Sore ini Austin dan Bella benar-benar bercinta dengan sangat panas di dalam ruang karaoke mereka.Austin dengan sengaja membawa istrinya ke ruang karaoke pribadi mereka dan menyalakan music instrument romantic.Karena masih ada orang yaitu Bi Anna, baby sitter Arion.Austin memilih ruang kedap suara. Karena dia benar-benar berniat membuat sang istri terus mendesah dengan keras sore ini.Padahal hal itu selalu Bella lakukan selama bercinta dengan sang suami. Tidak pernah sekalipun Bella tidak mendesah keras saat di berikan hujaman cinta dan nikmat saat bercinta dengan pria tampan dan menggetarkan hati saat memandangnya.“Ughh sayang… Ahh…”Suara desahan dan desisan antara kedua insan yang tiap hari di mabuk oleh cinta ini tidak pernah bosan mendengarkan erangan mereka.“Ah... ah ah !! Ah !! Terus sayang !! Ah love !!! A.. Aku.. !!” jerit Bella dan terus meracau, mendesah dengan mulut menganga ketika milik Austin menghujamnya dengan kuat, sedangkan mulut Austin terus mengulum ke dua punc
Pagi pun menjelang, tepat jam lima pagi Bella bangun terlebih dahulu. Setelah semalam suaminya membujuknya untuk Honeymoon berdua tanpa Arion, dia pun segera mengatur segala keperluan putranya agar tidak ada yang terlewatkan. Dengan beralasan bahwa Mom Agatha dan Dad Edelmiro sudah sangat merindukan cucu mereka. Dan meminta Arion untuk menginap bersama mereka.Mulai dari ASI, diapers, lotion, pakaian ganti untuk di perjalanan. Karena sebenarnya segala keperluan Arion semuanya sudah tersedia di Kediaman Edelmiro. Bukan hanya keperluan standart. Tapi lengkap dengan baby room khusus untuk Arion. Hingga freezer khusus untuk penyimpanan ASI.Setelah selesai merapikan keperluan Arion. Kini dia mulai mengambil satu koper kecil untuk pakaiannya dan Austin selama berlibur di Villa.“Hmm, sepertinya ini lucu.” Gumam Bella sambil tertawa kecil melihat lingerie yang ada di tangannya.Kemudian Bella memilih beberapa lingerie untuk dia bawa nantinya ke Villa. Saking seriusnya memilih-milih lingerie
***Setelah selesai berpakaian. Austin yang menggendong Arion, dengan tangan lainnya mengangkat koper kecil. Kedua tangan Bella juga penuh dengan tas nya serta Diapers Bags milik Arion.Di bawah sudah terlihat Bi Anna yang sudah menunggu dengan tasnya pakaiannya juga. Karena sudah pasti Bi Anna akan ikut menginap di Kediaman Edelmiro.“Bi Anna, tolong tambah ASI beku Arion 40 kantong lagi ya. Masukin di cooling box saja,” pinta Bella kepada baby sitter Arion. Dia tidak ingin selama dia tidak bersama Arion. Putranya itu kekurangan Asi. Jadi setiap dia memiliki waktu, ASInya akan dia perah dan menyimpannya di Freezer untuk stock.“Baik Nyonya,” jawab Bi Anna, lalu masuk ke dapur bersih. Dimana tempat freezer besar khusus untuk ASI berada. Bi Anna dengan telaten mengatur ASI beku terbut ke dalam cooling box.Setelah selesai, salah satu pelayan pria, mengangkat Cooling Box tersebut masuk ke bagasi mobil, begitu juga dengan koper Bella.“Semuanya sudah siap Tuan, Nyonya.”“Terima kasih Pak
“Arion…!!!”Begitu Austin, Bella dan Arion tiba di kediaman Edelmiro. Agatha dan Edelmiro ternyata sedang menunggu mereka di taman rumah bagian depan.Arion yang baru turun langsung tertawa senang melihat Edelmiro dan Agatha. “Gwandpa !! Gwandma !!”Agatha langsung menghampiri cucunya itu, “Ahhh… Arion. Grandma rindu !! Sudah dua minggu tidak ketemu kamu !!”Bella tersenyum melihat kedekatan Grandma, Grandpa dan Arion yang kini benar-benar tidak menganggap keberadaan Austin dan dirinya.