"Lily, jangan lakukan ini! Aku kakak iparmu! Bersikaplah sopan!" Marko begitu tegas menolak Lily. Lily menggerutu pelan. Dia kembali ke tempat duduknya sambil memperbaiki dressnya. "Kenapa? Karena aku tak secantik Kak Stella?" "Bukan begitu. Kau juga cantik. Tapi, aku suami kakakmu, dan aku sangat mencintainya." Lily semakin kesal mendengarnya. Dia melipat kedua tangannya di depan dada, dan melempar pandangannya jauh-jauh ke luar jendela mobil. Tiba di gedung tempat pesta ulang tahun teman Lily diadakan, Marko melihat banyak sekali yang datang. Dan semuanya anak kuliahan. Lily turun dari mobil, lalu mengajak Marko ikut dengannya. "Ayo, Kak Marko!" "Aku menunggu di mobil saja, Lily. Kau masuklah sendiri," tolak Marko bergeleng pelan. "Kak Marko, semua temanku membawa pasangannya. Masa aku pergi sendirian? Bagaimana kalau ada pria berengsek yang menggodaku?" Berpikir sejenak, akhirnya Marko mengiyakan permintaan Lily untuk ikut masuk ke dalam gedung megah itu. Tak jauh dari Ma
Marko berhasil menambah kekuatannya setelah menyentuh Eliz. Sekarang dia merasa lebih kuat dan bertenaga. Sementara, Eliz duduk lemas di atas toilet dengan senyuman senang. Hanya dengan jari Marko saja dia sudah sepuas ini, apalagi memakai kejantanannya yang tampak besar di balik celana itu. "Terima kasih, Nona Eliz. Sudah mengizinkanku menyentuhmu. Kau sungguh wanita yang baik," ucap Marko tulus. Marko hendak keluar dari bilik kamar mandi, tapi Eliz menahan tangannya. "Marko, andai kita bertemu lagi. Maukah kau melakukannya dengan milikmu?" ucap Eliz dengan napas masih terengah-engah. Dia duduk dengan kedua kaki terbuka lebar tanpa mengenakan celana dalam. "Aku tidak bisa berjanji, Nona Eliz," balas Marko sambil meremas payudara Eliz sebagai penutupan. Eliz sangat menyukai Marko. Kalau bisa, dia ingin mengabdikan dirinya pada Marko. Jadi wanita simpanannya. Sayangnya Marko sudah pergi lebih dulu sebelum dia mengutarakan keinginannya itu. Marko melangkah tegas menghampiri Charl
"Harga mobilnya satu miliar, Kak Marko. Bagaimana ini? Aku jadi takut pulang," ucap Lily dengan mata berkaca-kaca. Mendengar harga mobil keluarga Dawson tak terlalu mengejutkan Marko, karena koleksi mobil Marko Davies harganya jauh di atasnya. Tapi, Marko memucat saat mengingat dirinya tak akan bisa mengganti uang satu miliar itu. Tabungannya di brankas hanya bisa dia ambil setelah melewati pemeriksaan ketat, termasuk scan wajah dan sidik jari. Mana mungkin, dia bisa mengambil uangnya dengan memakai tubuh Marko Hubert. Tentu, dia akan dikira pencuri dan dijebloskan ke penjara. Marko lalu menemukan ide lain. "Bagaimana kalau kau kuantar pulang sekarang dan bilang pada Mommy kalau aku menginap di rumah teman?" "Tidak. Aku tak akan membiarkanmu menanggungnya sendiri. Kau sudah baik mau mengantarkanku, jadi aku juga harus membantumu, Kak Marko." Marko tersenyum mengerti. Adik iparnya itu memang selalu peduli padanya. "Kalau begitu kita tidur di luar saja malam ini sampai kita me
