Share

100. Gema Masalah

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-02-22 11:49:32
Lea tidak tahu harus mengatakan apa setelah mendengar hal itu. Otaknya mendadak kosong, tak mampu memproses apa pun. Bahkan tubuhnya terasa tertanam di tempat, ia tidak bisa bergerak bahkan sedikit pun.

Di depannya, Kayden masih memandanginya dengan tatapan intens dan wajah yang tetap tenang. “Terlalu terkejut untuk merespons?” ucap pria itu dengan suara datar, lalu melangkah lebih dekat hingga jarak di antara mereka terkikis. “Atau kamu mulai memahami sesuatu?”

Lea berusaha mengatur napasnya. “Aku hanya tidak mengerti,” gumamnya pelan.

Kayden menunduk sedikit. Salah satu tangannya bergerak menyentuh dagu Lea dengan lembut. “Kamu tidak perlu mengerti, Lea Rose. Kamu hanya perlu tahu satu hal,” bisiknya, kemudian merapatkan wajahnya hingga napasnya yang hangat menyapu telinga Lea. “Aku akan membalas siapa pun yang menyakitimu.”

Lea menunduk menatap lantai. “Tapi—” Ucapannya terhenti saat Kayden menarik dagunya hingga membuatnya mendongak.

“Jangan pernah meragukanku lagi,” kata pria itu.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   101. Jalan Buntu

    “Katakan padanya, kita bisa bicara di rumah. Aku sedang makan malam, dan aku tidak ingin diganggu,” kata Kayden sebelum mengakhiri panggilan sepihak.Lea menghela napas panjang meski kegelisahan masih mengendap di dadanya. Ia menatap Kayden dengan cemas, tidak, sebenarnya wanita itu tampak ingin menangis saking cemasnya.“Dia tidak akan naik ke mari, kan?” tanyanya memastikan.Kayden menatapnya sekilas, lalu kembali menikmati makanannya dengan tenang. Tidak ada tanda-tanda ketegangan di wajahnya, seakan keberadaan Kaelyn di sini mencarinya sama sekali tidak berarti.“Ada apa? Kamu takut?” tanyanya santai, nada suaranya terdengar samar menggoda. Ia menyumpit sepotong sushi dan memasukkannya ke dalam mulut.Lea mengembuskan napas panjang, wajahnya berubah masam. “Menurutmu?” balasnya sedikit kesal. “Kenapa kamu selalu melontarkan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya?”Tentu saja Lea takut. Bahkan, ia sangat ketakutan sekarang.Kayden hanya menatapnya sekilas sebelum kembali menyuap ma

    Last Updated : 2025-02-23
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   102. Dirampok

    Entah mengapa, Lea tiba-tiba panik, seperti ia baru saja tertangkap basah melakukan sesuatu yang melanggar hukum. Niatnya untuk berbalik arah langsung buyar saat sebuah suara mengudara di belakangnya. Lea terdiam di tempat.“Nyonya Lea Rose.”Suara itu berasal dari sopir pribadi Kaelyn. Lea menelan ludah dengan susah payah sebelum akhirnya berbalik perlahan. Senyum masam terbit di bibir ranumnya saat ia berusaha menyembunyikan kegelisahan yang merayapi dadanya.“Uhm ... Halo, Tuan Simmons. Kebetulan sekali kita bertemu di sini,” ujarnya dengan suara getir.Tuan Simmons melangkah mendekat, dahinya sedikit berkerut saat memperhatikan Lea yang tampak gelisah. Namun sebelum sempat mengutarakan pikirannya, dering ponsel dari dalam sakunya mengalihkan perhatiannya. Dengan cepat, ia merogoh saku celananya dan melihat nama yang tertera di layar.Kaelyn.Ekspresi Tuan Simmons berubah serius saat ia mengangkat panggilan itu. “Ya, Nyonya,” jawabnya dengan nada hormat.Lea berdiri kaku di tempatn

