Setelah mengakhiri telponnya dengan Austin. Max segera menghubungi Brice Alroy.Tuutt.. tuutt.. tuutt“Yah.. Kak.. ?!” sahut Brice dengan suara terengah-engah.“Hei brengsek, berhenti sejenak. Aku ingin berbicara serius denganmu.” Seru Max kepada Brice yang mengetahui apa yang saat ini tengah di lakukan pria itu.“Hahh!! Salahmu sendiri Kak menghubungiku di waktu yang tidak tepat… A... Ahh Ahh !! Arg!!” Brice mengerang mendapatkan pelepasannya.“Sialan kau!!” maki Max memijit keningnya. Harus mendengar suara laknat dari bocah play boy ini.“Hahh.. Hahh !! Pergilah ! Dan ya Kak Max.. Ada keperluan apa menghubungiku ?!” Brice menyuruh wanita yang sudah memuaskan nafsu paginya itu untuk menyingkir dan kembali fokus kepada Max.Brice adalah adik sepupu Austin Harold dan kedua orang tuanya telah meninggal. Jadi semenjak berusia tujuh belas tahun Brice tinggal bersama Edelmiro, Agatha dan Austin. Pria itu sangat menghormati sosok Austin dan menjadikan pria itu sebagai panutan.Dan di usia 2
Max menghela nafasnya melihat pria tampan yang kini berdiri di depannya. Dirinya tidak menyangka jika Brice mengalami perubahan yang begitu besar, baik dengan bentuk tubuh yang semakin atletis. Auranya pun keluar semakin terpancar.“Huft... Tidak heran kalau kamu langsung di sibukkan dengan para wanita,” gumam Max memijit keningnya.“Apa kabar Kak Max!!” seru Brice senang dan langsung merangkul Max begitu pria kekar itu berdiri.“Hahahha… ! Baik, bagaimana denganmu?” sambut Max membalas rangkulan adik kecilnya itu sambil menepuk-nepuk punggung Brice.Brice kemudian melepaskan rangkulannya dan memamerkan ototnya, “Lihat kak ! Aku juga sudah mempunyai otot besar sepertimu!!”Max seketika menepuk keningnya, “Hahh! Mendengar jawabanmu artinya kau baik-baik saja, ayo kita ke atas menemui Ken dan Fin.”“Hehhehe…” lagi-lagi Brice memberikan senyuman pepsodentnya.Ting!Akhirnya mereka tiba di lantai, di mana terletak ruangan khusus untuk Finley dan Kenan.“Wow!! Aku baru tahu kalau ada ruanga
Setelah melakukan aktifitas terlarangnya bersama asistentnya itu. Jennifer hendak keluar dari ruangan dengan pakaian yang sudah rapi. Sedangkan asistentnya masih merapikan kemeja super ketatnya.“Kamu sudah mau pergi Jen?”“Hmm, ada hal yang ingin aku lakukan,” sahut Jennifer dan menutup pintu ruangannya, meninggalkan Meyden yang ada di dalam.Jennifer berjalan dengan langkah yang pasti. Selama memiliki wajah dan tubuh yang baru kini dirinya tidak khawatir dengan skandal yang pernah dia alami dua tahun lalu. Di mana hampir semua orang mengenal wajahnya dulu. Meskipun akan berlalu begitu saja, tapi di mana mulut dan pikiran seseorang tidak dapat di cegah.“Hhahh ! Kadang aku merasa bersyukur bisa bertemu dengannya. Namun melihat posisiku yang saat ini hanya seperti bonekanya, apa aku harus tetap merasa lega ?” gumam Jennifer dalam hati. Dirinya benar-benar larut dengan pikirannya. Seperti yang tadi dia lakukan bersama Meyden merupakan hal yang tidak bisa dia hindari. Semenjak mendekam d
“Sayang, ayo kita makan siang dulu,” ujar Austin kepada sang istri yang baru saja mandi, karena tadi Bella menyempatkan diri untuk berkebun dan sedikit menata bunga-bunga di rumah kaca.Austin membiarkan sang istri melakukan kesenangannya. Padahal sedari tadi ingin sekali dia memakan istrinya begitu tiba di rumah kaca.“Iya sayangku..” Bella menghampiri Austin yang hanya mengenakan celana chinos pendek dan baju kaos kerah V. Sedangkan dirinya memakai terusan berwarna orens yang begitu cerah.Mereka berdua akan menikmati siang mereka di sebuah gazebo yang sudah Austin dirikan di tepi pantai. Namun Bella belum mengetahui surprise kedua yang di berikan oleh sang suami.“Mau kemana sayang ? Bukannya mau makan?” Bella melihat Austin melewati ruang makan.“Iya mau makan sayang, ayo..” Austin menautkan jemarinya di jemari sang istri dengan begitu posesif. Tidak sabar memberikan kejutan kedua untuk sang istri.Begitu berada di luar, Austin memanggil Ron, “Ingat jangan pernah ada yang mendekat,
