Wajah Lamia memucat pasif, ia cukup terkejut dan takut melihat kedatanganku.
"Tenang saja Lamia, aku datang kemari tidak ada sangkut pautnya dengan Erika," ucapku mencoba meyakinkan Lamia."Lalu, apa tujuan Anda datang kemari?"Sebenarnya aku sedikit ragu memberitahu Lamia tapi ini adalah taruhan yang harus aku lakukan."Aku tahu, kamu sangat membenci Excel bukan?"Seketika bola matanya membulat penuh, saat aku menanyakan itu.Lamia adalah karyawan yang di pecat secara tidak hormat bahkan ia dituduh menggoda Excel.Flashback on."Kya ...!""Erika, ini di depan umum. Bagaimana bisa kamu melakukan itu kepadanya?""Biarkan, Ruela. Dia harus kita beri pelajaran karena mengg*da suamiku!""Itu tidak benar!" sangkal gadis bernama Lamia itu."Tapi, bukankah kita bisa bicarakan baik-baik, Erika?"Aku berusaha mencoba memisahkan Erika dengan Lamia, sejujurnya aku kasihan kepaAku terbangun, dengan kepala yang sedikit pusing. Saat bola mata ini menelisik setiap penjuru ruangan, aku merasa asing.Aku menarik tanganku, ternyata jarum infus sudah terpasang di sana.Rumah sakit?Siapa yang membawaku ke sini? “Ruel … kamu sudah sadar?”Degh!Felix?“Apanya yang sakit? Apa kepalamu baik-baik saja? Atau ada anggota tubuhmu yang sakit?” Jujur aku merasa bingung, karena melihat Felix yang ada di sini.Tapi saat melihat reaksinya, aku merasa geli. Aku tersenyum melihat tingkahnya yang benar-benar mengkhawatirkanku.“Ruela, aku bertanya kenapa kamu malah tersenyum seperti itu?” ucap Felix kesal.“Aku baik-baik saja, Felix ….”“Baik-baik saja dari mana? Kamu lihat itu, wajahmu penuh luka lebam, Ruela!”Sejujurnya seluruh badanku memang terasa sakit, tapi melihat Felix memperhatikanku sedemikian rupa membuat sakitku tidak terasa.Entah kapan
Aku mencoba memberikan pengertian kepada Felix."Felix, aku tahu niat kamu baik. Aku juga sangat merasa senang, tapi aku merasa terbebani jika aku hanya bisa menjadi penghalang untuk karir bisnis kamu.”“Aku tidak pernah merasa terbebani sedikitpun olehmu, Ruela. Justru aku senang bisa merawatmu seperti sekarang,” ucap Felix dengan menatapku lekat.“Ya, aku tahu itu. Tapi, jangan hanya gara-gara aku, kamu jadi melupakan pekerjaanmu! Jadi, aku mohon pergilah, biarkan aku merawat diriku sendiri. Dan kamu boleh kembali kapanpun asal pekerjaanmu telah selesai, aku berjanji akan selalu menunggumu.”Felix terdiam, memalingkan wajahnya dariku.Aku hanya tidak mau karirnya hancur hanya gara-gara aku, lagipula di sini aku tidak sendirian dan aku masih bisa merawat diriku sendiri.Jika Felix terus bersamaku, itu sama saja masalahku tidak akan pernah cepat terselesaikan. “Kamu tidak mengerti apa yang aku rasakan saat aku jauh darimu, Ruela.”Aku mengerjap, apa dia merajuk?Dia bahkan tidak mena
Pesta telah usai sesuai bayanganku, mungkin ini akan menjadi perayaan ulang tahun terburuk untuk Erika.Frans membawaku dengan kasar, menarik tanganku hingga parkiran.Ingin rasanya aku berontak lalu berteriak bahwa saat ini aku tidak sudi disentuh olehnya lagi, tapi aku harus sedikit bersabar juga bersandiwara sekarang."Masuk!" titahnya."Apa yang sebenarnya terjadi kepada kamu, Ruela?""Cih ... tanyakan saja pada dirimu," ucapku, kemudian aku masuk kedalam mobil.Brugh!Diperjalanan kami tidak ada obrolan sama sekali, hingga akhirnya kita sampai di rumah.Kami sampai setelah menempuh setengah jam, aku langsung keluar mobil dan mertuaku sudah berada di depan pintu.Dia menyambutku dengan hangat, namun rasanya aku muak dengan perlakuannya.“Ruela, menantuku … kenapa kamu baru pulang Sayang. Kenapa kamu pergi tidak bilang Ibu atau Frans? Dan kenapa selama itu kamu tidak memberikan kabar?” “Maafkan aku, Bu. Aku pergi begitu dadakan dan ketika sampai di sana ponselku rusak, jadi aku ti