“Mom.. Dad.. Apa kabar ? Bagaimana liburannya kali ini ?” Bella menyapa kedua orang tuanya.“Haii sayang, hmm.. seperti biasa !! Menyenangkan. Tapi selalu ada yang kurang ! Mommy selalu rindu dengan Cucu Grandma !!” sahut Agatha membalas ciuman pipi kiri dan kanan anak perempuan mereka.“Tentu saja baik, tuh lihat Mommy kamu. Sangat susah berjauhan dengan Arion !” Edelmiro juga menyambut ciuman pipi kiri dan kanan anak perempuannya itu.Agatha seketika menoleh kepada suaminya dan membelalakkan mata, “A
Austin dan Bella kini sudah berada di perjalan menuju Villa mereka. “Ahh.. senangnya mereka semua datang temanin Arion !!” seru Bella sumringah.“Iya sayang, jadi kamu sekarang harus fokus ke suamimu !” sahut Austin yang mendapatkan cubitan kecil dari istrinya. Sebenarnya planing awal mereka akan berlibur bertiga, tetapi sesuai perkataan Agatha jika Edelmiro ingin bermain bersama cucunya, dan hal itu juga di manfaatkan oleh Austin untuk memberikan kejutan untuk istrinya itu.“Aoww..”Bella tersenyum, “Siap suamiku sayang.”“Dua hari ini mari kita bekerja keras membuat adik untuk Arion,” Austin mengucapkannya dengan semangat membara.“Semangattt !!” sahut Bella membuat mereka berdua tertawa lepas bersama.Rinng ring ring…Ponsel Austin berbunyi, di layar lcd mobil terlihat nama Max.“Aku angkat dulu ya sayang.”Bella mengangguk mengiyakan. Austin menekan tombol terima dan menyalakan speaker. Sehingga seperti biasa, Bella sellau mendegar apapun yang suaminya sedang bicarakan. Hal yang se
Setelah mengakhiri telponnya dengan Austin. Max segera menghubungi Brice Alroy.Tuutt.. tuutt.. tuutt“Yah.. Kak.. ?!” sahut Brice dengan suara terengah-engah.“Hei brengsek, berhenti sejenak. Aku ingin berbicara serius denganmu.” Seru Max kepada Brice yang mengetahui apa yang saat ini tengah di lakukan pria itu.“Hahh!! Salahmu sendiri Kak menghubungiku di waktu yang tidak tepat… A... Ahh Ahh !! Arg!!” Brice mengerang mendapatkan pelepasannya.“Sialan kau!!” maki Max memijit keningnya. Harus mendengar suara laknat dari bocah play boy ini.“Hahh.. Hahh !! Pergilah ! Dan ya Kak Max.. Ada keperluan apa menghubungiku ?!” Brice menyuruh wanita yang sudah memuaskan nafsu paginya itu untuk menyingkir dan kembali fokus kepada Max.Brice adalah adik sepupu Austin Harold dan kedua orang tuanya telah meninggal. Jadi semenjak berusia tujuh belas tahun Brice tinggal bersama Edelmiro, Agatha dan Austin. Pria itu sangat menghormati sosok Austin dan menjadikan pria itu sebagai panutan.Dan di usia 2
Max menghela nafasnya melihat pria tampan yang kini berdiri di depannya. Dirinya tidak menyangka jika Brice mengalami perubahan yang begitu besar, baik dengan bentuk tubuh yang semakin atletis. Auranya pun keluar semakin terpancar.“Huft... Tidak heran kalau kamu langsung di sibukkan dengan para wanita,” gumam Max memijit keningnya.“Apa kabar Kak Max!!” seru Brice senang dan langsung merangkul Max begitu pria kekar itu berdiri.“Hahahha… ! Baik, bagaimana denganmu?” sambut Max membalas rangkulan adik kecilnya itu sambil menepuk-nepuk punggung Brice.Brice kemudian melepaskan rangkulannya dan memamerkan ototnya, “Lihat kak ! Aku juga sudah mempunyai otot besar sepertimu!!”Max seketika menepuk keningnya, “Hahh! Mendengar jawabanmu artinya kau baik-baik saja, ayo kita ke atas menemui Ken dan Fin.”“Hehhehe…” lagi-lagi Brice memberikan senyuman pepsodentnya.Ting!Akhirnya mereka tiba di lantai, di mana terletak ruangan khusus untuk Finley dan Kenan.“Wow!! Aku baru tahu kalau ada ruanga
