Share

Bab 41

last update Last Updated: 2025-01-07 20:32:56

"Apapun yang kamu katakan, Mama akan tetap membujuk Liam untuk cari istri lagi. Terserah dia mau ceraikan kamu atau menjadikan salah satu perempuan ini sebagai istri keduanya. Mama tidak peduli."

Braaak!!

Nayya tidak tahan lagi. Ucapan sang mertua begitu melukai hatinya. Dengan penuh emosi menggebrak meja di depannya.

"Ma, jangan mentang-mentang aku ini sebatang kara dan gak punya orang tua jadi Mama seenaknya sama aku. Aku juga punya hati Ma, aku punya perasaan. Gimana kalau seandainya Mama jadi aku? Apa Mama sanggup diperlakukan seperti ini?"

Widuri buang muka. Sama sekali tak menggubris tatapan sayu dan wajah penuh air mata menantunya.

"Di luar sana, banyak pasangan yang belum punya anak bahkan disaat pernikahan mereka udah masuk belasan tahun. Tapi mereka gak seberisik Mama yang ribut ingin ini dan itu," imbuh Nayya lagi. "Aku dan Mas Liam menikah belum ada 5 tahun tapi Mama udah berencana menggantikanku sama perempuan lain— Mama benar-benar tega."

"Terserah apa yang ingin kamu ka
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 42

    Malam telah larut ketika Nayya mengumpulkan keberanian untuk menelepon Galen. Tangannya gemetar saat mengetik pesan di ponselnya. "Galen, bisa naik ke kamarku sekarang? Aku butuh bicara."Pesan itu terkirim, dan ia menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk. Butuh beberapa saat sebelum akhirnya ada balasan dari Galen: ["Baik, Nona. Saya segera ke sana."]Hanya beberapa menit kemudian, ketukan pelan terdengar di pintu kamar Nayya. Ia menghapus sisa air mata di pipinya sebelum menjawab, "Masuk!"Pintu terbuka, dan Galen melangkah masuk dengan hati-hati. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanyanya lembut, memperhatikan ekspresi muram Nayya. Tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan yang Galen ajukan, Nayya langsung menarik pemuda itu masuk ke kamarnya."Non—mm..." Galen terbelalak ketika Nayya menciumanya dengan sedikit serampangan.Nayya mendorong dada bidang Galen ke dinding. Gerakan Nayya yang tidak sabaran jelas membuat Galen bingung."N

    Last Updated : 2025-01-07
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 43

    "Umphh... Galen..."Nayya memejamkan matanya. Berusaha meredam suara seduktifnya ketika Galen mulai menjilati lehernya."Emphhhmm... G- Galen..." Ia berusaha memanggil sang bodyguard, meskipun terdengar susah payah karena helaan nafasnya yang cepat."Iya Nona?" Galen melihat ke arah Nayya matanya terlihat diliputi oleh gairah. "Apa anda berubah ingin pikiran?"Nayya menatap Galen lemah. Pipinya memerah hingga ke telinga. "Apa kamu ada ide lain?"Galen terdiam. Ia yang berada di atas tubuh Nayya menjadi bingung harus memberikan jawaban apa."Gak ada cara lain kan? Berarti ayo lanjutkan!" Nayya memeluk leher Galen, sementara sang bodyguard memberanikan diri untuk mencium bibir perempuan itu.Suasana di sana kian memanas saat Galen dan Nayya melakukan penyatuan mereka. Meniti tangga kenikmatan yang semakin membawa mereka ke gairah yang tak ada duanya."Ughh..." Sinar matahari pagi itu mengusik tidur nyenyak Galen. Pemuda bertubuh atletis itu bangkit perlahan dari tempat tidur, tubuhnya t

    Last Updated : 2025-01-09
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 44

    Galen mengangkat alis, menunggu Nayya menyelesaikan kalimatnya. Namun, Nayya tampak semakin gugup, mengalihkan pandangan sambil mengusap tengkuknya yang sedikit berkeringat. "Sebenernya aku... aku butuh bantuan kamu untuk—" Nayya menggigit bibir bawahnya lagi, mencoba menyusun keberanian. "Ngebenerin shower di kamar mandiku. Airnya mati sejak kemarin malam." Galen menahan napas sejenak sebelum akhirnya mengangguk dengan ekspresi lega. "Oh, itu saja? Baik, saya akan periksa sekarang juga." Nayya tersipu malu. "Iya, maaf ya! Aku tahu ini di luar tugas kamu, tapi aku malas panggil orang luar sekarang." "Tenang saja, Nona. Saya pasti bisa memperbaikinya," ucap Galen, mencoba meyakinkannya. Tanpa banyak kata lagi, Nayya mengarahkan Galen ke kamar mandinya. Di dalam, ia berdiri canggung sambil menunjukkan shower yang bermasalah. Galen mulai memeriksa sambungan air dengan teliti, mengabaikan jarak mereka yang begitu dekat. Nayya hanya bisa menatap punggung Galen yang kokoh. Dalam

