Diparkiran mobil, Giselle memukul stir mobilnya dengan kesal atas perlakuan Daniel kepadanya."Arghh! Kenapa semuanya Bella.. Bellaa.. dan Bella!!" Seru Giselle kesal, ia meraih ponsel dari dalam tasnya.Giselle menghubungi nomor ponsel Steve.Tuut... tuutt... tuutttTapi tidak kunjung diangkat oleh Steve."Lebih baik aku langsung menuju ke kantornya!" Pikir Giselle lalu melajukan kendaraannya menuju kantor Steve.Dengan kecepatan sedang Giselle membelah padatnya lalu lintas di waktu sibuk seperti ini. Butuh waktu kurang lebih tiga puluh menit untuk tiba di kantor Steve. Giselle mematut dirinya di cermin melihat riasan dan pakaiannya.Dengan begitu elegant, Giselle jalan menuju customer service."Saya ingin bertemu dengan Pak Steve William.." Ucap Giselle kepada petugas customer service yang bertugas."Sudah buat janji Bu?" Tanya petugas dengan ramah."Iya, katakan saja Ibu Giselle ingin menemuinya," Balas Giselle.Spontan beberapa karyawan wanita sontak berbalik ke arah tamu wanita y
"Kamu sangat seksi Giselle..!!" serak suara Steve yang mulai mencumbu leher Giselle yang sudah bersandar di dadanya."Euhm, Steve..." desahan Giselle karena kedua tangan Steve sudah bermain di kedua bongkahan seksi Giselle yang sedari tadi menggodanya.SretDengan satu kali hentakan turun, payudara Giselle keluar dari balik dress mininya."Oughh, Steve ! Ahh,, yes Baby! Ah!" rengekan Giselle pada saat Steve terus memilin dan meremas kedua bongkahannya dengan keras dan menggelitik.Giselle denga cepat mengubah posisinya dan berbalik menghadap Steve dan menyerahkan pa-yu-daranya ke mulut Steve."Hisap baby !!" Seru Giselle yang sudah di kabut ga-irah. Tentu saja Steve langsung menyambut pucuk pa-yu-dara Giselle dan mengulumnya dengan kuat sambil meremas payudara yang satunya.Giselle bergelayut manja menikmati kuluman Steve dan perlahan melepaskan gesper celana Steve."Steve! Baby! Aku tidak tahan! Fuck me please!" lirih Giselle yang tidak dapat menahan kabut gairahnya.Steve tersenyum
Sesaat sebelum Max bertemu Joy...Satu jam saling melepaskan hasrat dan peluh mereka. Kini Giselle sudah rapi dan bersih kembali, ia duduk di sofa menunggu Steve yang saat ini sedang meeting bersama tamunya.CeklekSuara pintu terdengar, Giselle menoleh dan melihat Steve masuk bersama sekretarisnya."Sudah selesai Baby?" Tanya Giselle ke arah Steve tidak mempedulikan Joy."Ahh? I—itu ya.." Kikuk Steve melirik ke arah Joy. Dirinya tidak sangka Giselle akan memanggilnya seperti itu di depan Joy."Kalau begitu, karena ini sudah jam pulang, saya pamit duluan Pak," Ucap Joy dan hendak berbalik."Joy, se—""Baby, come on... Kita butuh bicara saat ini!" Giselle memotong perkataan Steve."Hmm ok!" Jawab Steve singkat.Joy mengepal tangannya dan berjalan keluar ruangan tanpa menoleh lagi ke arah Steve."Jadi, apa maksud kamu kalau Bella ada affair dengan sahabatmu?" Tanya Giselle yang sangat penasaran."Iya, pria yang saat itu menemani Bella. Dia adalah sahabatku. Dia merupakan salah satu pemi
"Euhmm..." Erang Bella menarik tubuhnya yang terasa begitu segar. Merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.Dua ronde dengan durasi yang cukup panjang membuat Bella benar-benar kelelahan hingga terlelap dalam tidurnya yang cukup lama. Hingga tidak terasa, Bella melihat dari kaca besar kalau langit cerah sudah berganti malam."Austin..? Love..?" Gumam Bella mencari sosok pria yang sudah mengisi hatinya itu. Jauh dari Austin seperti ada sesuatu yang hilang.Tidak ada sahutan, Bella memaksa dirinya untuk membuka mata dan bangun dari tidurnya."Hahh?!! Hahhahha—"Terdengar sayup-sayup suara Austin yang sedang tertawa di luar sana. Bella menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sesuatu yang bisa dia pakai untuk menutup tubuhnya.Bella tersenyum senang ketika matanya menangkap bathrobe kimono berwarna biru untuk ukuran wanita yang tergantung. Bella berjalan dengan menyeret selimut yang dia pakai untuk menutupi tubuhnya.Dan lagi-lagi terukir sebuah senyuman indah di bibir Bella. Dirinya dapa