"Kak Marko, tiduri aku," pinta Lily sambil menggesekkan kewanitaannya ke paha Marko. Marko nyaris kehilangan kendali melihat tubuh telanjang Lily yang luar biasa menggoda. Dadanya berukuran besar dan bulat. Lalu bagian intimnya begitu bersih dan tembem. Kalau saja Lily bukan adik iparnya, mungkin Marko sudah menghabisinya malam ini."Tidak, Lily." Marko berusaha mempertahankan akal sehatnya, lalu menyuruh Lily untuk segera berpakaian.Lily memberengut kesal. Dia kira bisa menipu Marko dengan berakting seolah-olah dia baru saja menelan obat perangsang seperti di novel 'Nafsu Bejat CEO' yang setiap hari dia baca. Ternyata kakak iparnya itu tidak tertipu.Lily berdiri dengan mengentakkan kedua kaki secara bergantian. "Apa aku terlalu jelek, Kak Marko? Sampai kau tak tertarik padaku. Apa aku kurang seksi bagimu?"Marko bergeleng cepat. "Aku sudah bilang padamu kan. Kau itu cantik, Lily. Hanya saja aku harus menjagamu karena kau adiknya Stella."Lily menatap Marko kesal. "Jadi kalau aku
"Baik, Tuan." Kedua preman itu segera melakukan perintah Marko, melepaskan celana dalam mereka. Lalu, mereka berjalan keliling motel.Semua penghuni motel sontak menyorakinya."Sungguh memalukan. Bukannya mereka preman yang biasanya memalaki kita?" tanya seorang wanita pada teman di sisinya."Iya. Tapi siapa ya yang berhasil membuat mereka seperti itu?" balas wanita satunya dengan penasaran.Mendengar dua wanita cantik itu sedang membicarakan siapa yang sudah mengalahkan preman-preman tersebut, seorang pria berkaca mata berteriak kencang. Dia akan memakai kesempatan ini untuk mendekati kedua wanita cantik itu, lalu meniduri mereka."Aku yang sudah mengalahkan mereka!" ucap Linus dengan penuh percaya diri."Kau tidak berbohong kan?" tanya Monic, salah satu wanita cantik itu.Linus menggulung lengan kemeja kotak-kotaknya untuk menunjukkan tangannya yang kurus. "Apa aku terlihat seperti berbohong? Meski aku kurus, aku sangat kuat!"Monic masih tidak percaya. "Coba tunjukkan kekuatanmu!"
Wanita yang baru saja berteriak lantang itu adalah Amy, pemilik motel. Dia berjalan tegas menghampiri Marko dengan wajah murka."Jadi kau yang sudah membuat keributan di motelku, bahkan sampai memukul pelanggan motel yang lain?" tanya Amy melipat kedua tangannya ke dada. "Karena kau sudah membuat keributan, kau harus membayar biaya tambahan dua ribu dolar."Marko terbelalak mendengar ucapan Amy. Wanita itu memang cantik, tapi tatapannya begitu sombong."Sepertinya tidak bisa membayar ya? Dilihat pakaianmu, kau sepertinya miskin," ucap Amy lagi dengan tatapan meremehkan. Marko mendengus. "Kau mau memerasku? Aku hanya memukul orang yang pantas kupukul tanpa merusak satu pun barang. Tapi, kau justru memintaku membayar ganti rugi dua ribu dolar!"Para penghuni motel mulai berbisik-bisik. Menganggap ucapan Marko ada benarnya."Dia tega sekali sampai memerasnya seperti itu.""Dia begitu serakah. Padahal sewa motel semalam saja sudah mahal."Amy tak menggubris orang-orang yang sedang membic
"Aku tak mau tahu. Sudah jam sebelas malam! Kalian harus pulang sekarang! " Stella langsung menutup sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Marko.Marko tadi beralasan jika acara ulang tahun teman Lily belum selesai, tapi Stella tetap mendesaknya pulang.Tidak ada cara lain. Marko akhirnya menggendong Lily yang lemas ke punggungnya. Jika Marko berjalan cepat, maka dia bisa sampai di rumah keluarga Dawson sebelum besok pagi.Meski, tenaga Marko cukup terkuras karena sudah berkelahi sebanyak dua kali. Dia tetap berusaha berjalan secepat mungkin. Untungnya di tengah perjalanan, Martha, atasan Marko di Fast Food kebetulan lewat.Wanita cantik itu menghentikan mobilnya begitu melihat Marko."Marko, sedang apa kau malam-malam begini?" tanya Martha membuka kaca mobilnya.Marko sempat terkejut, dan merasa beruntung melihat Martha."Nona Martha, kami baru saja pulang dari acara, dan mobil kami diderek."Martha merasa kasihan pada Marko. Pria itu harus berjalan beberapa kilometer deng
