"Pria itu adalah Austin Harold," sebut Gerald membuat Steve tercengang.Giselle yang tidak mengetahui siapa sosok Austin Harold hanya melihat ke arah Gerald membutuhkan penjelasan lebih detail.Gerald berjalan dengan santai menuju sofa dan menarik Giselle untuk duduk di sampingnya.Steve masih terdiam, tidak percaya jika selama ini Austin benar-benar sudah mengendalikan perusahaannya hingga hampir lima puluh persen klien membatalkan kontrak kerja sama dengan perusahaannya.Gerald tersenyum smirk, "Dari melihat ekspresimu Steve, sepertinya kamu terkejut dengan fakta bahwa sahabatmu itu memiliki kekuasaan seperti itu." tebak Gerald yang belum tahu kalau Steve sudah mengetahui status dari Austin."Sa... sahabat..?" Giselle spontan terkejut dan menutup mulutnya sendiri.Dia hampir saja keceplosan memberikan Steve pertanyaan bertubi-tubi.Gerald meraih Giselle yang masih terkejut masuk ke dalam dekapannya, membuat Giselle bersandar didadanya."Yeah darling, Austin adalah sahabat Steve. Apa
"Silahkan Tuan... Nyonya," ujar Ethan yang tengah membuka pintu belakang.Bella tersenyum kepada Ethan, "Terima kasih Ethan.”"Sama-sama Nyonya," jawab Ethan dengan sedikit membungkukkan badannya dengan sopan kepada Bella.Austin dengan sigap keluar terlebih dahulu dari pintu sebelah, "Ayo sayang," ucapnya sambil meraih tangan Bella.Bella meraih tangan Austin, dan Hap. Tepat ketika Bella keluar dari mobil, Austin segera mengangkat tubuh wanitanya itu."Sa-sayang!" kaget Bella yang lagi-lagi sudah melayang di dalam dekapan kekasihnya.Wajahnya benar-benar merona, bagaimana tidak. Saat ini Ethan ada di sini dan melihat kekonyolan Tuan Muda mereka."Hmm?" gumam Austin lembut.Bella hanya melirik ke arah Ethan agar kekasih hatinya itu paham."Ah, Ethan tolong tas di dalam, sekalian bawa masuk." ujar Austin dan melangkahkan kakinya dengan menggendong Bella ala bridal.Bella hanya menghela nafas kecil. "Bukan itu maksud aku love!" lirih Bella sedikit berbisik. Namun Austin hanya tersenyum.
"Uekk!!"Austin segera berlari menuju toilet. Dirinya segera menumpu tubuhnya di depan westafel dan mengeluarkan isi perutnya.Bella yang mendengarnya segera berlari, "Jangan lari sayang!" teriak Austin sempat-sempatnya menegur Bella ketika mendengar suara langkah Bella yang tergesa-gesa."Iya... iya..." sahut Bella yang kini mengganti larinya dengan langkah cepat menyusul Austin."Uekkk... Uekk..." Austin kembali merasakan perutnya teraduk di dalam sana.Perasaan mual tiba-tiba menyerbu dirinya.Bella segera menghampiri Austin dan memijit tengkuk leher Austin."Tidak usah sayang, nanti kamu jadi mual lihat aku seperti ini..." gumam Austin kepada sang kekasih hatinya itu.Bella menghela nafas kecil, "Oh my sayang! Sempat-sempatnya kamu memikirkan aku saat ini. Kamu yang saat ini sedang tidak baik-baik saja..!" sahut Bella sambil mengambil handuk bersih di laci westafel.Austin berkumur dan membasuh wajahnya setelah merasa sudah lebih baikan."Terima kasih sayang," ucapnya sambil menga
****Tiga puluh menit berlalu, Gerald yang sudah puas melihat dan mendengar percakapan antara Steve dan Giselle. Memutuskan kembali ke ruangannya.Dan dalam tiga puluh menit itu dia dapat melihat bagaimana Giselle memuaskan Steve menggunakan mulutnya.Membuat dirinya kembali ikut teransang, namun saat ini ada sesuatu yang jauh lebih penting dari pada membuat Giselle telanjang saat ini juga.Gerald sengaja memperbesar volume langkahnya agar kedua pasangan di dalam memiliki waktu untuk bersiap-siap.Ceklek!Dirinya membuka pintu, terlihat Giselle sudah kembali di posisi semulanya. Begitu pula dengan Steve.Tap tap tap"Sorry lama, tadi agak sedikit sibuk," ucapnya tepat saat masuk."Iya, no problem Gerald," sahut Steve cepat.Gerald memilih duduk di samping Giselle dan hendak menciumnya, kemudian dia tersenyum, "Apa ini darling di mulut kamu.?" tanya Gerald menunjuk ke sudut bibir Giselle.Deg!Giselle seketika panik, dia takut kalau sisa cairan milik Steve tertinggal atau blepotan di m
Setelah