Max tertawa kecil melihat tingkah imut wanita kesayangannya itu. Wajah oriental yang begitu kental terlihat sangat manis di matanya."Benarkah? Kalau begitu mari kita lakukan sekarang!" seru Max yang kemudian berdiri menggendong Hana dalam kungkungannya.Max berjalan menuju sofa yang baru saja dia pesan. Sofa berwarna coklat dengan bentuk yang aneh.Pria bertubuh tegap itu, duduk terlebih dahulu dan memposisikan Hana tepat di depannya, "Kenapa kamu membeli sofa tantra ini sayang?" tanya Hana kepada Max."Karena aku ingin melakukan ini denganmu..." seru max dengan suara beratnya.Tangannya mulai merayap, mengusap paha lembut Hana yang terlihat begitu indah. Tangannya semakin naik dan masuk menyusup ke bagian payudara Hana dan meremasnya dengan intens.Hana mulai menggeliat, Max menurunkan gaun malam yang di pakai Hana sambil terus meremas payudaranya.Max meraih wajah Hana dan melumat bibir wanitanya itu begitu dalam, Hana membalasnya dengan tidak kalah panasnya.Tangan Max tidak berhe
Gerakan Hana sungguh sangat erotis, dada Max bergemuruh menahan nafsu yang tengah membuncah. Tidak. Max sudah tidak tahan lagi.Dirinya bangun dan menarik tubuh Hana naik ke atas pangkuannya. Dirinya kembali melumat bibir Hana. Sedangkan bagian tubuh bawah mereka mulai saling bergesekan di bagian permukaan, memberikan sensasi nikmat yang tidak bisa lagi mereka tahan.Max menahan pinggul Hana dan mengangkatnya sedikit. Lalu tangan Hana mengarahkan batang kejantanan Max ke liang kewanitaannya. Tepat saat kepala batang dan bibir bawah Hana bertemu. Hana menurunkannya dengan perlahan. Mereka berdua bergumam penuh nikmat ketika kulit mereka saling bergesekan di bawah sana.Bless! Batang kejantanan besar Max masuk sempurna di dalam tubuh kecil Hana."Argh! Sayang!" lenguh Hana merasakan dirinya begitu penuh."Hmm...Milikmu meremasku dengan baik sayang, bergeraklah sayang... Menari di atasku!" seru Max memprovakasi Hana dengan perkataan seduktifnya.Hana tersenyum menggoda, "Seperti yang kam
"Kamu itu lebih buruk dari pada seorang lacur..!" geram Fergi meremas kuat dagu Joy. Hingga Joy merasa dirinya tercekik. "Ackk... Ackkk!" pekik Joy menarik-narik tangan Fergi. Joy meringis kesakitan, nafasnya seperti mau habis. "A-ampunn... ampunn...!!" suara tercekat Joy. "Jangan pernah membual tentang Madam Hana di depanku! Dia adalah wanita terhormat di rumah putih! Dan... Dengan mulut kotormu itu, kamu mengatakan sesuatu yang sangat menjijikkan!" seru Fergi yang belum melepaskan tangannya dari dagu Joy. Bugh!! "Ugh!!" Pekik Joy kesakitan. Fergi menghempas tubuh Joy di atas lantai. Dave mendengus kemudian berdiri dari atas ranjang berjalan ke arah Joy. Dirinya berjongkok di depan Joy, "Kamu sudah membuat kesalahan fatal Joy! Jangan pernah menghina Madam Hana, itu sama saja kamu ingin mengakhiri hidupmu. Apakah kau tidak tahu, kalau Madam Hana adalah kekasih Tuan Max?! Bahkan mungkin lebih dari kata kekasih... Dia adalah ratu di mansion ini dan Tuan Max adalah raja di mansion
