnya dan membuat tusukan d
Jackson masih melajukan mobilnya tidak beraturan karena ulah Gemma. Keduanya terombang ambing di dalam mobil Jackson yang sudah berjalan zig-zag, tapi Gemma belum mau menghentikan serangannya pada Jackson. Tidak hanya mencekik Jackson, Gemma bahkan mulai memukuli Jackson sampai Jackson terus mengumpat dan makin kasar pada Gemma. Jackson menarik kencang rambut Gemma sampai Gemma terjungkal ke depan dan Jackson pun memukul Gemma di bagian mana pun yang bisa ia raih dengan tinjunya. "Akhh!" pekik Gemma kesakitan dan frustasi. "Rasakan itu, Wanita Jalang!" "Kau brengsek, Jackson! Kau brengsek! Seharusnya dari awal aku tidak bekerja sama denganmu! Kau brengsek!" pekik Gemma yang berniat menyerang Jackson lagi. Gemma sendiri sudah terjungkal sampai ke kursi depan tadi. Gemma berusaha keras memperbaiki posisinya dan bermaksud mencekik Jackson lagi, tapi malah Jackson sekarang yang mencekik Gemma duluan dengan satu tangannya. "Akhh! Lepas!" Gemma memukuli tangan Jackson, tapi Jackson m
"Sayang, kau baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka kan?"Rafael begitu cemas sekaligus lega saat akhirnya ia melihat Yola membawa Sophia keluar. "Rafael! Rafael!" Sophia langsung memeluk Rafael begitu erat sambil menitikkan air matanya. "Sophia!" Rafael juga memeluk dan menciumi pelipis Sophia dengan begitu sayang. "Untunglah kau selamat, Sayang. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalau sampai terjadi apa-apa padamu," ucap Rafael lagi sambil menangkup wajah Sophia. Sophia begitu terharu sekaligus sedih mendengarnya. Terharu karena ada pria yang bersedia bertaruh nyawa demi menyelamatkannya. Ucapan Rafael, tatapan mata Rafael, dan semuanya benar-benar membuat hati Sophia tersentuh akan cinta yang begitu besar. Sedangkan Jackson, suami Sophia sendiri yang seharusnya menjaga dan melindungi Sophia, tapi malah menjadi orang yang ingin membunuh Sophia. "Aku mencintaimu, Rafael! Aku mencintaimu!" ucap Sophia akhirnya yang tidak bisa menahan perasannya lagi. Sejak kembali mengi