masuk ke dalam bersama Hana, Max mengambil ponselnya dan duduk di sofa. Sedangkan Hana mengatur paperbag milik Bella di salah satu drawer di ruang tamu."Nyonya Bella hanya satu malam, tetapi barang yang disiapkan sampai seperti ini? Bagaimana kalau Nyonya melahirkan, mungkin satu wardrobe akan dipindahkan ke kamar Rumah Sakit!" gumam Hana tertawa kecil.Max yang mendengar pun ikut tertawa, "Itu masih kecil sayang, sebelum Nyonya Bella masuk Rumah Sakit, paginya Tuan Austin membeli salah satu coffee shop hanya karena tidak mau membuat Nyonya Bella menunggu terlalu lama hanya untuk sekedar minum kopi," sahut Max membuat Hana membelalak kaget.Hana berjalan mendekati Max, "Serius sayang?""Yup.. seribu rius, dan masih banyak hal gila lainnya yang beliau lakukan hanya untuk menyenangkan Nyonya Bella tanpa Nyonya Bella ketahui," sambung Max sambil merangkul pinggang kecil wanitanya. Dan memangkunya di atas pahanya.Hana tertawa kecil, "Ya, itu tidak heran sayang, berapa tahun Tuan
Hana kini jauh merasa lebih tenang setelah bertemu dengan wanita yang hampir saja mencelakai dirinya.Max dan Hana juga sudah menyampaikan kepada Fergo dan Fergi yang akan di berikan kepercayaan penuh di Rumah Putih. Tapi tetap dalam pengawasan Hana.Max juga sudah memamerkan kepada Fergo, Fergi, Dave dan Dokter Cheryl bahwa dirinya sudah melamar Madam mereka. Tentu saja mereka semua bersorak gembira. Akhirnya Tuan dan Madam mereka mengikrarkan janji dalam pernikahan.Sedangkan Joy sendiri tidak jadi di berikan kepada rumah bordir lainnya. Karena Fergo dan Fergi lah yang akan mengawasi gerak-gerik Joy. Dengan banyak pertimbangan dan alasan yang di berikan twins, akhirnya Hana dan Max sepakat.Menurut Fergo dan Fergi, sifat yang dimiliki Joy sangat berbahaya bagi orang yang tidak tahu akan karakternya. Mereka berdua takut, kalau Joy akan membuat keributan di sana dan berhasil menghasut seseorang. Mereka tidak mau sampai Joy berhasil kabur dan akan menyulitkan di kemudian hari."Hmm, bai
Di Kamar Private Jet Austin BellaTepat pintu tertutup, Austin langsung mendekap tubuh Bella dan menyandarkannya di pintu. Kembali mencumbu bibir Bella hingga turun ke tengkuk lehernya. Dengan gerakan cepat mereka saling membuka pakaian satu sama lain.Austin yang terlihat begitu tampan dengan baju kaos polos berwarna hitam, memperlihatkan betapa tegap dan lebarnya dada Austin yang begitu keras.A-line dress selutut warna hitam dengan tali tipis yang menyangga di bahunya membuat warna kulit putih Bella terlihat begitu kontras.Hari ini, Austin dan Bella memakai warna baju yang senada dan ya, warna hitamlah yang menjadi pilihan mereka.Austin menurunkan resleting dress yang tadi dia sendiri yang memasangkannya untuk Bella. Kini dia membukanya kembali."Euhmm... love," desah manja Bella keluar begitu saja. Tubuhnya terlalu sensitif menerima tiap sentuhan dan kecupan dari prianya itu.Austin memasukkan kepalanya di dalam ceruk leher Bella sambil menurunkan gaun Bella. Menghirup aroma mani
Kamar Private Jet Hana MaxDi saat yang sama, di private jet yang berbeda. Sepasang kekasih tengah memadu kasih dengan tidak kalah panasnya.Sprei berwarna cream menjadi begitu berantakan. Entah sudah berapa gaya yang Max dan Hana lakukan.Tubuh mereka berdua telah bermandikan keringat. Kini Max dan Hana saling memberikan kenikmatan di daerah inti mereka.Max terus memainkan lidahnya di liang kewanitaan Hana. Menyesap dan menggelitik klits mungil berwarna pink itu.Hana terus mendesah tertahan dan menggeliyat tidak karuan. Tetapi tangan besar Max bisa dengan mudah menahan pinggul Hana.Sedangkan Hana terus memasukkan batang besar nan tebal itu ke dalam mulutnya yang mungil. Dengan effort — upaya yang lebih dia berhasil memberikan kenikmatan kepada prianya."Euhm... Euhmm..." suara gumamam dan desahan terus keluar dari mulut Hana. Sambil menjilati dan menghisap batang Max layaknya es krim yang lumer.Max tiba-tiba bangun dari tidurnya dan mengangkat tubuh Hana. Membuat Hana terkejut da