2 hari kemudianPagi hari ....Setelah Frans berangkat kerja, aku bersiap-siap untuk pergi menjemput Felix. Sebenarnya aku takut berpapasan dengan rombongan Frans, tapi setelah menanyakannya Frans bilang ia akan berangkat pagi.Rupanya cuaca sedang tidak bersahabat karena dari semalam hujan terus mengguyur kota.Sebelumnya aku memastikan jika di rumah sudah tidak ada siapa-siapa, kebetulan mertuaku hari ini ada pertemuan dengan rekan sosialitanya.Aku menyemprotkan parfum lebih banyak dari biasa, sebenarnya aku merasa malu. Di usiaku yang saat ini aku merasakan kasmaran lagi.Aku bahkan tidak bisa tidur nyenyak, karena tidak sabar bertemu dengan Felix Aku sangat gugup dan kembali ke kamar untuk memeriksa penampilanku sekali lagi di depan cermin. "Kenapa hujannya masih belum reda ...," gumaku melihat ke arah luar jendela.Aku berjalan menuruni anak tangga memeriksa kondisi rumah yang sudah aman jika aku tinggalkan, maklum saja terkadang aku merasa lupa mematikan kompor jika berpergia
Mobil Felix berhenti di parkiran kawasan apartemen elit, bahkan aku saja tidak bisa membeli apartemen ini meski menjual dua apartemen milikku."Sebentar!" "Ada apa, Ruela?" tanya Felix."Apa kamu anak caebol?" tanyaku kepada Felix."Hmmmm, rahasia. Aku akan memberitahumu, jika kita sudah resmi menjadi sepasang kekasih."Ais ... aku langsung tidak berkutik mendengar itu.Felix terlebih dahulu turun dari mobil lalu berjalan memutar ke arahku untuk membukakan pintu.Aku terdiam, memperhatikan apa yang akan dja lakukan.Setiap bersamanya dia berhasil membuat aku merasa istimewa dengan perlakuannya.Apa semua wanita yang pernah dekat dengannya di perlakukan sama sepertiku? Atau hanya aku yang diperlakukan seperti ini olehnya?“Silahkan, Ratuku ….” ucapnya dengan tersenyum manis.Aku menggapai tangan Felix dan segera turun, kami berjalan dengan bergandengan tangan.Sebenarnya aku malu karena orang-orang sekitar apartemen memperhatikan kami, tapi Felix sama sekali tidak mau melepaskan tang
Aku merapikan pakaianku, lalu duduk di depan televisi. Sementara Felix sedang berbicara lewat telepon yang entah dengan siapa.Dengan kaki yang sengaja ku luruskan kedepan menahan perut yang terasa begah.“Ruel …?” “Kenapa?”“Tidak, aku hanya memanggil namamu saja.”Dih … kenapa dia suka sekali bersikap seperti itu akhir-akhir ini?Aku menggelengkan kepala, tapi tiba-tiba Felix duduk disampingku. Dengan manjanya dia memelukku bahkan menenggelamkan kepalanya di l*her.“Aku ingin selalu seperti ini setiap saat, rasanya jika seperti ini rasa lelahku hilang seketika.”“Kamu seperti anak kecil yang tidak pernah mau lepas dari orang tuanya,” cibirku.“Hei, sebelumnya aku tidak pernah bersikap semanja ini kepada siapapun. Kecuali dirimu!” kesal Felix yang semakin merapatkan tubuhnya. "Baik-baik, aku minta maaf ...." ucapku."Apa kamu benar-benar merasa bersalah?""Ya ….” jawab singkatku."Apa buktinya?" Terkadang Felix seperti anak kecil, aku merasa tidak heran karena usianya juga masih t