Austin mengeluarkan kartu namanya kepada pelayan, “Berikan ini kepada manajermu.”“Baik Tuan.”Austin segera berdiri dan menghampiri ketiga pria Itali yang masih menggosipi dirinya, darahnya benar-benar mendidih. “Siapa mereka bisa menghinaku di negara asalku!! Dan apa ? Kalian berdoa agar istriku menjauhiku ??!” gumamnya dalam hati. Kata yang benar-benar tabu untuk seorang Austin.Bughhh!!! Bughh!! Bughh!!“Cazzo–Berengsek!! Che cosa stau facendo – Apa yang kalian katakan berengsek!!?!” maki Austin dalam bahasa Itali.“Aocch!! Ughh!! Akhh !!” pekik ketiga pria muda itu merasakan perih di wajah mereka. Dan betapa terkejutnya mereka mendapat makian dengan bahasa itali dari pria yang mereka gosipi.“Ckk !! berani-beraninya kamu memukulku!!” teriak salah satu dari mereka yang memiliki orang tua dengan latar belakang yang cukup di segani di wilayah sini.Bugh!“Kenapa tidak?!” Austin kembali melayangkan satu pukulan ke wajah pria yang meneriakinya.“Ck! Dia sok jagoan karena di lihat oleh
Begitu mobil berhenti, Austin dengan cepat membuka seatbelt yang ia kenakan,”Tunggu di sini sayang,” kemudian pria tampan bermata biru itu bergegas keluar dari mobil dan mengitari mobil lalu membuka pintu untuk istrinya.Ceklek“Ayo sayang,” Austin membuka seatbelt yang Bella kenakan. Kemudian kedua tangannya dengan enteng mengangkat sang istri masuk ke dalam pelukannya.“Hubby, hahahha… Aku bisa sendiri.” Protes Bella tertawa bahagia. Dirinya kini sudah melingkarkan kedua tangannya di belakang leher Austin dan memeluk suaminya itu dengan manja. Meskipun mulutnya berkata seolah melarang, tapi dirinya sungguh senang di perlakukan begitu manja oleh sang suami.“Aku sudah tidak sabar untuk menyantap hidangan terlezat ini,” bisik Austin tepat di telinga Bella sambil mengambil langkah besar untuk segera masuk ke dalam kamar mereka.Tidak menunggu lama, Austin langsung membuka pintu kamar mereka dan menutupnya. Sehingga pintu tersebut terkunci otomatis.“Euhm... Uhmp…” Austin seketika melum
“Ada apa hubby? Siapa yang angkuh ?” tanya Bella yang mendengar ocehan suaminya.“Huftt !! Para bocah yang di restaurant itu , ternyata mereka ngintil di belakang sampai tahu lokasi Villa ini,”“Astaga, jadi bagaimana sayang ??” seru Bella yang langsung bangun untuk duduk dengan panik. Sehingga tubuh bagian atas nya lagi-lagi terpampang. Memperlihatkan dua gundukan besar yang begitu nikmat untuk di hisap.“Oh my sayang !” seru Austin yang langsung dengan sigap menutup tubuh istrinya dengan selimut. Bisa-bisa dia langsung memakan istrinya dan membiarkan para hama itu menunggu di luar untuk satu jam ke depannya.“Hehheeh.. Maaf panik hubby,” kekeh Bella menahan selimut di depan dadanya.“Mereka mau menuntut, hahahha.” Tawa Austin mengatakan hal tersebut.Bella seketika menepuk kening, “Astaga… ! Aku turut prihatin kepada mereka bertiga karena sudah berurusan dengan sumiku.”“Eh ?? Kenapa seperti itu love? Harusnya kamu prihatin sama suamimu ini, kan yang di tuntut ini suamimu, kenapa ma
Bella yang sedari tadi hanya diam, sedikit berjinjit dan menarik tangan suaminya yang sedari tadi tidak melepaskan tautan tangannya. “Hubby, kamu tidak mempersilahkan mereka duduk ?”Ke empat pria itu seketika menoleh ke pasangan tersebut dan dapat mendengar perbincangan mereka.“Hmm,” gumam Austin.“Sayang ??” manja Bella.“Hmm, baiklah !”“Kalian silahkan duduk !” seru Austin mempersilahkan tamunya untuk duduk.“Ck ! Tidak perlu !” balas Dante dengan angkuh.“Terserah kalian saja,” balas Austin cuek dan menarik tangan istrinya untuk duduk di sofa dengan nyaman.Sepuluh menit kemudian terdengar suara ribut-ribut dari luar. “Ah itu pasti Papa!” seru Dante senang penuh kemenangan.Meskipun pria tua ini kaya raya. Tapi Dante percaya kalau orang tuanya yang paling kaya di wilayah ini.Tap tap tapSuara kaki tergesa-gesa masuk, “Brak !”“Siapa yang sudah memukul putraku??!!” teriak pria paruh baya dengan suara menggelegar.“Papa !!!!” teriak Dante.“Tuan Conztanzo..” Ronaldo membungkukkan