"Pria itu adalah Austin Harold," sebut Gerald membuat Steve tercengang.Giselle yang tidak mengetahui siapa sosok Austin Harold hanya melihat ke arah Gerald membutuhkan penjelasan lebih detail.Gerald berjalan dengan santai menuju sofa dan menarik Giselle untuk duduk di sampingnya.Steve masih terdiam, tidak percaya jika selama ini Austin benar-benar sudah mengendalikan perusahaannya hingga hampir lima puluh persen klien membatalkan kontrak kerja sama dengan perusahaannya.Gerald tersenyum smirk, "Dari melihat ekspresimu Steve, sepertinya kamu terkejut dengan fakta bahwa sahabatmu itu memiliki kekuasaan seperti itu." tebak Gerald yang belum tahu kalau Steve sudah mengetahui status dari Austin."Sa... sahabat..?" Giselle spontan terkejut dan menutup mulutnya sendiri.Dia hampir saja keceplosan memberikan Steve pertanyaan bertubi-tubi.Gerald meraih Giselle yang masih terkejut masuk ke dalam dekapannya, membuat Giselle bersandar didadanya."Yeah darling, Austin adalah sahabat Steve. Apa
"Silahkan Tuan... Nyonya," ujar Ethan yang tengah membuka pintu belakang.Bella tersenyum kepada Ethan, "Terima kasih Ethan.”"Sama-sama Nyonya," jawab Ethan dengan sedikit membungkukkan badannya dengan sopan kepada Bella.Austin dengan sigap keluar terlebih dahulu dari pintu sebelah, "Ayo sayang," ucapnya sambil meraih tangan Bella.Bella meraih tangan Austin, dan Hap. Tepat ketika Bella keluar dari mobil, Austin segera mengangkat tubuh wanitanya itu."Sa-sayang!" kaget Bella yang lagi-lagi sudah melayang di dalam dekapan kekasihnya.Wajahnya benar-benar merona, bagaimana tidak. Saat ini Ethan ada di sini dan melihat kekonyolan Tuan Muda mereka."Hmm?" gumam Austin lembut.Bella hanya melirik ke arah Ethan agar kekasih hatinya itu paham."Ah, Ethan tolong tas di dalam, sekalian bawa masuk." ujar Austin dan melangkahkan kakinya dengan menggendong Bella ala bridal.Bella hanya menghela nafas kecil. "Bukan itu maksud aku love!" lirih Bella sedikit berbisik. Namun Austin hanya tersenyum.
"Uekk!!"Austin segera berlari menuju toilet. Dirinya segera menumpu tubuhnya di depan westafel dan mengeluarkan isi perutnya.Bella yang mendengarnya segera berlari, "Jangan lari sayang!" teriak Austin sempat-sempatnya menegur Bella ketika mendengar suara langkah Bella yang tergesa-gesa."Iya... iya..." sahut Bella yang kini mengganti larinya dengan langkah cepat menyusul Austin."Uekkk... Uekk..." Austin kembali merasakan perutnya teraduk di dalam sana.Perasaan mual tiba-tiba menyerbu dirinya.Bella segera menghampiri Austin dan memijit tengkuk leher Austin."Tidak usah sayang, nanti kamu jadi mual lihat aku seperti ini..." gumam Austin kepada sang kekasih hatinya itu.Bella menghela nafas kecil, "Oh my sayang! Sempat-sempatnya kamu memikirkan aku saat ini. Kamu yang saat ini sedang tidak baik-baik saja..!" sahut Bella sambil mengambil handuk bersih di laci westafel.Austin berkumur dan membasuh wajahnya setelah merasa sudah lebih baikan."Terima kasih sayang," ucapnya sambil menga
****Tiga puluh menit berlalu, Gerald yang sudah puas melihat dan mendengar percakapan antara Steve dan Giselle. Memutuskan kembali ke ruangannya.Dan dalam tiga puluh menit itu dia dapat melihat bagaimana Giselle memuaskan Steve menggunakan mulutnya.Membuat dirinya kembali ikut teransang, namun saat ini ada sesuatu yang jauh lebih penting dari pada membuat Giselle telanjang saat ini juga.Gerald sengaja memperbesar volume langkahnya agar kedua pasangan di dalam memiliki waktu untuk bersiap-siap.Ceklek!Dirinya membuka pintu, terlihat Giselle sudah kembali di posisi semulanya. Begitu pula dengan Steve.Tap tap tap"Sorry lama, tadi agak sedikit sibuk," ucapnya tepat saat masuk."Iya, no problem Gerald," sahut Steve cepat.Gerald memilih duduk di samping Giselle dan hendak menciumnya, kemudian