    Last Updated : 2025-01-11
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 45

    Nayya mengerutkan keningnya. "Alasan lain? Apa itu?"Galen tersenyum tipis. "Aku tidak bisa memberitahu, Nona.""Kenapa?" Nayya mengerutkan keningnya. "Pasti ada hubungannya sama sesuatu yang penting kan?"Galen memandangi perempuan itu. Ia kembali menampilkan senyum penuh arti. "Makan dulu, Nona. Baru nanti kita bicara."Nayya menghela nafas panjang. Merasa kurang puas dengan jawaban Galen yang menurutnya sangat menggantung. "Sejak Mas Liam ke luar kota, aku gak ada teman ngobrol," desis Nayya dengan bibir sedikit mencebik. "Apalagi Mas Liam juga gak bisa dihubungi dan jarang balas chatku. Aku jadi makin feeling lonely.""Saya tau, Nona. Tapi kalau anda bicara terus, nanti makanannya jadi dingin!" balas Galen dengan lembut. "Kita bisa ngobrol sebanyak apapun setelah anda makan. Gimana?"Nayya menatap pemuda itu dengan mata menyipit. "Nanti deh, aku pikir-pikir dulu."Galen reflek tertawa pelan mendengar jawaban majikannya itu. Ditambah ekspresi wajah Nayya tersebut. Membuat perempuan

    Last Updated : 2025-01-14
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 46

    Setelah Galen meninggalkan butik untuk membeli makan siang, Nayya kembali fokus pada pekerjaannya. Ia sedang mengecek beberapa sketsa desain ketika suara pintu butik terbuka dengan keras. Seorang wanita berusia sekitar 30-an, dengan wajah marah dan riasan tajam, masuk dengan langkah menghentak. "Di mana Nayya?" suara wanita itu menggema, membuat beberapa karyawan di butik menoleh kaget.Nayya mengangkat wajahnya dan berdiri, menatap wanita itu dengan tenang meski dalam hatinya merasa waspada. "Saya Nayya. Ada yang bisa saya bantu?"Wanita itu melangkah mendekat, membawa sebuah kantong besar yang ia lemparkan ke meja Nayya. "Ini! Apa benar ini gaun buatan kamu? Gaun ini benar-benar menghancurkan acaraku!"Nayya mengerutkan kening, berusaha memahami situasinya. "Maaf, ada apa dengan gaunnya? Apa ada yang kurang sesuai?"Wanita itu melipat tangannya, matanya menyala penuh emosi. "Kurang sesuai? Banyak! Bikin malu acaraku aja!"Nayya menarik napas dalam, mencoba tetap tenang meskipun na

    Last Updated : 2025-01-15
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 47

    "Nona, anda baik-baik saja?""Aku gak apa-apa. Tapi aku sebel sama orang itu," balas Nayya sambil memijat tengkuknya. Rasanya dia hampir darah tinggi karena kedatangan orang seperti itu.Melihat ekspresi kesal di wajah Nayya, Galen pun menghampiri majikannya tersebut. Setrlah menaruh tas makan siangnya di meja, kemudian berjalan ke belakang kursi Nayya. “Sini saya bantu pijat,” ucapnya lembut. Sebelum Nayya sempat bertanya, Galen sudah menempatkan kedua tangannya di atas pundaknya. "G- Galen?" Nayya sedikit tersentak karena sentuhan Galen tersebut."Otot anda terlalu tegang, Nona. Rileks sedikit! Dan biarkan saya memijat anda," balas pria itu dengan suara yang terdengar dalam."Tapi—""Ssst! Begini-begini saya juga ahli dalam pijatan."Awalnya, Nayya ingin memprotes, tapi sentuhan Galen terasa nyaman. Pijatannya tidak terlalu keras, tapi cukup untuk mengurangi rasa kaku di bahunya. Ia pun memejamkan mata, mencoba menikmati momen itu meski gengsinya masih berusaha menahan. Setelah

    Last Updated : 2025-01-17
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 01

