Gimana nih??
Biipp biippAustin membuka kamar Hotel dan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kemudian melihat ke arah jam tangannya.“Oh my !! Sudah jam sepuluh !”Dengan cepat pria itu bergegas mengambil ponselnya. Di tekannya nomor satu dan langsung terhubung dengan istrinya. ‘My Heart’Tuuttt“Malam Hubby ? Jangan bilang kamu baru selesai kerja..” cecar Bella begitu menerima panggilan teleponnya.“…”“Ahhh… aku sangat ingin berada dalam pelukanmu saat ini love… I need you !” gumam lirih Austin dalam hati.“Hubby?” Bella kembali memanggil suaminya.“Hmm.. I miss you love!” sahut Austin tiba-tiba.“Yes.. I miss you too ! Istirahatlah sayang, suaramu terdengar begitu lelah..” balas Bella penuh kasih sayang. Wanita cantik itu mendengar suara berat Austin yang kelelahan.“Arion sudah tidur ?” tanya Austin merindukan putra kesayangannya itu.“Iya sayang, sudah dari satu jam yang lalu.” Jawab Bella sambil berbaring di atas kasur.“Titip ciumku untuk Arion ya sayang, bilang kalau Daddy sangat.
Pagi menjelang, Austin langsung bangun dan membasuh wajahnya. Kemudian ke salah satu paper bag yang tadi diantarkan oleh Max.Baju kaos polo santai berkerah namun tetap terlihat elegant, serta celana jeans berwarna navy, senada dengan atasannya. Begitu selesai. Pria itu keluar dari kamar.Max juga terlihat sudah rapi, bersiap untuk mengerjakan apapun titah Austin ke depannya.“Aku akan menyetir sendiri hari ini, aku pakai mobil yang ada saja.”“Apa anda yakin Tuan ?”Austin mengangguk. “Kamu siapkan segala hal yang tadi malam aku katakan padamu. Aku mau semua surat – surat yang di butuhkan siap siang ini,”Max mengangguk paham. “Baik Tuan, semuanya akan saya siapkan siang ini juga. Ini kunci mobilnya.”Austin mengambil kunci mobil dan kedua pria itu berjalan menuju Lobby Hotel.“Tuan bisa pergi lebih dahulu, Chelsea pasti akan sangat senang melihat Anda.” Ucap Max sambil tersenyum.“Thank you Max !” sahut Austin.Max memandangi punggung Bos nya itu, “Aku percaya semua akan baik-baik sa
“Iya sayang, aku usahakan pulang malam ini, hmm? Maaf tidak menemani kamu dan Arion.” Ucap Austin dengan raut wajah bersalah.“Iya hubby, kamu fokus saja selesaikan urusan kamu di sana. Dan ingat jangan dipaksakan, ok ?”“Thank you love, Arion di mana ?”“ Arion lagi main di taman sayang, lagi tunggu Della dan Ethan.” Ucap Bella sambil melihat putranya yang tengah berlari - lari di atas rumput.“Hmm, iya sayang. Hati – hati di jalan. Setelah dari sini aku janji akan menghabiskan waktuku untuk kalian berdua. I love you so much.” Austin memalingkan wajahnya ke arah pintu agar sisi terpuruknya tidak di lihat oleh orang lain.Austin tidak dapat menahan air matanya yang keluar sudah membohongi istrinya.“I love you too, love. See you..” balas Bella dan memutuskan panggilan telponnya.Monica yang sedari tadi hanya diam dan mengamati hanya bisa menghela nafas. Suasana terasa begitu canggung, “Kenapa kamu begitu nekat mengangkat telpon istri kamu ketika aku ada di sini ?” tanyanya yang tidak i
Tiga puluh menit berkendara dalam diam, larut dalam pikiran mereka masing – masing. Akhirnya Austin dan Monica tiba di sebuah kantor pemerintahan. Terlihat Max menghampiri kendaraan mereka.Austin membuka pintu dan langsung di sambut Max, “Silahkan Tuan,”“Ayo turun Monica.”“Tapi untuk apa kita ke sini ? Jangan bila – ““Aku ingin bertanggung jawab, jadi aku mohon kamu tidak menolaknya.” Ucap Austin menatap dalam ke manik mata Monica.Deg !“Apa yang dia maksud ? Tidak mungkin kan ??” gumamnya dalam hati.Belum sempat dirinya bertanya lagi, Austin sudah turun dari mobil. Mau tidak mau, dia pun membuka pintu dan keluar dari mobil.“Apa semua sudah selesai ?” tanya Austin kepada Max.“Sudah Tuan, tinggal dua dokumen saja dan semuanya beres.”Austin mengangguk paham, sedangkan Monica yang mendengar dari belakang manjadi semakin risau.Begitu beberapa langkah masuk ke dalam kantor tersebut. Mereka masuk ke dalam sebuah ruangan.Di dalam ruangan tersebut terlihat beberapa petugas pemerinta
