Home / Romansa / Hasrat Liar Sang Kakak Ipar / 146. Tidak Bisa Diprediksi

Share

146. Tidak Bisa Diprediksi

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-03-13 13:03:10

Villa CEO terletak di sisi paling eksklusif dari resort ini, jauh dari keramaian dan menawarkan pemandangan yang indah. Lea mengikuti langkah Kayden masuk ke dalam villa dengan perasaan gelisah menyelimuti dirinya sejak tadi.

Begitu pintu tertutup, keheningan seketika memenuhi ruangan itu. Villa itu terlalu besar, terlalu mewah, tetapi saat ini yang lebih mengganggu Lea adalah kenyataan bahwa ia dan Kayden harus berbagi tempat.

Lea menatap pria itu dengan mata tajam penuh kecurigaan. “Apakah ini kebetulan, atau … sengaja kamu atur?”

Kayden yang baru saja melepas jasnya dan meletakkannya di sandaran sofa, menoleh dengan ekspresi datar. Ia mengangkat satu alis. Namun, keheningan pria itu cukup menjadi jawaban.

Lea mendesah cemas, tangannya terangkat untuk meremas pelipisnya. “Demi Tuhan, Kayden. Tidakkah kamu terlalu mengambil risiko karena melakukan ini?” ujarnya frustrasi.

Kayden masih tetap diam.

Lea semakin gelisah. “Tidakkah kamu melihat reaksi para eksekutif karena kita harus berb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   147. Menggoda dan Digoda

    Restoran resort dipenuhi dengan suara percakapan yang pelan dan dentingan peralatan makan. Meja-meja panjang telah tertata rapi, diisi oleh para eksekutif.Lea duduk bersama Annika, tetapi suasana yang semula santai berubah saat seseorang mengetukkan sendok ke gelas dan menarik perhatian seluruh ruangan.Kayden Easton berdiri di meja utama. Begitu ruangan hening, ia berbicara dengan tegas.“Terima kasih atas kerja keras kalian dalam proyek ini. Perjalanan ini bukan hanya untuk menyelesaikan agenda perusahaan, tetapi juga memperkuat kerja sama kita. Manfaatkan waktu ini dengan baik.”Setelah jeda singkat, ia melanjutkan, “Nikmati makan siang kalian. Kita lanjutkan dengan meeting & presentasi bisnis setelah ini.”Kayden mengakhiri sambutannya tanpa senyum, tetapi auranya cukup kuat untuk meninggalkan kesan. Para eksekutif mengangguk hormat sebelum suasana mencair kembali.Lea mengembuskan napas yang tak sadar ia tahan.“CEO kita benar-benar punya cara untuk menguasai ruangan, ya?” bisik

    Last Updated : 2025-03-13
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   148. Resor Ski

    Keesokan paginya, setelah sarapan bersama.Ruang konferensi dipenuhi suara percakapan dan tawa ringan. Hari ini, jumlah orang yang hadir jauh lebih banyak dari sebelumnya. Para eksekutif dari kantor pusat kini bergabung dengan perwakilan dari anak perusahaan.Lea berdiri di dekat Annika, mata hazelnya memperhatikan sekeliling. Beberapa wajah tampak familiar, tetapi banyak juga yang baru pertama kali ia lihat. Suasana formal yang biasa terasa lebih santai hari ini, mungkin karena semua orang tahu bahwa agenda pagi ini bukan rapat atau presentasi, melainkan perjalanan ke resor ski.“Wow, aku tidak menyangka akan sebanyak ini,” gumam Annika, matanya berbinar melihat kerumunan.Lea mengangguk kecil. “Sepertinya semua orang ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk sedikit bersantai.”Saat semua orang sudah berkumpul, Jonas Beckett mengambil alih untuk memberikan arahan singkat.“Baiklah, semuanya. Kita akan berangkat dalam sepuluh menit. Untuk yang belum terbiasa bermain ski, jangan khawati