    "Kamu ini sebenarnya mandul kan?"Perempuan yang sedang menuangkan teh hijau ke dalam cangkir keramik putih dengan ukiran mahal itu, melirik ke arah lawan bicaranya. Ekspresi wajahnya tampak menegang, terlihat tak terima dengan pernyataan yang baru saja dia dengar. "Maksud Mama apa?""Gak usah pura-pura polos kamu, Nay! Kamu sama Liam udah mau 3 tahun menikah, masa kalian berdua belum juga ngasih Mama cucu. Jadi cepet kasih tau Mama, kamu sebenarnya mandul kan? Tapi malu buat mengakuinya.""Ma, aku udah cek ke dokter. Dan hasilnya aku baik-baik aja kok.""Oooh, jadi kamu mau nyalahin Liam? Kamu pikir dia yang mandul begitu?" tukas wanita paruh baya itu balik, namanya— Widuri.Nayya menghela nafas panjang. "Aku gak nuduh Mas Liam mandul, Ma. Aku—""Jujur saja ya, Nayya. Sebenarnya Mama capek debat ama kamu soal cucu, tapi Mama ini juga males menghadapi pertanyaan temen-temen Mama soal ini.""Ini diluar kendaliku, Ma. Anak itu kan titipan Tuhan."Widuri mendengus, melipat tangannya di d

    Last Updated : 2024-11-05
  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 02

    "Kalau kamu jadi aku, apa yang akan kamu lakukan?""Tentu saja saya akan bicara kan masalah ini dengan Tuan Liam."Nayya terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. "Mungkin kamu benar, Galen. Aku harus bicara sama Mas Liam.""Saya yakin, Tuan bisa mengerti posisi anda."Nayya menghela nafas panjang. Ia tersenyum ke arah Galen yang berdiri tak jauh darinya. "Oke, aku akan coba. Makasih ya sarannya."###"Mas Liam!" Perempuan 23 tahun itu melompat kecil ke arah suaminya. Kedua lengannya bergelayut manja di bahu kokoh pria tersebut dengan wajah sumringah. "Akhirnya Mas pulang juga. Aku... Kangen."Nayya tertegun sejenak, senyumnya perlahan memudar ketika Liam dengan halus menyingkirkan kedua lengannya dari bahunya."Maaf ya, Nay. Aku gerah banget." ujar Liam sembari mengusap tengkuknya. "Aku mau mandi dulu."Nayya menatap suaminya yang berjalan menjauh, tubuhnya terasa sedikit lemas. "Mas... sebentar," panggilnya ragu-ragu.Liam berhenti sejenak, lalu menoleh, sedikit terkejut. "Iya?

    Last Updated : 2024-11-05

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 47

    "Nona, anda baik-baik saja?""Aku gak apa-apa. Tapi aku sebel sama orang itu," balas Nayya sambil memijat tengkuknya. Rasanya dia hampir darah tinggi karena kedatangan orang seperti itu.Melihat ekspresi kesal di wajah Nayya, Galen pun menghampiri majikannya tersebut. Setrlah menaruh tas makan siangnya di meja, kemudian berjalan ke belakang kursi Nayya. “Sini saya bantu pijat,” ucapnya lembut. Sebelum Nayya sempat bertanya, Galen sudah menempatkan kedua tangannya di atas pundaknya. "G- Galen?" Nayya sedikit tersentak karena sentuhan Galen tersebut."Otot anda terlalu tegang, Nona. Rileks sedikit! Dan biarkan saya memijat anda," balas pria itu dengan suara yang terdengar dalam."Tapi—""Ssst! Begini-begini saya juga ahli dalam pijatan."Awalnya, Nayya ingin memprotes, tapi sentuhan Galen terasa nyaman. Pijatannya tidak terlalu keras, tapi cukup untuk mengurangi rasa kaku di bahunya. Ia pun memejamkan mata, mencoba menikmati momen itu meski gengsinya masih berusaha menahan. Setelah

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 46

    Setelah Galen meninggalkan butik untuk membeli makan siang, Nayya kembali fokus pada pekerjaannya. Ia sedang mengecek beberapa sketsa desain ketika suara pintu butik terbuka dengan keras. Seorang wanita berusia sekitar 30-an, dengan wajah marah dan riasan tajam, masuk dengan langkah menghentak. "Di mana Nayya?" suara wanita itu menggema, membuat beberapa karyawan di butik menoleh kaget.Nayya mengangkat wajahnya dan berdiri, menatap wanita itu dengan tenang meski dalam hatinya merasa waspada. "Saya Nayya. Ada yang bisa saya bantu?"Wanita itu melangkah mendekat, membawa sebuah kantong besar yang ia lemparkan ke meja Nayya. "Ini! Apa benar ini gaun buatan kamu? Gaun ini benar-benar menghancurkan acaraku!"Nayya mengerutkan kening, berusaha memahami situasinya. "Maaf, ada apa dengan gaunnya? Apa ada yang kurang sesuai?"Wanita itu melipat tangannya, matanya menyala penuh emosi. "Kurang sesuai? Banyak! Bikin malu acaraku aja!"Nayya menarik napas dalam, mencoba tetap tenang meskipun na