Dia tidak mau merusak mood Chelsea kalau tahu dia akan kembali hari ini. “Ayo sayang.”Seru Austin yang langsung membawa putrinya itu masuk ke wahana bermain.Monica yang hanya mengamati dari belakang merasa ada yang janggal. “Kenapa tidak ada pengunjung lain, kecuali staff dan para petugas ?” gumamnya.Sudah wahana ke empat mereka kunjungi, tetap semuanya langsung dapat Chelsea nikmati tanpa antrian panjang.Penasaran, dia pun tidak tahan untuk bertanya kepada salah satu staf, “Permisi, kenapa sangat sepi saat ini ?”“Ah iya Ibu ? Saya juga kurang tahu Bu perihal itu. Kami hanya mendapatkan tugas untuk melayani Tamu khusus dan membuat Nona Muda Chelsea untuk menikmati wahana yang ada di sini.” Jelas karyawan tersebut.“Terima kasih,” ucap Monica yang langsung mendapatkan jawabannya. Meskipun kata petugas tadi dia tidak tahu apa-apa. Tapi karena mereka menyebut nama Chelsea. Sudah jelas ini adalah perbuatan Daddynya Chelsea.Monica menghampiri Austin yang sedang menunggu Chelsea bermai
“Dadd!! Huaaa… Daddy !!” Chelsea langsung turun dari tempat tidurnya dan melompat ke dalam pelukan Austin. Gadis kecil itu begitu bahagia begitu melihat pintu terbuka dan yang masuk adalah Austin. Monica terkejut melihat Austin yang kembali. "Ke.. Kenapa bisa ? Kenapa kamu kembali ??" Monica berdiri dan menatap Austin tidak percaya. Austin langsung menaikkan tangannya, menyentuh bibirnya dengan jari telunjuknya, "Sstt..” dia meminta Monica untuk tidak berdebat saat ini. Pria itu langsung berjongkok dan memeluk Chelsea, mengusap lembut punggung putrinya itu, "Sssttt... ssst.. Daddy ada di sini. Jangan nangis lagi ya ?" ucapnya lembut. "Hikss.. hikks.. Benar Daddy di sini ? Daddy gak pulang ? Daddy sama Chelsea ?" gadis kecil itu mendongak, menatap sendu wajah Austin. Matanya yang sembap dan hidung mancung yang terus berair dan suaranya yang sudah satu-satu itu membuat hati Austin teriris. Austin dapat merasakan seberapa kesepiannya Chelsea selama ini tanpa sosok Ayah di sisinya. "
Deg ! "Sorry.. " gumam Monica. Austin menghela nafasnya, mengusapnya perlahan. "Saat ini biar aku memberikan senyuman kepada putriku, dan aku mohon bantuanmu Monica." "Aku ingin menebus kesalahanku," sambungnya. "Baiklah.. Maaf untuk yang tadi." balas Monica. "Hmm." Austin mengangguk kepalanya. "..." Suasana kembali hening seketika, Monica yang larut dalam pikirannya. Dia merasa tidak enak hati karena harus mempertanyakan hal sensitif tadi kepada Austin. Sedangkan Austin kembali diliputi perasaan bersalah. Bayangan Bella terus terbayang di kepalanya. "Hmm, sebaiknya kamu juga beristirahatlah. Dan terima kasih banyak untuk hari ini." ucap Monica melirik jam di dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam. Austin pun berdiri. "Sama-sama. Kalau begitu besok aku akan menjemput Chelsea bersekolah," ujarnya yang di angguki Monica. Tepat begitu Austin masuk ke dalam mobil terdengar suara ponsel berbunyi, dengan nada panggilan khusus. Pria itu langsung duduk dan menutup pintu, kemudian
Austin menoleh ke kursi belakang dan tersenyum, "Ah itu tas milik Chelsea sayang," jawab Austin apa adanya."Ohh.. Si gadis kecil itu sayang? Ok sayang, kamu bertemu dengannya hari ini? Jangan lupa mengantarkan untuknya besok,” ucap Bella tertawa kecil.Austin tersenyum tipis, "Iya saying."Bella terus menemani Austin selama perjalanan pulangnya hingga ke Hotel. Sampai Austin terlelap lebih dahulu."Dia pasti sangat kelelahan hari ini, goodnight love," ucap Bella pelan dan mengusap layar ponselnya seolah mengusap pipi suaminya."I love you," Bella pun menutup matanya. Hatinya terasa jauh lebih tenang setelah mengobrol bersama sang suami.Pagi menjelang, di mana Austin yang segera bergegas membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya. Pagi ini dia kembali menjemput Chelsea untuk bersekolah."Daddy !!!" teriak Chelsea dengan senyuman indah di wajah mungilnya."Morning sayang," balas Austin dan tersenyum."Oh iya, kamu lihat tasnya Chelsea?" sela Monica."Hmm, ada di mobil.""Ok," kemud
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la