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   103. Trauma Baru

    Seluruh wajah Lea basah akan keringat saat mobil berhenti di sebuah tempat sepi yang bahkan tidak dikenalnya. Gelap, sunyi, dan jauh dari keramaian. Ia bisa mendengar detak jantungnya yang berdegup kencang saat sopir itu menoleh ke arahnya dengan seringai licik.“Turun,” perintahnya dengan nada dingin sembari mengacungkan pisaunya di dekat leher Lea.Lea mengangguk pelan, berpura-pura menurut. Sementara di bawah sana, tangannya merogoh tas dengan gemetar dan berhasil menemukan botol parfum kaca yang tersembunyi di dalamnya. Saat pria itu bergerak lebih dekat, Lea segera mengayunkan botol itu sekuat tenaga hingga mengenai wajahnya dengan keras!“ARGH!” Sopir itu menjerit.Tanpa membuang waktu, Lea mendorong pintu mobil dengan keras dan langsung berlari keluar.Kakinya hampir terpeleset di atas salju, tapi ia tidak peduli. Ia hanya bisa fokus untuk berlari, menjauh sejauh mungkin dari pria itu.Dalam ketakutan dan kepanikan, Lea melihat sebuah mobil melaju ke arahnya. Tanpa berpikir pan

    Last Updated : 2025-02-24
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   104. Reaksi Kayden

    Kayden segera memeriksa setiap inci tubuh Lea, dari telapak tangan hingga wajahnya, memastikan bahwa wanita itu tidak terluka. Matanya menajam, mencari tanda-tanda cedera sekecil apa pun. Meskipun tak menemukan jejak luka, keresahan di wajahnya tak juga surut.Perampokan adalah kejahatan serius, dan Lea mengalaminya tadi malam.“Demi Tuhan, Lea Rose! Inilah yang paling aku khawatirkan saat membiarkanmu pulang sendiri tadi malam!” geram Kayden dengan wajah frustrasi.Lea menurunkan kedua tangan Kayden dari wajahnya, lalu menatap pria itu dengan sorot mata sayu. “Tapi aku baik-baik saja. Aku hanya kehilangan uang tunai,” ujarnya lirih.Kayden menekan ibu jarinya ke pelipis, lalu menghela napas kasar. Tidakkah Lea menyadari betapa frustrasinya ia sekarang? Wanita ini baru saja mengalami perampokan, tapi malah bersikap seolah itu bukan hal besar.Sial! Kayden benar-benar kesal.“Kamu baru saja dirampok, Lea Rose. Ini kejahatan serius! Tapi kamu—” Kalimatnya terhenti di tenggorokan. Rasa ma

    Last Updated : 2025-02-25
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   105. Campur Tangan Vincent

    Di kursinya, Lea menunduk dengan wajah pucat. Meskipun berusaha terlihat tegar, tangannya masih sedikit gemetar di atas pahanya. Napasnya belum sepenuhnya stabil dan sorot matanya menunjukkan sisa-sisa ketakutan yang masih mengendap.“Pulanglah,” ujar Kayden setelah beberapa saat, nada suaranya lebih lembut.Lea segera mengangkat wajahnya, wanita itu tampak ragu-ragu. “Aku masih harus—”“Pulang, Lea Rose,” potong Kayden tegas. “Kamu butuh istirahat.”Lea terdiam. Ia tahu pria itu tidak akan menerima bantahan.Tanpa menunggu lebih lama, Kayden meraih ponselnya dan menekan nomor seseorang di layar. “Aku akan menyuruh seseorang mengantarmu,” katanya.Lea buru-buru menggeleng. “Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri.”Tatapan Kayden mengeras. “Jangan membantahku.”Namun sebelum panggilannya berhasil tersambung, suara dering ponsel Lea tiba-tiba terdengar dari dalam tasnya.Lea meraih ponselnya dan menatap layar dengan kening berkerut. Nomor tak dikenal.Dengan sedikit ragu, Lea akhirnya men