Aku melajukan mobil dengan suasana hati yang tidak baik-baik saja.Aku benar-benar butuh tempat yang bisa membuatku nyaman serta selalu menghargaiku, bukan tempat yang hanya menjadikanku babu juga mesin ATM berjalan.Entah mau kemana tujuanku saat ini, yang jelas salah satu tempat terlintas begitu saja dalam pikiranku.Apartemen Felix, mungkin di sana aku bisa sedikit lebih tenang.Ya, sepertinya aku akan ke sana ….*****Beberapa saat kemudian akhirnya aku sampai di dalam lift menuju apartemen Felix, beruntung saat itu Felix memberitahu sandi apartemennya.Flashback on."Apa besok kamu tidak di rumah?" tanyaku kepada Felix."Aku akan keluar sebentar, bertemu dengan guruku.""Lalu bagaimana aku datang ke apartemen lebih awal?""Perhatian baik-baik, aku mengganti sandinya dengan nomor belakangmu.”"Kenapa?""Karena nomer belakang kita sama walaupun beda di tengah," ujar Felix.Aku mengangguk tanda mengerti ….Tapi jujur, aku baru sadar jika nomor kita memang sama. Itu artinya Felix mem
Aku dan Felix selesai membuat tenda tapi kami tidak bisa menyalakan api unggun, sebagai gantinya kami memakan cemilan dan minuman bir kaleng.TingSuara kaleng kami beradu, aku begitu senang seperti masalahku yang menumpuk menjadi bukan apa-apa sekarang.Setelah menghabiskan beberapa kaleng, aku mulai merasa mabuk."Apa kamu mabuk, Ruela?" tanya Felix."Hm ...."Pandanganku mulai kabur, tapi tiba-tiba Felix menc*um bib*rku."Hah ...."Apa rasa bir, semanis ini?Saat Felix melepaskan c*umannya, mata kami saling bertemu. Aku sadar bahwa Felix juga sudah mabuk. Wajahnya yang memerah terlihat sangat menggoda.Aku meraih wajahnya, perlahan bib*r kami bertemu. Aku mel*mat bib*rnya Felix mem*sukkan l*dahku kedalam mulutnya.Jujur saja aku belajar ini darinya, tapi jika di ingat-ingat lagi. Kenapa dia begitu pandai berc*uman?Semakin lama h*srat ini semakin g*la, Felix menyelinap tang
Rupanya bujukanku berhasil, Renata melepaskan ikatan kakiku. Tentu saja aku tidak membuang waktu dan langsung keluar dari sana.Dengan kaki pincangku, aku terus berlari menyusuri jalan. Sebelum Frans menyadari pelarianku.Desa ini benar-benar terpencil dan sepi, tidak ada mobil ataupun sepeda motor yang berlalu lalang di sini.Dengan nafas yang tersengal-sengal, aku berusaha keras untuk berlari tapi aku benar-benar kehilangan tenaga.Bagaimana tidak, aku sama sekali tidak diberi makan oleh pria baj*ng*n itu."Hah ... Hah ..."Kakiku semakin merasakan sakit, dan tenagaku sudah pada batasnya.Rasanya aku sudah tidak kuat lagi untuk berlari, tapi aku takut jika Frans tiba-tiba kembali dan menyadari bahwa aku tidak ada.Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di dekatku, mataku terbelalak saat melihat Frans turun dari mobil tersebut.Aku langsung berlari sekuat tenaga, tapi sialnya karena tergesa-gesa kakiku tersandung batu.BrughRasanya seperti sengatan listrik di sekujur tubuh saat lu
Hanya ada ruang gelap, dengan keheningan yang kulihat di sekeliling.Aku tidak tahu Frans membawaku kemana, tapi yang pasti tempat ini begitu asing bagiku.Tangan dan kaki yang kesemutan karena terikat, membuat aku seperti mati rasa.Aku hanya tahu saat bayangan sinar matahari mulai meredup perlahan, meninggalkanku dengan gelapnya malam.Kerietttt"Maaf, Ruela. Aku harus pergi ke apartemen dulu untuk berganti pakaian," ucapnya."Hmmmm .... Hmmm!"Srakkk!Frans melepaskan penutup mulutku, dengan kasar. Rasa perih dan tenggorokan yang kering karena kekurangan air."Apa kamu haus?" tanyanya.Aku mengangguk lemas, dan berharap Frans memberikan aku air minum yang ia bawa.GlekGlekkSaat dahaga ini mulai terpenuhi, tiba-tiba Frans membuang air itu."Frans!" "Rupanya kamu masih mempunyai tenaga," ujarnya tersenyum licik.Sikapnya tidak ada yang berubah, hanya saja ... aku melihat ada yang berbeda dalam dirinya.Penampilannya yang dulu selalu rapi, gagah, bersih, sekarang berbeda 180 deraja
