Setelah melakukan penerbangan cukup jauh, akhirnya aku sampai di bandara.
"Ruela!"Sesuai janjinya, Calista datang menjemputku ke bandara. Ia melambaikan tangan kepadaku dan aku membalasnya.Tapi ada yang membuat aku heran saat melihat ekspresi wajahnya.Aku bergegas berjalan menghampiri Calista dan melihat ia melirik ke dalam mobil.Ibu ...."Kenapa ada ibu?" bisikku kepada Calista."Ibumu datang ke kantor, ia bertanya tentang kamu dengan Frans," jawab Calista.Aku masuk kedalam mobil dan duduk di samping ibu sementara Calista duduk di depan di balik kemudi.Jujur saat melihat mata ibuku yang sembab hatiku terasa nyeri."Apa kamu baik-baik saja Ruela?" tanya ibu dengan belaian lembut."Tentu saja, aku baru pulang liburan pasti baik-baik saja!" ucapku tersenyum palsu."Kamu yakin?"Mataku seketika memanas, aku berusaha untuk menahan air mataku agar tidak jatuh. TapiWajah Lamia memucat pasif, ia cukup terkejut dan takut melihat kedatanganku."Tenang saja Lamia, aku datang kemari tidak ada sangkut pautnya dengan Erika," ucapku mencoba meyakinkan Lamia."Lalu, apa tujuan Anda datang kemari?" Sebenarnya aku sedikit ragu memberitahu Lamia tapi ini adalah taruhan yang harus aku lakukan."Aku tahu, kamu sangat membenci Excel bukan?" Seketika bola matanya membulat penuh, saat aku menanyakan itu.Lamia adalah karyawan yang di pecat secara tidak hormat bahkan ia dituduh menggoda Excel.Flashback on."Kya ...!""Erika, ini di depan umum. Bagaimana bisa kamu melakukan itu kepadanya?""Biarkan, Ruela. Dia harus kita beri pelajaran karena mengg*da suamiku!""Itu tidak benar!" sangkal gadis bernama Lamia itu."Tapi, bukankah kita bisa bicarakan baik-baik, Erika?"Aku berusaha mencoba memisahkan Erika dengan Lamia, sejujurnya aku kasihan kepa
Aku terbangun, dengan kepala yang sedikit pusing. Saat bola mata ini menelisik setiap penjuru ruangan, aku merasa asing.Aku menarik tanganku, ternyata jarum infus sudah terpasang di sana.Rumah sakit?Siapa yang membawaku ke sini? “Ruel … kamu sudah sadar?”Degh!Felix?“Apanya yang sakit? Apa kepalamu baik-baik saja? Atau ada anggota tubuhmu yang sakit?” Jujur aku merasa bingung, karena melihat Felix yang ada di sini.Tapi saat melihat reaksinya, aku merasa geli. Aku tersenyum melihat tingkahnya yang benar-benar mengkhawatirkanku.“Ruela, aku bertanya kenapa kamu malah tersenyum seperti itu?” ucap Felix kesal.“Aku baik-baik saja, Felix ….”“Baik-baik saja dari mana? Kamu lihat itu, wajahmu penuh luka lebam, Ruela!”Sejujurnya seluruh badanku memang terasa sakit, tapi melihat Felix memperhatikanku sedemikian rupa membuat sakitku tidak terasa.Entah kapan
Aku mencoba memberikan pengertian kepada Felix."Felix, aku tahu niat kamu baik. Aku juga sangat merasa senang, tapi aku merasa terbebani jika aku hanya bisa menjadi penghalang untuk karir bisnis kamu.”“Aku tidak pernah merasa terbebani sedikitpun olehmu, Ruela. Justru aku senang bisa merawatmu seperti sekarang,” ucap Felix dengan menatapku lekat.“Ya, aku tahu itu. Tapi, jangan hanya gara-gara aku, kamu jadi melupakan pekerjaanmu! Jadi, aku mohon pergilah, biarkan aku merawat diriku sendiri. Dan kamu boleh kembali kapanpun asal pekerjaanmu telah selesai, aku berjanji akan selalu menunggumu.”Felix terdiam, memalingkan wajahnya dariku.Aku hanya tidak mau karirnya hancur hanya gara-gara aku, lagipula di sini aku tidak sendirian dan aku masih bisa merawat diriku sendiri.Jika Felix terus bersamaku, itu sama saja masalahku tidak akan pernah cepat terselesaikan. “Kamu tidak mengerti apa yang aku rasakan saat aku jauh darimu, Ruela.”Aku mengerjap, apa dia merajuk?Dia bahkan tidak mena
Pesta telah usai sesuai bayanganku, mungkin ini akan menjadi perayaan ulang tahun terburuk untuk Erika.Frans membawaku dengan kasar, menarik tanganku hingga parkiran.Ingin rasanya aku berontak lalu berteriak bahwa saat ini aku tidak sudi disentuh olehnya lagi, tapi aku harus sedikit bersabar juga bersandiwara sekarang."Masuk!" titahnya."Apa yang sebenarnya terjadi kepada kamu, Ruela?""Cih ... tanyakan saja pada dirimu," ucapku, kemudian aku masuk kedalam mobil.Brugh!Diperjalanan kami tidak ada obrolan sama sekali, hingga akhirnya kita sampai di rumah.Kami sampai setelah menempuh setengah jam, aku langsung keluar mobil dan mertuaku sudah berada di depan pintu.Dia menyambutku dengan hangat, namun rasanya aku muak dengan perlakuannya.“Ruela, menantuku … kenapa kamu baru pulang Sayang. Kenapa kamu pergi tidak bilang Ibu atau Frans? Dan kenapa selama itu kamu tidak memberikan kabar?” “Maafkan aku, Bu. Aku pergi begitu dadakan dan ketika sampai di sana ponselku rusak, jadi aku ti