    Last Updated : 2025-02-25
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   106. Kayden's Justice

    Dua hari kemudian ….Lea menggenggam tasnya dengan erat saat memasuki kantor polisi. Langkahnya sedikit ragu, tetapi ia memaksakan diri untuk terus maju. Setelah berpikir matang, ia memutuskan untuk memenuhi panggilan dan memberikan keterangannya terkait insiden perampokan yang dialaminya dua hari lalu.Ini adalah pertama kalinya Lea menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Udara di dalam kantor polisi terasa sedikit kaku dengan suara telepon berdering dan langkah-langkah petugas yang sibuk berlalu lalang. Perasaan gugup menyelimutinya, tetapi Lea tetap melangkah.Seorang petugas berseragam rapi berjalan mendekat dan menatapnya dengan ramah. “Selamat pagi, Nona. Ada yang bisa kami bantu?” tanyanya.Lea menelan ludah dengan sedikit payah sebelum akhirnya tersenyum tipis. “Selamat pagi, Sir. Saya datang untuk memberikan keterangan terkait laporan perampokan dua hari lalu,” sahutnya sopan.Petugas itu mengangguk kecil. “Anda Nona Lea Rose?” tanyanya memastikan.“Ya,” Lea menjawab pelan.“

    Last Updated : 2025-02-25
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   107. Rumah Tepi Danau

    Setelah menunggu cukup lama, mobil Kayden akhirnya tiba di halaman kantor polisi. Begitu kendaraan itu berhenti, Lea segera membuka pintu dan masuk, lalu duduk di samping pria itu dengan ekspresi kesal yang ia tahan.“Aku tidak mengerti kenapa kamu bersikeras menjemputku. Padahal kamu tahu sendiri aku membawa mobil,” gumamnya sambil merapikan mantelnya.Kayden tidak langsung menanggapi. Ia hanya mengulurkan tangan kanannya ke arah Lea dengan ekspresi datar.“Berikan kunci mobilmu,” katanya singkat.Lea mendesah pelan. Dengan enggan, ia merogoh tas dan menyerahkan kunci mobilnya pada pria itu.Kayden menerima kunci itu tanpa basa-basi, lalu membuka kaca jendela dan menyerahkannya kepada Jonas yang sudah berdiri menunggu di luar.“Aku tahu kamu mengkhawatirkanku. Tapi sikapmu ini jelas merepotkan orang lain,” gerutu Lea pelan, kemudian melirik Jonas dengan rasa tidak enak.Kayden segera melajukan mobil keluar dari halaman kantor polisi. “Dia memang digaji untuk itu. Jika tidak ingin ker

    Last Updated : 2025-02-26
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   108. Dua Kutub yang Berlawanan

    Siang itu, Lea mulai menikmati waktunya di rumah tepi danau milik mendiang ibu Kayden. Meski sempat merasa cemas, udara segar, kicauan burung yang sesekali terdengar, serta ketenangan di sekelilingnya perlahan membuatnya lebih rileks.Yang lebih mengejutkan, Kayden menemaninya berkeliling. Pria itu menunjukkan setiap sudut rumah yang minimalis namun terasa nyaman—kamar-kamar dengan perabotan simpel dan sebuah ruang baca kecil di sudut lantai dua. Lea mendengarkan dengan seksama meskipun pikirannya masih dipenuhi tanda tanya.“Setelah ibuku meninggal, ini adalah tempat pelarianku,” ujar Kayden sambil tersenyum, matanya berbinar penuh ketulusan. “Tidak ada yang tahu tempat ini, termasuk ayahku.”Lea terdiam, menyimak setiap kata yang diucapkan pria itu. Siang ini, Kayden lebih banyak bicara. Meski sesekali ucapannya terdengar menyebalkan di telinga Lea, namun kali ini berbeda—pria itu lebih terbuka dari biasanya.“Dan kamu membawaku ke tempat persembunyianmu,” gumam Lea pelan.Kayden me