Setelah melakukan aktifitas terlarangnya bersama asistentnya itu. Jennifer hendak keluar dari ruangan dengan pakaian yang sudah rapi. Sedangkan asistentnya masih merapikan kemeja super ketatnya.“Kamu sudah mau pergi Jen?”“Hmm, ada hal yang ingin aku lakukan,” sahut Jennifer dan menutup pintu ruangannya, meninggalkan Meyden yang ada di dalam.Jennifer berjalan dengan langkah yang pasti. Selama memiliki wajah dan tubuh yang baru kini dirinya tidak khawatir dengan skandal yang pernah dia alami dua tahun lalu. Di mana hampir semua orang mengenal wajahnya dulu. Meskipun akan berlalu begitu saja, tapi di mana mulut dan pikiran seseorang tidak dapat di cegah.“Hhahh ! Kadang aku merasa bersyukur bisa bertemu dengannya. Namun melihat posisiku yang saat ini hanya seperti bonekanya, apa aku harus tetap merasa lega ?” gumam Jennifer dalam hati. Dirinya benar-benar larut dengan pikirannya. Seperti yang tadi dia lakukan bersama Meyden merupakan hal yang tidak bisa dia hindari. Semenjak mendekam d
Ludwig tersenyum dan terkekeh. “Jadi? Mau berhenti sampai di sini?” Elle memicingkan matanya, “Tidak!! Tentu saja tidak sayang!Aku akan menahannya…” Ludwig tersenyum sumringah dan berbisik, “Aku juga tidak berniat untuk berhenti sayang…” ucapnya seduktif. Blush! Wajah Elle merona. “Aku mulai sayang?” bisik Ludwig dengan lembut dan di angguki oleh Elle. Pria itu kembali melumat bibir ranum kekasihnya. Sedangkan boanya mulai mencari sarangnya di bawah sana. Sesuai yang ia duga. Sarang untuk boanya terlalu sulit untuk di tembus. Hingga ia harus turun kembali dan memberikan sesapan dan jilatan di bawah sana hingga basah. Dan kembali memposisikan dirinya. Elle terus mendesah atas perlakuan Ludwig yang begitu menggairahkan. “Acckk…” jeritnya beberapa kali saat Ludwig berusaha menembus meiliknya di bawah sana. Hingga dia dapa merasakan kepala boa kekasihnya itu berada di antara bibir miliknya. Ludwig yang tahu posisi nya itu perlahan mendorong masuk. “Akh sakit… “ringis Elle kesakita
“Kamu begitu cantik dan seksi sayang…” ucap Ludwig dan kembali mencumbu kekasihnya itu dengan begitu liar. Ciuman yang begitu intim dan saling berbalas. Saling melumat dan mengecap yang membangkitkan gairah kedua sejoli ini. Tangan Ludwig kembali mengusap lembut bagian perut rata kekasihnya, naik ke payudara Elle dan memilin putingnyanya, mengusap pipi merona kekasihnya dengan begitu khidmat. Tangan Elle pun tidak tinggal diam begitu saja. Wanita cantik itu terus membelai dan mengusap otoy lengan, otot punggung dan dada kekasihnya itu. Dengan satu kali gerakan cepat, kini posisi mereka berdua sudah ada di tengah – tengah ranjang. Ludwig memindahkan tubuh Elle yang sudah telanjang bulat itu. Handuknya pun tertinggal di tepi ranjang begitu saja.Pria itu kembali menatap wajah cantik kekasihnya. Mengukung tubuh Elle, nafas mereka saling bersahutan. “Kamu sangat cantik Elle, kamu… sangat sexy… “ pujanya lagi sambil mengusap lembut pipi merona Elle. Ludwig tersenyum lembut menatap penu