    Last Updated : 2025-03-13
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   149. Insiden Saat Bermain Ski

    Lea menempelkan telinganya ke pintu bilik, mendengarkan dengan saksama. Saat memastikan tidak ada suara langkah kaki mendekat, ia menarik napas lega sebelum menoleh ke Kayden yang masih bersandar santai di dinding.“Sekarang,” bisiknya cepat.Tanpa membuang waktu, ia meraih pergelangan tangan pria itu dan menariknya keluar dari ruang ganti.Kayden mengangkat alis, jelas terhibur dengan kepanikan Lea tetapi ia tetap membiarkan dirinya diseret keluar.Mereka baru saja melangkah keluar dari bilik ketika suara klik terdengar dari sebelah—bunyi kunci yang diputar dari ruang ganti Annika.“Sial!”Lea merasa panik. Tanpa berpikir panjang, ia segera berlari ke depan pintu ruang ganti Annika, berusaha menghalangi pandangan langsung ke tempat Kayden berada.Kayden yang awalnya berjalan santai kini menghela napas, lalu melangkah mundur ke balik loker.Pintu bilik Annika terbuka tepat saat Lea tiba di depannya.Wanita itu mengerjap kaget saat menatap Lea yang berdiri tepat di hadapannya dengan wa

    Last Updated : 2025-03-14
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   150. Istirahat Total

    Saat Kayden menggendong Lea keluar dari ruang hangat menuju mobilnya, sebuah kamera membidik mereka dari kejauhan. Lensa itu menangkap momen intim yang terlalu dekat untuk sekadar hubungan atasan dan bawahan, apalagi kakak ipar dan adik ipar.Klik.Tangan terampil di balik kamera terus bekerja, memperbesar gambar agar wajah keduanya terlihat jelas. Kayden tampak tegang sementara Lea yang berada dalam gendongannya menunjukkan raut cemas.Orang itu tidak berhenti sampai di situ. Ia terus menekan tombol kamera, mengambil serangkaian gambar bahkan hingga Kayden mendudukkan Lea di kursi penumpang dan ikut masuk ke dalam mobil, duduk di samping wanita itu.“Ini akan menjadi berita besar,” gumamnya penuh semangat sebelum menyimpan kameranya ke dalam tas dan bergegas pergi.Sementara itu, di dalam mobil, suasana terasa mencekam. Jonas mulai menjalankan kendaraan, membelah yang semakin dingin.Lea menggigit bibirnya, menahan nyeri yang masih menusuk di lututnya. Namun melihat ekspresi Kayden y

    Last Updated : 2025-03-14
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   151. Kunjungan Annika - Api Cemburu yang Membakar Kayden

    Setelah bermain ski kemarin, Annika tidak pernah lagi melihat Lea di manapun. Bahkan saat waktu makan tiba, wanita itu tak muncul di restoran. Annika khawatir. Ia sudah mencoba menghubungi Lea berkali-kali, tetapi tidak ada jawaban sama sekali dari wanita itu.Saat matanya tak sengaja menangkap sosok Jonas yang baru saja masuk, Annika segera menghampiri pria itu.“Tuan Beckett!” seru Annika seraya berlari mendekatinya.Jonas menoleh dan melangkah maju. “Ada apa, Nona Bennett?” tanyanya.Annika berdiri tepat di depan Jonas. “Uhm, aku ingin bertanya padamu. Apa kamu melihat Lea Rose? Aku tidak melihatnya dan tidak bisa menghubunginya lagi sejak bermain ski kemarin. Aku bertanya pada instruktur yang melatihnya, katanya sempat terjadi insiden kecil. Tapi dia tidak menemukan Lea saat ingin mengambil kotak obat,” katanya panjang lebar, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.Jonas mengangguk pelan. “Benar. Nona Rose sempat mengalami insiden yang membuat lututnya cedera. Dokter meng

    Last Updated : 2025-03-15
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   152. Ketahuan