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   196. Senyum Licik Namun Menawan

    Lea sedang menikmati minuman soda rasa jeruk ketika ponselnya bergetar. Ia melihat nama di layar. Mama.Dengan gerakan tenang, ia meletakkan kaleng soda di atas meja dan menyambungkan panggilan.“Halo, Ma?” sapanya.Suara ibunya terdengar tenang di seberang, menyatu dengan dengung samar mesin mobil. Julianne sedang dalam perjalanan kembali ke hotel.“Sebastian Langley sudah mulai goyah,” katanya tanpa basa-basi. “Dia berpura-pura ragu, tapi nada suaranya, pilihan katanya, semua menunjukkan hal yang sama. Dia tertarik. Kalau semuanya sesuai rencana, Astrid hanya tinggal menunggu waktu sebelum ia tak punya tempat lagi untuk berdiri.”Lea menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya fokus ke luar jendela.“Bagus,” gumamnya. “Aku sudah cukup lama menunggu momen ini.”Julianne terdengar menarik napas di seberang sebelum melanjutkan dengan nada lebih hangat. “Anggap saja ini bagian kecil dari penebusan atas kesalahan masa laluku, Lea. Karena dulu aku meninggalkanmu di rumah itu. Hidup bersama

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   195. Sebuah Tawaran

    Setelah keluar dari ruang interogasi, Sebastian menerima pesan singkat.[Kita perlu bicara. Ini tentang Astrid. Hotel Aurelle, suite 907. – J.R.]Sebastian menatap layar ponselnya lama. Rahangnya mengeras.Inisial itu saja sudah cukup menjelaskan segalanya.“Akhirnya aku berurusan dengan orang sepertinya,” gumamnya pelan.Ia menyelipkan ponsel kembali ke saku jas, lalu melangkah pergi. Ia tahu, pertemuan itu akan mempersulit kasus yang seharusnya bisa selesai dengan mudah.Beberapa jam kemudian, Sebastian Langley datang tepat waktu.Julianne sudah duduk di sana, segelas bourbon setengah penuh di tangannya. Ia tak bangkit. Hanya menatap Sebastian dengan tatapan yang membuat siapa pun merasa sedang duduk di depan hakim, bukan seorang pengacara.Sebastian berdiri di tengah ruangan. Ia tampak tegang, tapi tak benar-benar menunjukkannya.“Aku tahu kamu akan datang,” kata Julianne tanpa basa-basi.Sebastian duduk, lalu membuka jasnya sedikit. “Dan aku tahu kamu takkan tinggal diam. Jadi, ki

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   194. Ditangkap

    Pagi itu, Astrid baru saja keluar dari rumahnya dengan langkah tenang dan senyum percaya diri. Angin musim semi menerpa rambutnya yang terurai sempurna. Namun senyumnya langsung memudar saat melihat dua mobil polisi berhenti di halaman depan.Detik berikutnya, dua petugas keluar, langkah mereka cepat dan tegas.“Astrid Galen?” tanya salah satu petugas dengan suara dingin dan berwibawa.Astrid mengerutkan kening. Ia berhenti, menatap mereka dengan sorot tak suka. “Ya?” jawabnya, alisnya terangkat dan nada suaranya penuh keangkuhan.“Kami memiliki surat perintah penangkapan untuk Anda.” Petugas itu menunjukkan dokumen dengan segel resmi.Astrid membaca cepat. Matanya membelalak ketika membaca tuduhan yang tertera—penyalahgunaan kekuasaan, pemalsuan dokumen, dan pembunuhan berencana.“Apa ini lelucon? Siapa yang menyuruh kalian?!” suara Astrid meninggi, nadanya berubah tajam. “Kalian sadar siapa aku?! Aku bisa membuat kalian kehilangan pekerjaan hanya dengan satu panggilan!”Petugas teta

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   193. Kecemburuan Kayden pada Silas dan Rhael