dia tersenyum, "Apa ini darling di mulut kamu.?" tanya Gerald menunjuk ke sudut bibir Giselle.Deg!Giselle seketika panik, dia takut kalau sisa cairan milik Steve tertinggal atau blepotan di m
Setelah masuk ke dalam bersama Hana, Max mengambil ponselnya dan duduk di sofa. Sedangkan Hana mengatur paperbag milik Bella di salah satu drawer di ruang tamu."Nyonya Bella hanya satu malam, tetapi barang yang disiapkan sampai seperti ini? Bagaimana kalau Nyonya melahirkan, mungkin satu wardrobe akan dipindahkan ke kamar Rumah Sakit!" gumam Hana tertawa kecil.Max yang mendengar pun ikut tertawa, "Itu masih kecil sayang, sebelum Nyonya Bella masuk Rumah Sakit, paginya Tuan Austin membeli salah satu coffee shop hanya karena tidak mau membuat Nyonya Bella menunggu terlalu lama hanya untuk sekedar minum kopi," sahut Max membuat Hana membelalak kaget.Hana berjalan mendekati Max, "Serius sayang?""Yup.. seribu rius, dan masih banyak hal gila lainnya yang beliau lakukan hanya untuk menyenangkan Nyonya Bella tanpa Nyonya Bella ketahui," sambung Max sambil merangkul pinggang kecil wanitanya. Dan memangkunya di atas pahanya.Hana tertawa kecil, "Ya, itu tidak heran sayang, berapa tahun Tuan
Sembilan bulan pun berlalu, perut Elle sudah membulat sempurna. Kedua kakak laki – laki Elle yang bernama Nolan dan Morgan pun beberapa kali mengunjungi dirinya dan Ludwig. Setiap mereka datang. Mereka akan membawa begitu banyak makanan dan bingkisan untuk warga lokal di sini. Dan saat terakhir mereka datang. Kedua kakak laki – lakinya itu membelikan perlengkapan bayi untuk Elle.Semua desain perlengkapan untuk Baby di dominasi warna pink dan motif bunga. Mulai dari kereta bayi, box bayi, bahkan sampai pakaian pun semua bermotif bunga.“Bagaimana sayang? Apa posisinya sudah pas?” tanya Ludwig yang sedang memasang lukisan taman bunga yang di lukis oleh istrinya itu.Elle meminta Ludwig untuk memajangnya di dalam kamar baby mereka.Ibu hamil yang semakin mempesona itu tersenyum lembut dan mengangkat kedua jempolnya. “Sudah pas sayang…!”Ludwig terkekeh geli melihat wajah menggemaskan istrinya. Pria itu pun turun dari tangga dan melipat tangga tersebut. “Kamu duduk aja dulu sayang. Biar
Keesokan paginya, Desa terdengar sudah begitu sibuk. Para wanita di pedesaan ini sudah sibuk memasak besar di dapur umum untuk acara pernikahan Ludwig dan Elle.Sedangkan para pria membuat dekorasi sederhana atas inisiatif mereka sendiri, padahal Ludwig tidak pernah meminta mereka untuk melakukan hal tersebut.Sedangkan kepala desa dan beberapa pria lainnya tengah sibuk mempersiapkan hadiah untuk Ludwig dan Elle.Beberapa jam pun berlalu, tepat jam 10 pagi. Ludwig dan Elle sudah mengenakan pakaian mereka. Elle terlihat begitu cantik dengan gaun pengantin berwarna putih dengan model terusan lurus yang simple tetapi terlihat begitu elegan.Sedangkan Ludwig terlihat begitu tampan dengan balutan Jas lengkap berwarna putih.“Kamu sangat cantik sayang!” kagum Ludwig melihat kekasih nya begitu cantik dan memukau.Elle tersenyum dengan wajah merona. Dia tidak pernah menyangka kalau Ludwig benar – benar akan menikahinya di desa ini. Semalam bagai mimpi dia mendengar saat Ludwig mengatakan jika