    Empat hari kemudian,Lea baru saja kembali ke kediaman keluarga Easton setelah seharian bekerja. Namun, bukannya bisa beristirahat, ia malah mendapat sambutan mengejutkan dari Noah yang sengaja menunggu kedatangannya di kamar. Wajah pria itu tampak begitu marah dan murka.“N-Noah?” ucap Lea tergagap.Langkahnya seketika terhenti di ambang pintu kamar ketika tatapan tajam Noah mengunci dirinya.Lea tidak tahu mengapa Noah terlihat begitu marah. Namun, sebelum ia sempat bertanya, pria itu sudah melemparkan begitu banyak lembaran foto ke udara.Salah satu foto mendarat tepat di depan Lea, dan matanya membelalak saat melihat dirinya bersama Kayden di resor waktu itu—terlihat begitu intim.“Beraninya kamu berselingkuh dengan Kayden di belakangku!” pekik Noah dengan suara penuh kemarahan.Lea tersentak. Ia tidak mengira Noah akan semarah ini mengingat selama ini pria itu tidak peduli padanya ataupun pernikahan mereka.“Kamu tahu apa yang paling membuatku merasa terhina?” Noah mendekat denga

    Last Updated : 2025-03-15
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   153. Diasingkan

    Kaelyn Brown tidak membuang waktu. Setelah memastikan Robert tidak mengambil tindakan langsung terhadap masalah ini, ia segera keluar dari kamar dan memerintahkan salah satu pengurus rumah tangga yang paling ia percayai, Harold, untuk menemuinya di ruang baca.Tak butuh waktu lama, pria paruh baya itu berdiri tegak di depan Kaelyn, menunggu perintahnya dengan penuh kewaspadaan.“Pastikan wanita itu mendapatkan perawatan medis terlebih dahulu,” perintah Kaelyn. “Aku tidak ingin ada masalah lebih lanjut. Setelah dia stabil, segera bawa dia pergi. Jangan sampai ada yang menemukannya, terutama Kayden atau keluarganya sendiri. Dan Harold, jangan buat kesalahan.”Harold menelan ludah saat menyadari betapa seriusnya situasi ini. “Saya mengerti, Nyonya. Akan saya urus secepatnya.”Setelah melihat Kaelyn menganggukkan kepala, Harold segera bergerak. Dengan bantuan dua orang bawahannya, mereka kembali ke kamar Lea dan membawa tubuh Lea yang masih tidak sadarkan diri ke atas ranjang.Seorang dok

    Last Updated : 2025-03-16
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   154. AKu Tidak Ingin Kehilangan Dia Lagi

    Kayden baru saja tiba di kediaman keluarga Easton dan langsung menuju kamar Lea. Tanpa ragu, ia mengangkat tangannya dan mengetuk pintu.Hening. Tidak ada jawaban.Ia mengetuk sekali lagi, kali ini lebih keras. Namun, tetap saja tak ada suara dari dalam.Sebelumnya, ia sudah mencoba menghubungi Lea berkali-kali, tetapi panggilannya terus berakhir tanpa jawaban.Ada yang tidak beres.Perasaan itu mencuat begitu saja di benaknya.“Ke mana sebenarnya wanita ini?” gumamnya pelan.Tanpa membuang waktu, ia segera turun ke lantai satu. Begitu matanya menangkap sosok pelayan, ia langsung memanggilnya.Pelayan itu menghampiri dengan sikap hormat. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan Muda?”“Di mana Lea Rose? Apa dia sudah pulang?” Suaranya terdengar serius, nyaris menuntut jawaban.Pelayan itu tampak ragu sesaat sebelum menjawab, “Maaf, Tuan … Nyonya Rose tidak ada di rumah. Dia pergi.”Ekspresi Kayden berubah serius. Mata birunya tajam menatap pelayan yang tampak gelisah.“Kemana dia?”Pelayan itu