    Setelah makan malam selesai...Di luar ruang makan privat, Kayden menyentuh ringan lengan Lea untuk menahannya tetap di tempat. Yang lain sudah lebih dulu keluar.“Aku perlu tahu sesuatu,” ucapnya pelan.Lea menoleh. “Ada apa?”“Silas.” Kayden menatap Lea tajam. “Sejak kapan kalian sedekat itu?”Lea mengernyit, sedikit bingung. “Aku tinggal di kediaman Ravenwood selama setahun. Dia orang yang sopan.”“Dia terlalu tahu banyak tentangmu,” tukas Kayden. “Dan cara dia memandangmu barusan, itu bukan sekadar sopan.”Lea menghela napas. “Kami tinggal serumah cukup lama. Wajar kalau dia tahu beberapa hal.”“Dan Rhael?” tanya Kayden tanpa memberi jeda. “Sejak kapan dia juga jadi bagian dari lingkaran dekatmu?”Nada bicara Kayden terdengar tenang, tapi ada tekanan yang jelas terasa di wajahnya.Lea menatapnya tajam. “Mereka bukan ancaman. Tidak ada yang berubah, Kayden.”Kayden tidak menjawab langsung. Ia hanya menatap wajah Lea, seolah mencari tanda-tanda bahwa wanita itu berbohong. Tangannya

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   192. Undangan Makan Malam

    Ruang Makan Privat – Sebuah Restoran Mewah di Midtown ManhattanPintu kaca geser terbuka perlahan. Lea melangkah masuk lebih dulu, diikuti oleh Kayden yang berjalan di belakangnya dengan langkah tenang. Ruangan itu bernuansa hangat dengan meja makan bundar yang ditata rapi dengan linen putih.Julianne menyambut mereka dengan senyum hangat, sementara Rhael hanya melirik sekilas tanpa menunjukkan ekspresi berarti.“Ma,” sapa Lea sembari menghampiri dan memeluk Julianne dengan lembut.Julianne membalas pelukan itu. “Kamu tampak lebih segar dari terakhir kali kita bertemu.”Lea tersenyum singkat, lalu menoleh ke arah Rhael. “Kamu juga datang.”“Aku tidak datang untukmu,” sahut Rhael pelan, lalu bersandar santai ke kursi. “Aku hanya penasaran ingin melihat siapa pria yang membuatmu tak bisa berpaling ke lain hati.”Lea menahan napas sejenak sebelum menoleh ke arah Kayden. “Ma, Rhael … ini Kayden.”Kayden mengangguk sopan dan melangkah maju. “Senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara lan

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   191. Kedatangan Julianne dan Rhaelil di Apartemen

    Sepeninggal Kayden, Lea melangkah pelan lalu duduk santai di sofa tunggal yang menghadap ke luar jendela. Pemandangan kota New York masih sama—hiruk-pikuk dan gemerlap—namun ada sesuatu dalam dirinya yang berubah. Perlahan, jiwanya tak lagi serapuh dulu.Ponselnya yang tergeletak di meja kecil tiba-tiba bergetar. Lea menoleh, sekilas melihat layar, lalu segera meraihnya saat membaca nama yang tertera.“Mama …?” sapanya begitu panggilan tersambung.Di seberang, suara Julianne terdengar tergesa, bercampur keramaian. “Mama sekarang di bandara. Bisa kita bertemu?”Lea mengernyit samar. “Mama di New York?”“Ya. Bersama Rhaelil. Dia bersikeras ingin ikut karena katanya rindu padamu.”Lea tertawa kecil, merasa geli. “Apa? Jadi anak itu merindukanku?”Samar-samar, suara Rhael terdengar dari belakang. “Tidak! Aku ikut bukan karena merindukanmu! Aku ke mari untuk bersenang-senang!”Lea terkikik. “Baiklah … kalian bisa datang ke apartemenku. Nanti aku kirim alamatnya.”“Baik, Sayang. Sampai jumpa