Begitu memasuki rumah, Marko dikejutkan dengan keberadaan Stella di ruang tamu. Istrinya itu menatapnya marah sambil bersedekap."Ke mana saja sampai pulang selarut ini, Marko?" tanya Stella pada Marko."Acaranya belum selesai, Stella. Jadi, kami baru bisa pulang sekarang," balas Marko mencari-cari alasan agar Stella tak mengamuk. Awalnya dia sempat senang, mengira Stella cemburu karena Marko pergi terlalu lama bersama Lily.Namun, pikirannya itu segera dipatahkan dengan ucapan pedas Stella."Aku benar-benar menyesal membiarkan adik kesayanganku pergi denganmu. Lihat saja dirinya! Kau tidak bisa menjaganya dengan baik, Marko!" sentak Stella. Ternyata Stella tidak sedang mencemburui Marko, dia hanya mencemaskan Lily saja."Jangan diam saja, Marko! Cepat bantu aku membawa Lily ke kamarnya!" sentak Stella lagi.Di saat Stella marah, Marko selalu saja tidak bisa balas membentaknya. Dia akan menurut dan melakukan apa saja yang Stella perintahkan.Mungkin ini yang biasa orang katakan jika
Setelah seks dengan Marko, Martha akhirnya berangkat ke Chicago.Sementara, Marko pulang ke rumah sambil membawa hadiah perhiasan yang sudah dibungkus cantik dengan pita pink untuk Stella.Stella pasti menyukainya. Batin Marko senang. Dia jadi bersemangat menghasilkan uang lebih banyak lagi agar dia bisa memberikan hadiah untuk Stella setiap hari. Setibanya di rumah. Marko masuk ke kamar Stella. Dia meletakkan kotak perhiasan ke atas kasur, lalu dia pergi untuk mandi.Marko harus wangi saat Stella pulang nanti agar istrinya itu senang tidur dengannya. Membayangkan kewanitaan Stella, membuat kejantanan Marko langsung menggeliat bangun.Marko menyalakan shower dan mulai mengurut miliknya."Ahh ... Stella." Marko mendesah panjang sambil menyebut nama Stella.Sudah banyak wanita yang Marko tiduri. Tapi, dia tetap menginginkan Stella. Lima menit berlalu, Marko keluar dari kamar mandi dengan memakai pakaian santai peninggalan Tuan Dawson. Marko kemudian duduk di atas kasur, menunggu Stel
Marko mendapatkan pesan misterius saat dia tiba di tempat kerja. [Kekuatan bertambah].[Tantangan meniduri sepuluh wanita: Berjalan 35 %].Marko kemudian menyimpan hp jadulnya lagi dengan tersenyum senang. Dia tadi sengaja tidak pulang ke rumah, dan langsung berangkat bekerja.Rencananya nanti malam, Marko akan memberikan kejutan pada Stella, dengan begitu dia bisa mendapatkan jatah untuk menyentuh Stella.Marko sudah tidak sabar meniduri Stella. Setelah menunggu sekian purnama, akhirnya waktunya akan segera tiba! Marko akan jadi lelaki sepenuhnya untuk Stella!"Marko," panggil Martha tiba-tiba, meruntuhkan lamunan Marko."Iya, Nona Martha?" "Bisa kau ke ruanganku sekarang?" tanya Martha tampak tak bersemangat."Bisa, Nona Martha."Marko kemudian berjalan di belakang Martha menuju ruangan atasannya itu.Saat sudah ada di dalam ruangan, Martha menyuruh Marko menutup pintunya."Jadi, hari ini adalah hari terakhirku di sini. Aku akan dipindah tugaskan ke Chicago untuk mengurus cabang F