    Last Updated : 2025-03-16

Latest chapter

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   181. Red Velvet, Kopi, dan Saudara Tiri Menyebalkan

    Lea melangkah keluar dari ruang pemeriksaan dengan napas sedikit terengah. Dokter mengatakan kondisinya membaik, meskipun tekanan psikisnya belum sepenuhnya stabil. Tubuhnya memang tidak memar sebanyak dulu, tapi pikirannya masih rapuh. Ia mendapati Rhael duduk menyandar di bangku, kakinya disilangkan dan earphone sudah kembali menggantung di leher. Matanya menatap layar ponsel tanpa ekspresi, seolah dunia tidak menarik selain apa pun yang sedang ia baca. “Sudah selesai?” tanya Rhael tanpa menoleh. Lea mengangguk kecil. “Ya.” Rhael bangkit, lalu memasukkan ponsel ke saku jaketnya. “Bagus. Ayo pulang. Aku lapar.” Namun sebelum langkah mereka benar-benar bergerak ke pintu keluar, Lea berhenti. Ia menatap Rhael yang kini berdiri sedikit di depan. “Aku ingin mampir dulu,” ucapnya pelan. Rhael mengerutkan dahi. “Mampir?” sahutnya heran. “Ada kafe di dua blok dari sini. Aku ingin makan cake.” “Cake?” ulang Rhael, nadanya terdengar mengejek. “Kamu baru saja dicek karena trauma, dan s

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   180. Berburu Tanpa Ampun

    Untuk sesaat, Kayden membeku. Pandangannya tak berubah, tapi tubuhnya menegang. Ia memutar tubuhnya perlahan dan menatap Jonas tajam.“Di mana dia?” Suaranya dalam dan mendesak.“Lokasinya di dekat tempat parkir bandara lama, kira-kira satu jam dari sini. Tim sedang menuju ke sana.”“Kita ke sana sekarang,” ucap Kayden tanpa ragu.Mereka melangkah tergesa menuju mobil yang diparkir sembarangan di seberang jalan, di bawah rindangnya pohon yang daunnya berguguran tertiup angin.Begitu pintu mobil terbuka, Kayden langsung masuk ke kursi penumpang dan membanting pintunya dengan suara berat. Jonas menyusul, lalu menyalakan mesin tanpa bicara, seolah ikut larut dalam ketegangan yang memenuhi udara.Untuk beberapa detik, suara angin dan ombak dari kejauhan jadi satu-satunya yang terdengar.Lalu…Mesin mobil menderu kencang memecah keheningan pagi itu. Ban berdecit ringan saat mobil melaju meninggalkan tepi teluk.Beberapa menit berlalu dalam diam sebelum akhirnya Kayden bertanya, “Seberapa j

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   179. Hidup Tanpa Arah

    Sudah beberapa bulan sejak pemakaman Lea, tapi Kayden masih belum bisa melupakan wanita itu. Hidupnya mungkin berjalan sebagaimana mestinya—pekerjaan, rapat, tanggung jawab perusahaan—namun hati dan perasaannya tertinggal di hari pemakaman itu.Sejak saat itu, Kayden memutuskan pindah. Ia meninggalkan rumah mewah milik keluarga Easton dan menempati apartemen yang dulunya dihuni oleh Lea. Bagi orang lain itu mungkin terlihat gila atau bahkan menyedihkan secara tidak sehat. Tapi baginya, hanya itu satu-satunya cara agar ia merasa dekat dengan wanita yang telah mengambil seluruh hatinya.Malam itu, setelah bekerja seharian dan menyelesaikan rapat penting yang menjemukan, Kayden memilih menghabiskan waktu di bar mewah di pusat kota. Tempat itu penuh cahaya temaram, dentingan gelas, dan alunan musik jazz yang memenuhi udara.“Tuan Muda Easton, mau kutemani malam ini?”Suara itu menggoda, lembut namun jelas ditujukan untuk menarik perhatian. Seorang wanita cantik bertubuh ramping mendekatin