Ludwig menelan kasar salivanya mendengar perkataan Elle yang begitu seduktif. “Sayang… kenapa kamu mengatakan hal itu?” Ludiwg berlutut dan memegang tangan kekasihnya itu. Menatapnya lekat.“Aku mau kamu jadi yang pertama untukku, Lud…”Ludwig tersenyum mendengar penuturan Elle. Siapa yang tidak bahagia mendengar hal seperti itu. “Iya sayang, nanti setelah kita menikah… Hmm?” ucap Ludwig pelan. Bohong jika dia tidak tergoda. Apalagi tadi dia melihat dengan jelas keindahan kedua dada kekasihnya itu. Mengingat nya saja membuat kepala atas dan bawahnya berdenyut. Dan sekarang kekasihnya sendiri yang memberikan izin.Elle menggelengkan kepalanya. “Aku mau sekarang, aku takut hal seperti ini terjadi kembali ke depannya. Setidaknya aku menyerahkannya padamu. Pada pria yang aku cintai…” ucap Elle tegas dengan mata sayunya.Deg!“Sa… sayang? Aku –“ Dalam seketika jakun Ludwig bergerak naik turun kesulitan menelan salivanya. Kekasihnya itu melepaskan kaitan handuk yang menutup tubuhnya tadi,
“Ludwig… Aku… Hikss.. hiksss…” lirihnya.Ludwig segera berlutut dan memeluk tubuh kekasihnya itu. Memeluknya dengan erat. Ludwig mengusap lembut punggu Elle, menenangkan wanita yang begitu ia cintai.Hatinya terasa begitu sakit melihat keadaan Elle saat ini.“Maafkan aku sayang… Maafkan aku…” gumam Ludwig tiada henti meminta maaf. Dia sudah bersumpah untuk selalu menjaga wanitanya. Tetapi malam ini dia sudah lalai sampai membuat Elle mengalami hal ini.Elle menggeleng, “inih… bukan salah kamu sayang…” ucap Elle dengan suara isak tangisnya.Ludwig mengurai pelukannya dan dengan satu kali hentakan, dia membawa Elle di dalam gendongannya ala bridal. Elle langsung memeluk leher Ludwig untuk menopang tubuhnya.Wajahnya masuk ke dalam dada bidang.Elle seketika sadar kalau saat ini pakaian Ludwig basah kuyup karena hujan. “Sayang, kamu basah…” gumamnya pelan.“Hmm… Iya sayang…” balas Ludwig pelan.Mereka berdua masuk ke dalam kamar. Ludwig menurunkan Elle duduk di atas tempat tidur. Handuk
Ludwig menjadi begitu gelisah begitu turunnya hujan. Pria itu menjadi tidak konsentrasi. Bruno yang melihatnya pun menghampiri pria itu.“Ada apa bro?” tanya Bruno.Ludwig menoleh, “Ah tidak ada…” jawabnya singkat.“Kamu pulang saja lebih dahulu, biar di sini kami yang tangani.” Imbuh Hanz kepada Ludwig.“Hmm, benar kata Hanz. Kasihan Elle di rumah sendirian.” Sambung Stefan.Ludwig tersenyum, tanpa dia mengutarakan kekhawatirannya, para sahabatnya begitu pengertian. “Thank you.”Pria itu kemudian membereskan perlengkapannya. Lalu berjalan keluar. Hujan terlihat begitu deras, payung pun dia tidak punya. Tapi rasa khawatirnya kepada Elle jauh lebih besar dari pada khawatir dengan keadaannya saat ini. “Hahh! Kenapa aku kepikiran seperti ini!” batinnya.Dengan satu kali tarikan nafas. Ludwig berlari di bawah guyuran hujan yang begitu lebat. Seluruh baju dan tubuhnya basah dalam sekejap.Butuh waktu lima sampai 10 menit untuk tiba di rumah singgahnya. Begitu ia melihat rumah batu yang sed
Satu minggu pun berlalu, Drake benar – benar berbaur dengan warga lokal. Bahkan persaingannya dengan Ludwig pun sudah dia abaikan beberapa hari ini. Dia pun menjadi lebih akrab dengan beberapa para warga lokal.Waktu berlalu tanpa ada konflik sedikitpun. Elle pun merasa jauh lebih nyaman. Setidaknya Drake sudah berhenti dan melupakan mengenai perjodohan mereka.Dan Drake sendiri pun sadar setelah hidup di sini dan melihat langsung bagaimana hubungan Elle dan Ludwig.“Hahh… Sepertinya memang sudah tidak ada tempat untukku di hati Elle…” gumam Drake sambil melukis. Perlengkapan lukis yang ia pinjam dari Elle. Karena niat awal tidak pernah terbersit di pikirannya akan menikmati tempat ini. Dia hanya ingin membawa Elle untuk kembali pulang dan kembali hidup normal seperti dulu.Tapi berbeda pula dengan Ludwig yang selalu saja cemburu dengan keakraban yang di perlihatkan antara kekasihnya dan pria yang bernama Drake itu.Meskipun Elle sendiri yang mengatakan kalau dia tidak memiliki perasa