Carla menelan ludahnya saat melihat Marko dan Miska bergelut mesra di atas tempat tidur tanpa pakaian. Sementara dirinya masih menunggu giliran.Miska tampak terengah-engah saat Marko menghujamnya dari atas."Ahh ... Marko. Aku mau keluar." Miska mendesah nikmat sambil melirik kewanitaannya yang dimasuki batang Marko.Kini Miska tidur telentang. Sedang, Marko berada di atas tubuhnya.Marko semakin memacu gerakannya lebih cepat lagi. Sampai keduanya mencapai klimaksnya bersamaan. Marko mengeluarkan batangnya, dan menyemburkan cairan kenikmatannya di luar.Carla menggigit bibir bawahnya melihat batang Marko yang luar biasa besar. Bahkan milik pria itu lebih besar dari milik Gaston!Carla mengusap ujung sprei yang terkena cairan Marko. Dia mengendusnya, lalu menjilatnya. "Tidak baik kau membuang-buangnya seperti itu," gumam Carla merasakan bagian bawahnya sudah berdenyut-denyut.Carla sudah telanjang sedari tadi, tapi Marko sama sekali belum menyentuhnya. Dia jadi kesal dan berpikir Ma
"Aku tidak akan sudi menjilat sepatu bututmu itu, Gembel!" balas Gaston geram. Dia tidak suka Marko menginjak-injak harga dirinya di depan Carla, kekasihnya. Jadi, dia berniat untuk memukul Marko dan membuat pria itu menyesal karena sudah membuatnya marah.Tapi, baru saja dia bergerak untuk meninju perut Marko. Marko sudah lebih dulu menyambar tangannya, dan membantingnya ke lantai cukup keras.Brakk!!Gaston meringis kesakitan karena tangan kanannya terkilir. "Sialan!"Pria itu tak menyerah. Dia berusaha bangkit berdiri, dan menjulurkan sebelah kakinya untuk menendang Marko.Tapi, lagi-lagi gerakan Marko lebih cepat darinya.Marko memberikan pukulan secepat kilat ke perut Gaston. Alhasil pria sombong itu terdorong ke belakang dan jatuh menimpa ujung etalase. Untungnya etalase kaca itu tidak pecah, hanya bagian pinggirnya saja yang retak karena terkena benturan kepala Gaston.Gaston meraba kepalanya, dan dia berteriak marah saat melihat tangannya berlumuran darah. "Sialan kau! Dasar
Tangan si pelayan bergetar menghitung uang sepuluh ribu dolar milik Marko."Bagaimana? Uangnya pas kan?!" tanya Marko membentak si pelayan."I-iya," jawab si pelayan dengan terbata-bata. Dia hendak membungkus kalung pilihan Marko. Tapi, Carla kembali bersuara."Sebentar!" kata Carla, berjalan cepat ke arah si pelayan. "Aku yakin dia tidak punya uang segitu. Dia pasti mencurinya dari orang lain!"Marko menghela napas geram. Dia hanya ingin membeli kalung ini, dan segera pulang. Tapi, ada saja yang membuat masalah dengannya.Pelayan itu tampak bimbang sejenak, lalu mengangguk mengiyakan ucapan Carla. "Nona, benar juga. Nyaris saja aku tertipu.""Jadi, apa lagi yang kau tunggu? Cepat panggil polisi sana!" tukas Carla membuat si pelayan segera berlari menuju pesawat telepon untuk memanggil polisi.Marko berdeham keras. "Dengar! Aku tidak mencuri uang dari siapa pun. Ini uangku.""Lihatlah dirimu!" ucap Gaston dengan nada merendahkan. "Kau masuk ke sini dengan seragam kurir Fast Food, lalu
Lagi-lagi Marko harus menahan hasratnya yang menggebu-gebu atas Stella. Dia langsung pergi sebelum Stella memergokinya sedang mengintip istrinya itu. Marko tidak mau membuat Stella marah dan semakin membencinya."Kau harus bisa menahannya, Bung!" bisik Marko pada kejantanannya yang ada di balik celana sambil mengelusnya pelan. Dia lalu memilih memuaskan dirinya sendiri di kamar mandi, barulah dia berangkat bekerja.***Saat jam istirahat, dan kebetulan pesanan pelanggan sedang sepi. Marko pergi ke butik perhiasan Liffany and Co yang terkenal dan begitu digandrungi para wanita di New York. Bahkan perhiasan itu menjadi patokan untuk menggolongkan seseorang sesuai peringkat sosialnya. Apakah orang itu miskin atau kaya.Begitu memasuki butik Liffany and Co, aroma khas parfum mahal langsung menyambut penciuman Marko. Pendingin ruangan membuat udara terasa lebih sejuk dibandingkan panasnya jalan di luar tadi.Marko tak menanggalkan jaket kurir Fast Foodnya dan mulai melihat-lihat perhiasa