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   178. Empati dalam Versi Paling Aneh

    Mereka duduk di meja makan dengan formasi yang tampak biasa saja—Indi di kepala meja, Julianne di sisi kanan, dan dua kursi di kiri dan kanan yang kini ditempati Lea dan Rhael. Tapi tidak ada yang benar-benar terasa biasa.Lea duduk dengan tenang, menyendok sup labu yang masih mengepul. Tangannya bergerak pelan. Tapi bukan karena gugup, lebih karena tubuhnya yang masih dalam pemulihan.“Supnya seperti biasa, luar biasa,” ujar Indi mencoba membuka percakapan.Julianne tersenyum. “Resep lama dari Mama.”Rhael hanya memutar sendoknya dalam mangkuk, pria itu sama sekali tak menyentuh makanannya. Matanya sesekali melirik ke arah Lea, tapi bukan dengan ketertarikan.Lea sadar, tentu saja.“Kamu makan dengan tenang sekali,” ucap Rhael. “Padahal bisa saja sup ini mengandung sesuatu.”Julianne sempat terbatuk kecil. Indi menghentikan gerakannya, lalu menoleh tajam. Tapi Rhael hanya tertawa pelan.“Aku hanya heran,” katanya tenang. “Dia tampak nyaman sekali duduk di meja ini. Padahal baru beber

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   177. Keluarga Baru

    Indi menoleh sambil menghela napas. “Bersikaplah sopan, Rhael.”Rhael.Lea langsung meresapi nama itu ke kepalanya.Pria bernama Rhael itu berhenti tepat di hadapan Lea, namun menjaga jarak. Ia tidak mengulurkan tangan, tidak pula tersenyum.“Lea,” ujar Indi, memperkenalkan dengan nada tenang, “ini putraku. Rhaeliel Ravenwood. Dia baru kembali dari New York tadi pagi.”Lea mengangguk sopan. “Senang bertemu dengan Anda.”Alih-alih menjawab, Rhael justru memiringkan kepala sedikit, alisnya terangkat ringan. “Aneh. Biasanya orang bilang ‘senang bertemu denganmu’ hanya untuk basa-basi. Tapi dari nadamu, aku bisa lihat kamu benar-benar serius. Itu langka.”Lea menahan diri untuk tidak mengerutkan kening. Dari nada bicara serta sikapnya, Lea tahu persis bahwa Rhael tidak akan menyukainya.“Dia belum sepenuhnya pulih,” sahut Indi memperingatkan. “Jangan mulai dengan permainanmu, Rhael.”Rhael tertawa kecil. “Permainan? Aku hanya mengamati. Lagi pula, jarang-jarang ada seseorang yang hidup la

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   176. Kebangkitan Lea

    Sudah satu tahun sejak nama Lea Rose dibisikkan dengan iba dan air mata.Setahun sejak makamnya dipenuhi bunga dan berita kematiannya memenuhi halaman utama.Setahun sejak dunia mengira kisahnya telah usai.Tapi malam ini, di bawah cahaya kristal dan denting gelas berisi sampanye, kisah itu menolak tamat.Acara amal ‘Hope for Women’ digelar megah di ballroom hotel bintang lima milik keluarga Thompson.Tamu-tamu terhormat berdatangan dengan gaun malam dan senyum palsu. Kamera menyorot setiap sudut ruangan. Dan para pembicara bergiliran naik ke atas panggung, mengucapkan kata-kata manis yang ditulis oleh sekretaris mereka.Dan di tengah semua kemewahan itu, pintu utama terbuka perlahan.Bukan dengan gegap gempita. Bukan dengan pengumuman.Melainkan hanya suara langkah pelan yang menimbulkan hening sesaat.Semua mata beralih.Dan waktu seolah ikut terhenti.Gaun sutra putih menelusuri lantai marmer. Rambut hitam disanggul rapi, memperlihatkan garis wajah tegas nan tenang. Tatapan matanya