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 45

    Nayya mengerutkan keningnya. "Alasan lain? Apa itu?"Galen tersenyum tipis. "Aku tidak bisa memberitahu, Nona.""Kenapa?" Nayya mengerutkan keningnya. "Pasti ada hubungannya sama sesuatu yang penting kan?"Galen memandangi perempuan itu. Ia kembali menampilkan senyum penuh arti. "Makan dulu, Nona. Baru nanti kita bicara."Nayya menghela nafas panjang. Merasa kurang puas dengan jawaban Galen yang menurutnya sangat menggantung. "Sejak Mas Liam ke luar kota, aku gak ada teman ngobrol," desis Nayya dengan bibir sedikit mencebik. "Apalagi Mas Liam juga gak bisa dihubungi dan jarang balas chatku. Aku jadi makin feeling lonely.""Saya tau, Nona. Tapi kalau anda bicara terus, nanti makanannya jadi dingin!" balas Galen dengan lembut. "Kita bisa ngobrol sebanyak apapun setelah anda makan. Gimana?"Nayya menatap pemuda itu dengan mata menyipit. "Nanti deh, aku pikir-pikir dulu."Galen reflek tertawa pelan mendengar jawaban majikannya itu. Ditambah ekspresi wajah Nayya tersebut. Membuat perempuan

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 44

    Galen mengangkat alis, menunggu Nayya menyelesaikan kalimatnya. Namun, Nayya tampak semakin gugup, mengalihkan pandangan sambil mengusap tengkuknya yang sedikit berkeringat. "Sebenernya aku... aku butuh bantuan kamu untuk—" Nayya menggigit bibir bawahnya lagi, mencoba menyusun keberanian. "Ngebenerin shower di kamar mandiku. Airnya mati sejak kemarin malam." Galen menahan napas sejenak sebelum akhirnya mengangguk dengan ekspresi lega. "Oh, itu saja? Baik, saya akan periksa sekarang juga." Nayya tersipu malu. "Iya, maaf ya! Aku tahu ini di luar tugas kamu, tapi aku malas panggil orang luar sekarang." "Tenang saja, Nona. Saya pasti bisa memperbaikinya," ucap Galen, mencoba meyakinkannya. Tanpa banyak kata lagi, Nayya mengarahkan Galen ke kamar mandinya. Di dalam, ia berdiri canggung sambil menunjukkan shower yang bermasalah. Galen mulai memeriksa sambungan air dengan teliti, mengabaikan jarak mereka yang begitu dekat. Nayya hanya bisa menatap punggung Galen yang kokoh. Dalam

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 43

    "Umphh... Galen..."Nayya memejamkan matanya. Berusaha meredam suara seduktifnya ketika Galen mulai menjilati lehernya."Emphhhmm... G- Galen..." Ia berusaha memanggil sang bodyguard, meskipun terdengar susah payah karena helaan nafasnya yang cepat."Iya Nona?" Galen melihat ke arah Nayya matanya terlihat diliputi oleh gairah. "Apa anda berubah ingin pikiran?"Nayya menatap Galen lemah. Pipinya memerah hingga ke telinga. "Apa kamu ada ide lain?"Galen terdiam. Ia yang berada di atas tubuh Nayya menjadi bingung harus memberikan jawaban apa."Gak ada cara lain kan? Berarti ayo lanjutkan!" Nayya memeluk leher Galen, sementara sang bodyguard memberanikan diri untuk mencium bibir perempuan itu.Suasana di sana kian memanas saat Galen dan Nayya melakukan penyatuan mereka. Meniti tangga kenikmatan yang semakin membawa mereka ke gairah yang tak ada duanya."Ughh..." Sinar matahari pagi itu mengusik tidur nyenyak Galen. Pemuda bertubuh atletis itu bangkit perlahan dari tempat tidur, tubuhnya t