JJ langsung menyerang dengan tinju secepat kilat. Tapi, Marko dengan gerakan tak kalah cepat meloncat ke samping untuk menghindar.Serangan demi serangan JJ menyambar udara kosong karena Marko dengan gesit berpindah ke tempat satu ke tempat yang lain.Penonton yang awalnya menyanjung JJ mulai tercengang melihat Marko yang melesat cepat bagaikan bayangan. Tak ada satu serangan pun yang mengenai pria itu.Tapi, JJ tidak menyerah. Dengan mempercepat gerakannya dia menargetkan Marko lagi untuk dia pukul.Tinju JJ lumayan kuat hingga setiap pukulannya yang menyasar ke lantai kayu area pertarungan meninggalkan bekas cukup dalam."Bajingan! Kenapa kau menghindar terus?! Dasar pengecut!" geram JJ mulai kelelahan. Dia tak bisa mengejar Marko yang terlalu cepat.Marko merasa mendapatkan celah untuk balas menyerang JJ.Dalam sepersekian detik, Marko menegakkan tubuhnya. Matanya menatap tajam JJ, lalu dia berlari sangat cepat menuju perut besar JJ.Sebelum JJ sempat bereaksi, Marko menghantam rus
Sorak-sorai penonton semakin riuh. Teriakan mereka bercampur dengan dentuman musik bass yang menggema di sekeliling arena. Arena di depan Marko dibuat lebih gelap saat pertarungan akan dimulai. Semakin mendekat ke area pertarungan, Marko dapat mencium aroma darah, keringat, dan alkohol yang menyengat.Awalnya Marko mengira Argus yang ada di balik surat kemarin. Sehingga dia sudah tak sabar menerjangnya kembali. Membuatnya babak belur seperti saat mereka bertemu di balapan liar beberapa hari yang lalu.Tapi, ternyata Argus justru melawan petarung lainnya.Marko memilih duduk di salah satu kursi penonton untuk melihat pertarungan Argus dengan pria lain yang bertubuh sangat besar.Kini Argus sedang bertarung dengan pria raksasa. Meski, lawannya memiliki otot yang keras dan kuat, Argus tetap lebih lincah. Dia menyerang, lalu menghindar dengan gerakan cepat.Sekarang Marko tahu kenapa Argus bisa menjadi juara bertahan di pertarungan liar seperti ini. Teknik yang dipakai pria itu cukup bai
"Ahh .... Marko," desah Wennie saat dia mencapai puncak kenikmatannya yang pertama.Marko kemudian melepaskan kejantanannya dari bagian intim Wennie, dan menyuruh wanita itu tidur di atasnya dengan posisi terbalik.Wennie menurut, dan melakukan sesuai yang Marko inginkan.Sekarang mereka akan mencoba gaya seks 69.Marko mulai memainkan lidahnya di bagian kewanitaan Wennie yang bersih. Sementara, Wennie mengulum kejantanan Marko.Mereka berdua sibuk memuaskan hasrat mereka masing-masing yang meluap-luap.Marko dengan lihai menggerakkan lidahnya di lubang Wennie. Dia juga menggigit kecil bagian klitorisnya sehingga Wennie menggelinjang liar.Wennie melakukan pelepasannya yang kedua, dan mengenai wajah Marko."Kau keluar banyak sekali, Kak Wennie," ucap Marko mengusap wajahnya dengan tisu."Maafkan aku, Marko," balas Wennie tersipu.Sekarang giliran Wennie membuat Marko merasakan surga dunia. Dia mengulum milik Marko yang sangat besar, dan nyaris tersedak karenanya.Dengan gerakan pelan