Ludwig dan Elle menghabiskan malam mereka di kamar Hotel usai proses lamaran yang romantis itu.Kedua insan ini kembali memadu kasih dengan panas membara di dalam kamar ini. Ludwig bermain dengan sedikit berhati – hati karena usia kandungan Elle yang terbilang masih muda itu. Beruntungnya dokter obgyn tidak mengatakan apapun mengenai larangan untuk bercinta.Membuat hati Ludwig riang dan gembira tidak tersiksa menahan diri.“Oh my sayang… Ugh!” lenguh Ludwig merasakan kenikmatan yang tidak akan pernah jauh lebih hebat dari pada ini.Pria tampan itu berkali – kali mengecup perut Elle yang masih rata itu. “Hai baby… Cup cup cup!” Elle mendesah pelan. Membuat birahi Ludwig tidak lagi tertahan. Dengan gerakan yang begitu lembut dia mulai masuk ke permainan inti. Suara erangand an desahan kembali memenuhi kamar ini untuk kedua kalinya.Mereka menikmati malam yang panjang itu.Hingga mentari terbit, tepat jam 9 pagi mereka sudah keluar dari Hotel, mengambil barang bawaan mereka.Yang tanpa
Ludwig berjalan menghampiri kekasihnya dan memeluknya.“Aku hamil, sayang.” Gumam Elle menitikkan air mata, wanita cantik itu sesunggukkan. Dan tersenyum bahagia.“Iya sayang…! Aku akan menjadi seorang Daddy!!” seru Ludwig senang.Cup! Cup! Cup!Cup! Cup! Cup!Ludwig mengecup wajah Elle berkali – kali. “Terima kasih sayang…! Terima kasih!! Aku sangat bahagia!!!”“Aku akan menjadi seorang Daddy!!!” sorak Ludwig dan mengangkat tubuh Elle, membuat Elle memekik kaget dan langsung memeluk kepala pria itu.“Sayang…!” seru Elle panik.Mereka berdua tertawa bahagia. Ludwig menurunkan perlahan tubuh Elle hingga mereka sejajar. Di lumatnya bibir ranum kekasihnya itu.Ludwig mengambil alat testpack dari tangan Elle begitu melepaskan ciumannya. Melihat dua garis merah yang begitu jelas. “Terima kasih sayang…!” gumam Ludwig dan kembali melumat bibir kekasih hatinya itu.Elle tidak berhenti tersenyum melihat ekspresi bahagia prianya.Kemudian mereka berdua keluar dari kamar mandi, Elle naik ke gend
“Oek… Oek…” suara Elle di dalam kamar mandi, sudah sepuluh menit Elle terus merasa mual ingin muntah tetapi tidak ada yang keluar dari dalam perutnya.Ludwig terus memijit leher belakang Elle dengan lembut.“Bagaimana sayang? Masih mau muntah?” tanya Ludwig khawatir. Dia yang sebagai dokter sudah memikirkan ke arah lain melihat sikap Elle yang seperti ini. Tapi dia tidak ingin membuat kekasihnya itu khawatir.“Hmm, tidak sayang… Bantu aku ke kamar…” ucap Elle pelan.Begitu keluar dari kamar mandi, Ludwig kembali menggendong kekasih hatinya itu. Mendudukkan di atas tempat tidur, “Minum dulu sayang,” ucap Ludwig.Elle mengambil gelas dan meneguk air minum tersebut. Namun ekspresinya berubah merasakan air mineral yang ia telan begitu pahit. “Apa airnya kadaluarsa sayang? Kok pahit?”Ludwig tersentak kaget lalu melihat botol air mineral. Dan waktu kadaluarsanya masih ada lebih dari setahun. “Tidak, airnya masih bagus sayang.” Ujar Ludwig lalu meraih gelas dari tangan Elle dan mencoba kem
Sudah satu bulan ini, Ludwig dan Elle mengelilingi beberapa desa terdekat dengan mereka. Sepasang sejoli ini ingin melihat apa yang di butuhkan oleh desa – desa yang lain. Karena bukan hanya desa yang mereka tempati saat ini butuh bantuan. Masih banyak bagian – bagian di negara ini yang membutuhkan uluran tangan mereka.“Kamu kenapa sayang?” tanya Ludwig khawatir melihat Elle yang terlihat pucat. Tubuhnya berkeringat secara berlebihan.“Mungkin cuma dehidrasi saja sayang,” jawab Elle lalu meneguk air mineral dari botol yang ia bawa.Ludwig segera memegang kening kekasihnya, namun suhu tubuhnya normal. “Ya sudah, kita kembali ke mobil dulu. Nanti biar Hanz dan Bruno lanjutkan pemeriksaan di desa ini, hmm?”Elle mengangguk kecil. Karena jujur kakinya juga sudah tidak mampu untuk menopang dirinya.Ludwig yang melihatnya langsung merangkul kekasihnya itu dan membawanya sesegera mungkin ke dalam mobil. Begitu masuk di dalam mobil, Elle langsung merebahkan dirinya di sandaran kursi dan men