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   175. Pemakaman Tanpa Jenazah

    Empat hari berlalu sejak pencarian besar-besaran dilakukan di Teluk Seruni. Ombak telah surut, kabut mulai jarang turun, tapi tidak ada satu pun tanda keberadaan Lea yang ditemukan. Tidak pakaian, tidak sepatu, tidak jejak darah, tidak mayat. Seolah wanita itu menguap ditelan laut dan karang.Di sisi lain, tekanan dari media dan masyarakat terus meningkat. Termasuk dari keluarga Thompson yang akhirnya merilis pernyataan resmi lewat kuasa hukum mereka.'Dengan berat hati, kami menyatakan bahwa putri kami, Lea Rose Thompson, dinyatakan meninggal dunia. Kami berterima kasih kepada pihak kepolisian dan tim SAR atas upaya maksimal mereka. Kami memohon ruang dan privasi untuk berduka.'Pernyataan itu menyebar cepat di televisi, radio, dan media sosial. Kalimat sederhana itu menghantam Kayden lebih keras daripada semua badai yang pernah ia hadapi.Di dalam ruangannya yang gelap, ia menatap layar televisi yang menampilkan foto lama Lea—tersenyum dalam balutan gaun putih saat wisuda kuliah. K

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   174. Main Kucing dan Tikus

    Malam mulai turun pelan-pelan, menyapu Teluk Seruni dengan kelam yang lembap. Lampu-lampu dari tenda SAR berpendar redup di kejauhan, sesekali terdengar bunyi radio dari petugas yang masih berjaga.Kayden keluar dari tenda penyelidikan, rokok menyala di antara jari-jarinya. Ia jarang merokok—hampir tak pernah lagi—tapi malam ini tubuhnya menuntut pelarian. Asap pertama mengepul dari bibirnya bersamaan dengan helaan napas berat.Dia menatap lautan yang sama sekali tak memberi jawaban.Langkah Jonas terdengar dari belakang. “Tim SAR akan lanjut pencarian esok pagi, saat ombak sedikit tenang. Mereka butuh istirahat.”“Biarkan saja yang istirahat. Kita tidak bisa.” Kayden membuang puntung rokoknya, lalu mendekati pagar pembatas yang masih dipenuhi bekas coretan kuning polisi. “Apa kamu yakin tim kita sudah memeriksa semua jalur keluar masuk?”“Sudah, Sir. Tapi ada satu jalan lama yang terhubung ke gudang pelabuhan. Sudah tidak aktif sejak lima tahun lalu. Saya kirim dua orang ke sana untuk

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   173. Proses Pencarian

    Dada Kayden terasa seperti dihantam palu. Tangannya bergetar saat membaca ulang berita itu. Gambar mobil Lea yang setengah tenggelam di antara puing-puing pagar pembatas jalan tol laut terpampang jelas. Polisi menduga mobil itu menabrak pembatas, terjun ke laut, lalu terseret arus.Tapi tak ada jasad. Tak ada tubuh. Hanya mobil. Dan jejak yang seakan menghilang ditelan laut.“Tidak mungkin …,” bisik Kayden. Kepalanya langsung penuh dengan kemungkinan terburuk—namun juga dengan harapan kecil yang membakar dadanya.Tidak ada jasad. Itu berarti belum tentu dia mati, bukan?Ia meraih ponselnya. Yang ia butuhkan hanya satu, informasi akurat. Jonas.“Segera ke Teluk Seruni. Kerahkan semua orang yang kita punya. Aku ingin penyelaman dilakukan sampai radius sepuluh mil laut. Aku tidak peduli berapa biaya yang dibutuhkan. Temukan dia, hidup atau mati,” perintah Kayden ketika panggilan berhasil tersambung.“Sir, polisi—”“Polisi lambat. Aku tidak akan duduk diam menunggu mereka bekerja.”Setela

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status