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   190. Aku Tidak Akan Kehilanganmu Lagi

    Keesokan paginya, Lea menjadi orang pertama yang bangun. Ia tidak langsung mandi. Sebaliknya, ia memutuskan untuk menyiapkan sarapan lebih dulu karena tahu hari ini Kayden akan ke kantor.“Oke, semuanya beres!” serunya pelan dengan senyum lebar, merasa puas dengan sarapan sederhana dan secangkir kopi yang sudah tertata rapi di atas meja makan.Setelah memeriksa semuanya sekali lagi, Lea melangkah kembali ke kamar. Ia menaiki ranjang dengan pelan, lalu menunduk dan menciumi pipi Kayden yang masih tertidur lelap.“Selamat pagi, Tuan Muda Easton,” bisiknya lembut di sela ciumannya.Kayden menggeliat kecil, lalu membuka mata perlahan. Tatapannya langsung bertemu dengan wajah Lea yang tersenyum di atasnya.“Ini mimpi lain, hm?” gumamnya serak karena baru bangun. Tangannya terulur mengusap pipi Lea. “Karena kalau iya, aku tidak ingin bangun.”Lea terkikik pelan. “Bukan mimpi, Sayang. Sarapan sudah siap. Kamu harus bangun sebelum kopimu dingin.”Kayden menarik tubuh Lea agar jatuh ke pelukan

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   189. Melepas Rindu

    Kayden menggeleng pelan, lalu menaruh dagunya di bahu Lea. “Untuk sekarang, aku hanya ingin menikmati waktu kita. Aku sangat merindukanmu, Little Rose,” bisiknya parau.Lea tersenyum tipis. Salah satu tangannya terulur, mengusap pucuk kepala Kayden dengan lembut. “Baiklah. Kita nikmati saja waktu berdua.”Bagi Kayden, pelukan ini masih terasa seperti mimpi. Meskipun hangat kulit Lea begitu nyata di pelukannya, Kayden tak bisa mengusir keraguan dalam hatinya. Ada suara kecil yang terus bertanya—jangan-jangan semua ini hanya mimpi yang terlalu indah untuk jadi kenyataan?Setelah beberapa saat berendam, Lea tiba-tiba menarik diri dari pelukan Kayden. Tanpa berkata apa pun, ia keluar dari bath tub. Buih sabun masih menempel di beberapa bagian tubuhnya yang putih dan mulus.Dengan langkah anggun, Lea berjalan menuju shower dan menyalakan air hangat. Saat buliran air membasahi tubuhnya, ia menoleh.Senyum manis menghiasi bibirnya. “Kemarilah, Kayden,” panggilnya lembut.Kayden tidak segera

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   188. Bertemu Kembali

    Pagi itu, seisi dunia maya mendidih. Jagat media sosial dipenuhi spekulasi dan teori konspirasi, sementara portal-portal berita online berlomba memuat headline sensasional.‘Gempar! Roseanna Diduga Lea Rose Thompson, Putri Haram Liam Thompson yang Dikabarkan Meninggal Setahun Lalu’‘Sosialita Misterius Ternyata Putri Konglomerat? Lea Rose Thompson Muncul Kembali di Hadapan Publik!’‘Netizen Dibuat Bingung: Kematian Lea Rose Thompson Kini Dipertanyakan!’Cuplikan video saat Roseanna berdiri di atas panggung pada acara amal malam itu tersebar di berbagai platform. Sorot mata yang sama, postur tubuh, hingga suara lembut yang terdengar saat ia menyampaikan pidato—semuanya dibedah publik. Tak sedikit yang membandingkan wajahnya dengan foto-foto lama Lea semasa hidup, dan sebagian besar sepakat bahwa ini bukan kebetulan.“Ini benar-benar dia,” seseorang menulis di kolom komentar. “Putri Liam Thompson tidak mati. Dia kembali. Dengan nama baru.”Mereka yang tahu sejarah keluarga Thompson meng

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status