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 42

    Malam telah larut ketika Nayya mengumpulkan keberanian untuk menelepon Galen. Tangannya gemetar saat mengetik pesan di ponselnya. "Galen, bisa naik ke kamarku sekarang? Aku butuh bicara."Pesan itu terkirim, dan ia menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk. Butuh beberapa saat sebelum akhirnya ada balasan dari Galen: ["Baik, Nona. Saya segera ke sana."]Hanya beberapa menit kemudian, ketukan pelan terdengar di pintu kamar Nayya. Ia menghapus sisa air mata di pipinya sebelum menjawab, "Masuk!"Pintu terbuka, dan Galen melangkah masuk dengan hati-hati. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanyanya lembut, memperhatikan ekspresi muram Nayya. Tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan yang Galen ajukan, Nayya langsung menarik pemuda itu masuk ke kamarnya."Non—mm..." Galen terbelalak ketika Nayya menciumanya dengan sedikit serampangan.Nayya mendorong dada bidang Galen ke dinding. Gerakan Nayya yang tidak sabaran jelas membuat Galen bingung."N

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 41

    "Apapun yang kamu katakan, Mama akan tetap membujuk Liam untuk cari istri lagi. Terserah dia mau ceraikan kamu atau menjadikan salah satu perempuan ini sebagai istri keduanya. Mama tidak peduli."Braaak!!Nayya tidak tahan lagi. Ucapan sang mertua begitu melukai hatinya. Dengan penuh emosi menggebrak meja di depannya."Ma, jangan mentang-mentang aku ini sebatang kara dan gak punya orang tua jadi Mama seenaknya sama aku. Aku juga punya hati Ma, aku punya perasaan. Gimana kalau seandainya Mama jadi aku? Apa Mama sanggup diperlakukan seperti ini?"Widuri buang muka. Sama sekali tak menggubris tatapan sayu dan wajah penuh air mata menantunya."Di luar sana, banyak pasangan yang belum punya anak bahkan disaat pernikahan mereka udah masuk belasan tahun. Tapi mereka gak seberisik Mama yang ribut ingin ini dan itu," imbuh Nayya lagi. "Aku dan Mas Liam menikah belum ada 5 tahun tapi Mama udah berencana menggantikanku sama perempuan lain— Mama benar-benar tega.""Terserah apa yang ingin kamu ka

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 40

    Pagi itu, sekitar jam delapan, Nayya berdiri di depan cermin besar di kamarnya. Ia mengenakan blus putih dengan rok selutut berwarna krem, sederhana namun anggun. Wajahnya tampak sedikit lebih segar setelah semalaman akhirnya bisa tidur meski di sofa. Namun, ada kecemasan yang tidak bisa ia sembunyikan. Hari ini, ia harus pergi ke rumah mertuanya, Widuri. Entah apa yang wanita itu ingin bicarakan, tapi Nayya tahu, setiap kali Widuri memanggilnya secara khusus, itu tidak pernah menjadi perbincangan yang menyenangkan."Nona, mobil sudah siap," suara Galen terdengar dari luar pintu."Baik, aku segera keluar," jawab Nayya sambil merapikan tas tangannya.Di perjalanan, Nayya tak banyak bicara. Ia hanya memandangi pemandangan di luar jendela mobil dengan pikiran yang melayang-layang. Galen, seperti biasa, duduk di kursi pengemudi dengan ekspresi datar, sesekali melirik ke arah kaca spion untuk memastikan majikannya baik-baik saja.Mobil berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gaya klas

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 39

    ["Maaf ya sayang, aku benar-benar sibuk banget. Klien banyak permintaan jadi aku gak bisa sering-sering telfon kamu."]["Soal kemarin aku juga minta maaf. Aku gak ada maksud buat nolak VC kamu. Di sini beneran gak ada sinyal."]["Tolong jangan khawatir dan terlalu OVT. Aku sayang sama kamu."]Nayya menghela nafas panjang. Ia memeluk lututnya untuk menenangkan diri. "Capek banget ya Tuhan. Gak enak banget cinta sendiri kayak gini."Karena kelelahan, Nayya tertidur di sofa ruang tamu, pelukan di lututnya perlahan melonggar. Wajahnya tampak lesu dalam tidurnya, meski ada jejak air mata dan kecemasan yang masih tersisa. Sebuah selimut tebal tergantung di sandaran sofa, tapi tak disentuh olehnya. Galen muncul dari arah pintu, berniat membuat teh hangat karena di luar hujan sedang lebat. Ia berhenti sejenak ketika melihat Nayya terbaring di sana. Ekspresi datarnya berubah lunak seketika.Ia mendekat perlahan, memastikan langkahnya tak menimbulkan suara yang bisa membangunkan Nayya. Saat be

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status