Melihat berita di internet rasanya hatiku seakan hancur, wanita yang aku percaya dan aku sayangi ternyata dia berbohong.Seakan luka lama terbuka kembali, duniaku kini tidak baik-baik saja.Ruela … aku pikir kamu beberapa kali menolak cintaku memang karena memiliki sebuah masalah di kehidupanmu, ternyata masalahmu adalah memiliki suami.Hatiku sudah terlanjur besar mencintaimu, ingin mengakhiri saja rasanya berat untukku.******Aku melihat pertengkaran Ruela dengan suaminya, rasanya ingin sekali aku membawa Ruela.Apalagi ketika melihat Ruela diperlakukan dengan kasar, hatiku tidak tega melihatnya. Ini bukan pertama kalinya aku melihat Ruela diperlakukan kasar oleh suaminya, saat di apartemen aku juga melihatnya di tarik paksa.Menyaksikan sikap Ruela di acara barusan, sejujurnya aku terkejut.Dia tampak berbeda, dari Ruela yang aku kenal.Entah itu sikap aslinya atau bukan, yang jelas dia terlihat bukan Ruela yang dulu saat bersamaku.Menatap matanya selalu membuatku ingin mendekap
Aku tidak pernah menyangka jika Felix akan semarah itu denganku, rasanya sangat menyakitkan saat mendengar Felix mengakhiri hubungan ini.Seperti tertusuk ribuan jarum, hatiku sakit tapi aku bisa apa?Di saat aku berseteru dengan Felix tiba-tiba Frans datang menarik tanganku membawaku menjauh dari hadapan Felix.Sontak saat itu aku begitu terkejut, di satu sisi aku ingin mengelak karena pasti semua ini akan membuat Felix semakin menjauh."Aku tidak tahu, bahwa kamu menjadi j*l*ng!"Apa maksud ucapan Frans?"Lepaskan Frans ...."Aku muak melihat wajahnya, aku mauk melihat Frans yang selalu bersikap egois kepadaku.Apa pedulinya dia denganku? Selama ini bukankah dia hanya peduli dengan uangku saja? "Kita sudah bukan siapa-siapa lagi, Frans!" "Apa maksudmu? Kamu yang ingin bercerai, tapi aku tidak!"Seketika mataku terbelalak, ingin rasanya segera pergi darinya.Setelah beberapa saat berdebat dengan Frans, aku segera pergi meninggalkannya sendirian di depan apartemen.______Apartemen
Awalnya aku menolak ajakan pria tua itu, tapi setelah dia meyakinkan aku, akhirnya aku mengikutinya.Entah kemana tujuannya, aku hanya mengikuti arah yang dia tunjukkan.Hingga pada saat melihat bangunan yang menjulang tinggi, ia memintaku untuk berhenti."Wanitamu ada di salah satu kamar apartemen ini," ucapnya dengan menunjuk bangunan di depan kami.Sebenarnya siapa pria tua ini? Kenapa dia bisa tahu jika Ruela ada di sini?Kenapa juga dia peduli denganku?Ahh ... terserah, yang terpenting bagiku sekarang aku bisa menemukan Ruela.Aku segera turun, tentunya dengan pria tua itu.Kami masuk lift menuju kamar yang dia tunjuk.Keluar dari lift, kami berjalan beberapa langkah.Betapa terkejutnya aku melihat Ruela berada di depan pintu kamar apartemen bersama seorang pria, dan anehnya mereka sedang beradu mulut."Akhir-akhir ini wanitamu sering datang ke sini, tentunya dengan pria muda itu. Bahkan, sering aku lihat dia juga sampai menginap."Aku menatap pria tua itu dengan tatapan tidak p