Suara rintik rintik hujan terdengar di atas atap rumah, sedangkan dua sejoli yang berada di dalam kamar sedang menikmati dinginnya udara pagi dengan berolahraga di atas tempat tidur.Suara erangan dan desahan Elle terdengar begitu seksi. Sedangkan si pria semakin mempercepat gerakan pinggulnya. Hingga terdengar lenguhan panjang mereka berdua.“Hahh… haaahh… haaah…” Ludwig mengukung tubuh kekasihnya itu dan mengecupnya dengan lembut.“Love you, sayang…” ucapnya setelah melepaskan ciumannya itu.“Love you too, sayang… hahh…Hahhh…” jawab Elle dengan senyuman lebar.Pagi yang seharusnya mereka bergegas pergi ke kepala desa harus tertunda karena gesekan tubuh telanjang Elle di tubuh Ludwig. Pria itu seolah tersetrum, bagaikan ada saklar yang di nyalakan dan tidak bisa menahan diri.Hingga mereka kembali menghabiskan pagi mereka dengan panas dan peluh keringat.Padahal tadi malam Ludwig sudah melakukan sebanyak 3 kali bersama sang kekasih.Dengan bertelanjang, Ludwig berdiri dan menggendong
Ludwig tersenyum dan terkekeh. “Jadi? Mau berhenti sampai di sini?” Elle memicingkan matanya, “Tidak!! Tentu saja tidak sayang!Aku akan menahannya…” Ludwig tersenyum sumringah dan berbisik, “Aku juga tidak berniat untuk berhenti sayang…” ucapnya seduktif. Blush! Wajah Elle merona. “Aku mulai sayang?” bisik Ludwig dengan lembut dan di angguki oleh Elle. Pria itu kembali melumat bibir ranum kekasihnya. Sedangkan boanya mulai mencari sarangnya di bawah sana. Sesuai yang ia duga. Sarang untuk boanya terlalu sulit untuk di tembus. Hingga ia harus turun kembali dan memberikan sesapan dan jilatan di bawah sana hingga basah. Dan kembali memposisikan dirinya. Elle terus mendesah atas perlakuan Ludwig yang begitu menggairahkan. “Acckk…” jeritnya beberapa kali saat Ludwig berusaha menembus meiliknya di bawah sana. Hingga dia dapa merasakan kepala boa kekasihnya itu berada di antara bibir miliknya. Ludwig yang tahu posisi nya itu perlahan mendorong masuk. “Akh sakit… “ringis Elle kesakita
“Kamu begitu cantik dan seksi sayang…” ucap Ludwig dan kembali mencumbu kekasihnya itu dengan begitu liar. Ciuman yang begitu intim dan saling berbalas. Saling melumat dan mengecap yang membangkitkan gairah kedua sejoli ini. Tangan Ludwig kembali mengusap lembut bagian perut rata kekasihnya, naik ke payudara Elle dan memilin putingnyanya, mengusap pipi merona kekasihnya dengan begitu khidmat. Tangan Elle pun tidak tinggal diam begitu saja. Wanita cantik itu terus membelai dan mengusap otoy lengan, otot punggung dan dada kekasihnya itu. Dengan satu kali gerakan cepat, kini posisi mereka berdua sudah ada di tengah – tengah ranjang. Ludwig memindahkan tubuh Elle yang sudah telanjang bulat itu. Handuknya pun tertinggal di tepi ranjang begitu saja.Pria itu kembali menatap wajah cantik kekasihnya. Mengukung tubuh Elle, nafas mereka saling bersahutan. “Kamu sangat cantik Elle, kamu… sangat sexy… “ pujanya lagi sambil mengusap lembut pipi merona Elle. Ludwig tersenyum lembut menatap penu