Suara nafas Ludwig semakin berat, pria itu melepaskan ciumannya dengan sesapan yang kuat membuat bibir bawah Elle ikut tertarik olehnya. Menyandarkan keningnya di kening kekasihnya itu.Mengatur nafasnya dan menutup matanya. Dia takut kembali tersihir dengan hazel indah kekasihnya itu. Dia takut jika dirinya benar – benar tidak dapat menahan diri.Kemudian Ludwig memindahkan tubuhnya kesamping dan berbaring di atas kasur, langsung memeluk Elle dengan erat sambil berbisik, “Mari berhenti sampai di sini sayang, aku takut tidak dapat menahan diriku.”Elle tersenyum dan mengusap wajah Ludwig yang ada sedikit rambut. “Hmm… Goodnight sayang,” ucap Elle pelan.“Goodnight sayang,” balas Ludwig dan mengecup puncak kepala kekasih nya itu.***Tidak terasa satu bulan pun berlalu, hasil perkebunan sudah ada beberapa sayuran yang bisa mereka panen. Desa ini kian maju di bawah arahan Ludwig dan Elle. Warga lokal pun kian mandiri.Tetapi saat ini mereka sering terkendala dengan hujan deras dan ang
Ludwig seketika panik mendengar perkataan Elle, “Sa… sayang…”Wanita cantik itu mengulum bibirnya menahan tawa melihat wajah panik Ludwig. Sebenarnyanya sejak dua hari kedatangan Pauline, Elle sudah menaruh curiga. Setiap melihat sikap Pauline kepada Ludwig, satu yang ia percaya bahwa ada sesuatu di antara mereka berdua. Dan yang pasti, kekasihnya itu selalu menjaga jarak dan terlihat tidak ingin terlibat. Sejak penolakan frontal dari Ludwig ketika Pauline meminta kekasihnya untuk untuk membimbingnya.Sedangkan di lihat bagaimana pun penampilan Pauline, dia seperti bukan seseorang yang akan mendatangi tempat pemukiman seperti ini. Apalagi kalau bukan karena sesuatu. Dan itu terjadi tepat setelah satu minggu kedua orang tuanya mengetahui lokasinya.Dan saat itu pula dia sempat memperkenalkan kekasihnya itu kepada kedua orang tuanya. Namun dia masih ingin menepis hal tersebut dan wanita cantik itu hanya diam sambil mengawasi. Dan dia ingin tahu sampai di mana keseriusan Ludwig terhada
Ludwig menekan kepala belakang Elle, memperdalam ciumannya.“EUhm sayang.. Ah.. Uhm…” suara mereka berdua. Ludwig memeluk pinggul kekasihnya itu dengan erat merapatkan tubuh mereka berdua tanpa jarak.Merasakan tiap lekuk tubuh indah Elle. Ludwig dapat merasakan boa di bawah sana sudah semakin membengkak ingin di keluarkan. Seolah dia bisa merobek celananya di bawah sana.“Damn!”“Cium aku sayang!” suara berat Ludwig yang hanya mengusap punggung kekasih nya yang masih terbalut handuk. Sedangkan mulutnya terus menyesap bibir atas dan bawah Elle, begitu pun Elle yang memeluk erat kekasihnya itu. Memegang dada Ludwig yang bidang.“Oh my! Hahh hahh Hahh!” suara nafas Elle yang terengah – engah.Ludwig melepaskan ciumannya dan melihat mata sayu Elle. Pipi Elle yang berubaha menjadi pink kemerah – merahan. Nafas mereka saling bersahutan.“Kau tahu sayang, aku sangat mencintaimu,” ucapnya dengan suara serak.Elle tersenyum dan mengangguk. “Iya sayang, aku juga sangat mencintaimu.”Jantung L