2 hari kemudianPagi hari ....Setelah Frans berangkat kerja, aku bersiap-siap untuk pergi menjemput Felix. Sebenarnya aku takut berpapasan dengan rombongan Frans, tapi setelah menanyakannya Frans bilang ia akan berangkat pagi.Rupanya cuaca sedang tidak bersahabat karena dari semalam hujan terus mengguyur kota.Sebelumnya aku memastikan jika di rumah sudah tidak ada siapa-siapa, kebetulan mertuaku hari ini ada pertemuan dengan rekan sosialitanya.Aku menyemprotkan parfum lebih banyak dari biasa, sebenarnya aku merasa malu. Di usiaku yang saat ini aku merasakan kasmaran lagi.Aku bahkan tidak bisa tidur nyenyak, karena tidak sabar bertemu dengan Felix Aku sangat gugup dan kembali ke kamar untuk memeriksa penampilanku sekali lagi di depan cermin. "Kenapa hujannya masih belum reda ...," gumaku melihat ke arah luar jendela.Aku berjalan menuruni anak tangga memeriksa kondisi rumah yang sudah aman jika aku tinggalkan, maklum saja terkadang aku merasa lupa mematikan kompor jika berpergia
Mobil Felix berhenti di parkiran kawasan apartemen elit, bahkan aku saja tidak bisa membeli apartemen ini meski menjual dua apartemen milikku."Sebentar!" "Ada apa, Ruela?" tanya Felix."Apa kamu anak caebol?" tanyaku kepada Felix."Hmmmm, rahasia. Aku akan memberitahumu, jika kita sudah resmi menjadi sepasang kekasih."Ais ... aku langsung tidak berkutik mendengar itu.Felix terlebih dahulu turun dari mobil lalu berjalan memutar ke arahku untuk membukakan pintu.Aku terdiam, memperhatikan apa yang akan dja lakukan.Setiap bersamanya dia berhasil membuat aku merasa istimewa dengan perlakuannya.Apa semua wanita yang pernah dekat dengannya di perlakukan sama sepertiku? Atau hanya aku yang diperlakukan seperti ini olehnya?“Silahkan, Ratuku ….” ucapnya dengan tersenyum manis.Aku menggapai tangan Felix dan segera turun, kami berjalan dengan bergandengan tangan.Sebenarnya aku malu karena orang-orang sekitar apartemen memperhatikan kami, tapi Felix sama sekali tidak mau melepaskan tang
Aku merapikan pakaianku, lalu duduk di depan televisi. Sementara Felix sedang berbicara lewat telepon yang entah dengan siapa.Dengan kaki yang sengaja ku luruskan kedepan menahan perut yang terasa begah.“Ruel …?” “Kenapa?”“Tidak, aku hanya memanggil namamu saja.”Dih … kenapa dia suka sekali bersikap seperti itu akhir-akhir ini?Aku menggelengkan kepala, tapi tiba-tiba Felix duduk disampingku. Dengan manjanya dia memelukku bahkan menenggelamkan kepalanya di l*her.“Aku ingin selalu seperti ini setiap saat, rasanya jika seperti ini rasa lelahku hilang seketika.”“Kamu seperti anak kecil yang tidak pernah mau lepas dari orang tuanya,” cibirku.“Hei, sebelumnya aku tidak pernah bersikap semanja ini kepada siapapun. Kecuali dirimu!” kesal Felix yang semakin merapatkan tubuhnya. "Baik-baik, aku minta maaf ...." ucapku."Apa kamu benar-benar merasa bersalah?""Ya ….” jawab singkatku."Apa buktinya?" Terkadang Felix seperti anak kecil, aku merasa tidak heran karena usianya juga masih t
Aku melajukan mobil dengan suasana hati yang tidak baik-baik saja.Aku benar-benar butuh tempat yang bisa membuatku nyaman serta selalu menghargaiku, bukan tempat yang hanya menjadikanku babu juga mesin ATM berjalan.Entah mau kemana tujuanku saat ini, yang jelas salah satu tempat terlintas begitu saja dalam pikiranku.Apartemen Felix, mungkin di sana aku bisa sedikit lebih tenang.Ya, sepertinya aku akan ke sana ….*****Beberapa saat kemudian akhirnya aku sampai di dalam lift menuju apartemen Felix, beruntung saat itu Felix memberitahu sandi apartemennya.Flashback on."Apa besok kamu tidak di rumah?" tanyaku kepada Felix."Aku akan keluar sebentar, bertemu dengan guruku.""Lalu bagaimana aku datang ke apartemen lebih awal?""Perhatian baik-baik, aku mengganti sandinya dengan nomor belakangmu.”"Kenapa?""Karena nomer belakang kita sama walaupun beda di tengah," ujar Felix.Aku mengangguk tanda mengerti ….Tapi jujur, aku baru sadar jika nomor kita memang sama. Itu artinya Felix mem