"Bosan padamu ? Itu tidak akan pernah terjadi sayang, selama nafasku masih berhembus !" Ucap Austin dengan suara berat nan seksinya.Dirinya mengangkat tubuh wanita cantik yang berbalut kimono biru itu dengan gaya bridal."Jadi, mari kita lanjutkan untuk ronde ketiga, hmm?" lanjut Austin dengan tatapan begitu seksi dan memberikan kecupan singkat di bibir kekasihnya itu."Oh my ! Sayang !" gumam Bella yang hanya bisa tersenyum melihat wajah kekasihnya, dirinya menyandarkan kepala di dada bidang Austin dengan nyaman. Tangannya sudah memeluk dada kekar nan hangat serta mengalungkan salah satunya di leher Austin.CeklekAustin membuka pintu kamar istirahatnya dan mendorong pintu berwarna hitam itu menggunakan punggungnya yang lebar.Kaca besar yang menjadi dinding diruangan tersebut membuat suasana kamar menjadi begitu romantis dengan view yang ditampilkan di luar sana, memperlihatkan warna langit yang berkelap kelip begitu indahnya. Membentang luas tanpa ada batasan.Sedangkan ketika kita
Di Bawah LangitDitindihnya tubuh Bella dan kembali Austin memberikan lumatan yang cukup lama dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Bella yang terbuka."Eugh..!"erang Bella ketika tangan Austin kini tengah memilin kedua puting payudaranya bergantian.Perlahan Austin turun dan menjilati sekujur leher Bella dan kini tengah berhadapan dengan dua bongkahan indah.Kedua tangan Austin kini memegang kedua payudara wanitanya dan meremasnya lembut kemudian, "EUhmm..Ini sangat enak sayang..." gumam Austin sambil mengulum puting berwarna coklat muda yang sudah mencuat begitu tegap.Bella dengan bebas ketika Austin terus bermain di kedua bongkahannya. Rasanya sungguh nikmat. Kenikmatan yang tidak dapat dia gambarkan dan nalarkan.Kenikmatan yang selalu membuatnya ingin lebih dan lebih."Sayang...Ini enak...!!"racau bella dan menaikkan punggungnya keatas membuat Austin semakin leluasa memainkan kedua payudara indah itu.Setelah bermain cukup lama, Austin melepaskan lumatan dan hisapannya. M
Sedangkan di sebuah rumah putih yang begitu megah. Seperti sebuah istana klasik. Terletak jauh dari pusat keramaian kota.Namun, sebenarnya di dalam kastil tersebut begitu banyak orang dengan kesibukan mereka masing-masing."LEPASKAN AKU!!!!" teriak Joy dengan histeris.Dirinya kini di tarik dengan kasar oleh Fergo dan Fergi, pria kembar yang sudah bertahun-tahun menjadi bodyguard dan asistent kepercayaan Madam Hana.Hana sudah mendengar cerita dari Max tentang Joy yang sudah mengganggu Tuan Austin.Walaupun Hana adalah seorang pemilik rumah bordir yang paling kejam dan tidak pandang bulu kepada siapapun. Dia selalu memandang hormat kepada Austin. Tidak pernah sekalipun dia melewati batas kepada Austin.Meskipun Austin yang dulunya seorang cassanova, tidak pernah sekalipun Hana berani menggoda Austin untuk naik keatas ranjangnya. Karena Hana mengetahui kisah Austin, mengapa pria yang sempurna seperti ini menjadi seorang cassanova. Hal itulah yang membuat Hana respect dan menghormati A
Bugh !Badan Joy terhempas di tepi ranjang yang empuk. Dibiarkannya Joy menangkupkan tubuhnya yang gemetar ketakutan. Dimana melihat pria yang terlihat sangat mirip ini sedang membuka semua pakaian yang mereka kenakan. Hingga tidak ada sehelai benang pun yang terlihat di tubuh mereka.Srat... BughFergo menarik kaki Joy hingga tubuhnya terempas. Di angkatnya kedua kaki Joy dan ditekuknya lalu di buka kedua paha Joy dengan lebar membuat Joy meringis kesakitan. Sedangkan Fergi sudah naik ke atas ranjang dan menarik tangan Joy hingga membuat dirinya bangun terduduk dengan paksa.Fergi menarik rambut belakang Joy hingga wajahnya menengadah ke atas melihat Fergi. Hingga mulutnya terbuka karena mengerang kesakitan."Eughhkk.. Ukhh.. Eugkk.." Sesak Joy ketika mulutnya sudah penuh mengulum milik Fergi yang belum tegap sempurna sampai membesar di dalam mulutnya. Kepalanya di maju mundurkan dengan kasar."Ahkk !!!" Desah tertahan Joy menyusul ketika merasakan inti tubuhnya bertemu dengan sesuat
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la