Seperti mimpi kejadian hari ini, wanita yang selalu aku yakin akan menemaniku sampai mati. Meminta untuk berpisah.Memang semua salahku yang berpaling, tapi bukan berarti aku tidak setia. Bagiku Renata hanya hiburan di kala jenuh saat rumah tanggaku dengan Ruela mengalami kemunduran.Aku yakin, Ruela hanya marah sesaat seperti biasa. Toh, selama ini dia juga selalu mengikuti apapun ucapanku dan menuruti semua perintahku.Lebih baik sekarang aku pergi ....Aku ingin menenangkan pikiranku, dari kegilaan hari ini.Aku pergi ke bar dan memesan beberapa minuman dan menegaknya hingga habis tidak tersisa."Ahh ... Ruela, seharusnya kamu mendengarkan semua ucapanku. Lagi pula aku berselingkuh karena mencari hiburan bukan untuk menduakan, hanya saja dikala aku merasa jenuh dengan rumah tangga kita aku butuh pelarian.Aku meracau, mengutarakan semua kekesalanku kepada Ruela. "Kenapa, Ruela. Padahal aku hanya mencintai kamu tapi kamu terlalu memperbesarnya."Buktinya aku masih mengingatnya, me
Setelah mendapatkan telpon dari Mia aku pergi ke apartemen milik Calista yang di tinggali oleh Mia.Jaraknya dari apartemen Felix lumayan jauh, dapat menempuh hingga satu jam lebih jika terhalang kemacetan.Aku harus segera sampai, bagaimanapun juga nyawa Mia sekarang dalam bahaya. Aku tahu betapa kejamnya Ayah Mia, aku takut jika aku terlambat bisa-bisa Mia ....Umpatan dan cacian dari orang-orang sekitar membuat kupingku terasa panas, ini salahku karena mengendarai mobil seperti di area balap.Berkali-kali orang menegurku, dan membunyikan klakson mobil dengan kencang.Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, hingga akhirnya aku sampai di tempat tinggal baru Mia.Tok ... Tok ... "Mia ...!" Aku menggedor-gedor pintu apartemen tersebut karena Mia tidak meresponku."Tidak bisa, aku yakin Mia di dalam."Aku mengambil ponsel di mantelku lalu mencari kontak Calista.1 panggilan keluar Calista..."Halo, Ruela ....""Calista berapa nomor sandi apartemenmu?""Memang kenapa?""Akan aku jelas
Fans mencoba untuk menggenggam tanganku, tapi aku segera menepisnya dengan kasar.Pengabdian selama tujuh tahun tidak ada artinya di mata Frans, sehingga dengan mudahnya ia berkhianat.Apa tidak pernah terpikirkan, akan sesakit apa hatiku ini? Jika mengetahui perbuatannya.Fans mencoba untuk menggenggam tanganku kembali, tapi lagi-lagi aku segera menepisnya dengan kasar."Cepat katakan! Aku tidak memiliki banyak waktu!" cetusku."Tapi, tidak enak jika kita berbicara di sini. Takut ada orang yang mendengarkan pembicaraan kita ....""Malu? Hah ... Apa aku tidak salah dengar?" tanyaku sembari menatapnya tajam.Aku berjalan beberapa langkah keluar pintu, lalu menunjuk-nunjuk Frans dengan kata-kata kasar."Lalu bagaimana dengan perselingkuhan yang kamu lakukan? Pernahkan kamu merasa malu kepadaku? Kalian semua berkerja sama saling menutupi, di mana rasa malu kalian?" cecarku kepada Frans."Jika rasa malu itu ada, seharusnya kamu malu saat berselingkuh dengan wanita yang sudah seperti sauda
Aku segera pergi, sebelum Felix menyerangku kembali.Entahlah, dari mana pikiran itu muncul. Hingga tanpa sadar aku menc**m pipi Felix secara tiba-tiba.Dengan langkah yang lebar, aku terus mengembangkan senyum. Antara malu juga lucu.Aku mengendarai mobil, membelah jalanan menuju Cafe yang tidak jauh dari Bandara.Aku tahu, Ibu tidak mungkin mau menemuiku di rumah. Apalagi setelah dia mengetahui kebej*tan Frans.Perjalanan yang cukup ramai, tapi tidak menimbulkan kemacetan. Aku sampai hanya beberapa menit saja.Segera memarkirkan Mobil, lalu keluar mencari keberadaan Ibu.Tidak jauh dariku, aku melihat ada orang-orang yang berkerumun. Sepertinya ada kegaduhan."Dasar wanita tidak tahu diri! Sudah aku anggap anak malah tega-teganya kau menus*k anakku dari belakang!"Degh!Bukankah itu suara Ibu?Aku berusaha menerobos orang-orang, melihat apa yang sebenarnya terjadi, dan siapa yang membuat kegaduhan.Astaga .... Ibu! Ternyata Ibu bersama Renata dan juga Frans ...."Jal*ng sepertimu t