"Love, bangun ?!" bisik Bella lembut mengusap pipi Austin yang masih terlelap dalam tidurnya.Mendapatkan sentuhan dari kekasihnya, Austin perlahan membuka matanya dan tersenyum. "Morning love !" Dengan suara khas bangun tidurnya."Morning too, love !" Balas Bella tersenyum hangat.Austin meraup bibir Bella dan mengecupnya dengan lembut. Bella menerima ciuman Austin dengan sedikit bibir yang terbuka. Membuat Austin ingin melakukan ciuman pagi yang lebih lama.Dilumatnya bibir atas Bella dengan lembut, dan di balas oleh Bella melumat bibir bawah Austin. Austin mulai menyusupkan lidahnya ke dalam rongga mulut Bella dan mengabsennya setiap sudut."Euhm, sayang !" Gumam Bella menikmati ciuman Austin dan remasan tangan Austin di payudara Bella. Tangannya menyusup masuk dari balik kain gaun tidur Bella yang begitu tipis.Ciuman yang semakin panas membangkitkan gairah Austin. Dimana waktu tersensitif pria ketika baru bangun tidur. Perlahan kecupan Austin turun ke tengkuk leher dan di tulang
Bella berhenti dan turun kembali di antara kedua paha Austin sambil berlutut. Di masukkannya kembali tongkat perkasa Austin ke dalam mulutnya dan melakukan gerakan naik turun. Sedangkan kedua tangannya naik ke bagian dada Austin dan memainkan kedua puncuk dada Austin dengan lembut."Ah! Sayang !" Seru Austin menahan kepala Bella."Sayang !! A-aku keluar !!" Erangan Austin bersamaan menyemprotkan lava panasnya yang sangat banyak di dalam mulut Bella.Sudah tiga hari dia menahan diri selama kekasihnya itu datang bulan. Membuat cairannya yang tertimbun tumpah dengan begitu banyak."Eukhh... Eukhh !" Bella kesulitan menampung semua cairan yang masuk ke dalam mulutnya.Dengan sedikit kesulitan, Bella berusaha menelan semua cairan yang ada di dalam mulutnya. Meskipun ada sedikit yang keluar dari sudut bibirnya.Glek GlekAustin yang melihat kekasihnya meneguk semua cairannya menjadi tertegun. Dirinya langsung duduk dan mendekap wajah Bella."Sayang? Kamu?" Gumam Austin tidak percaya dengan
Tiga jam sebelumnya..."Apa kamu siap sayang?" Tanya Austin menggenggam erat tangan Bella.Bella menarik nafasnya dalam-dalam dan dihembuskannya perlahan. "Aku siap sayang," Bella menoleh ke arah Austin dan tersenyum.Austin menuntun Bella masuk ke dalam Kantor Pengadilan. Tanpa melepaskan tautan tangan mereka."Tuan Austin?" Sapa seorang pria yang kini berdiri di depan Austin dan Bella."Ya.. Evan.." Jawab Austin singkat."Silahkan Tuan ke arah sebelah sini," Ujar Evan memandu Austin dan Bella.Bella menoleh ke arah Austin, dan Austin mengangguk mengiyakan. Di perjalanan Bella bertanya, "Siapa sayang ?" Dengan sedikit berbisik."Hmm, Dia adalah Evan, salah satu kenalanku," Terang Austin kepada Bella."Ahh, Baiklah !" Jawab Bella mengerti.Kini mereka berdua sudah berada di sebuah ruangan kantor."Silahkan duduk Tuan Austin dan Nyonya Bella.." Ujar Evan dengan ramah.Austin menuntun Bella untuk duduk terlebih dahulu, lalu dirinya menyusul duduk di sebelah Bella.Evan juga mengambil po
Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit. Evan kembali ke sofa dan duduk di hadapan dua pasangan yang begitu meresahkan para jomblo diluar sana. Bahkan Evan sangat yakini. Bukan hanya para jomblo yang bakal iri. Para pasangan suami istri lain pun akan ikut iri melihat keromantisan mereka berdua."Ini Kakak Ipar, silahkan dibaca terlebih dahulu.." Ujar Evan sambil menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Bella."Berhenti memanggilku seperti itu Evan, kamu cukup memanggilku dengan Bella," Balas Bella. Yang spontan membuat Evan tertawa mendengar perkataan Bella."Pffttt.. Hahhaha ! Lihat Kak Austin ! Sepertinya Kak Bella tidak mengakuimu !" Seru Evan sambil tertawa terbahak-bahak karena berhasil membalas Kakak sepupu laknatnya itu.Austin melihat tajam ke arah Adik sepupunya, "Ka—!""Bukan begitu Evan! Aku hanya sedikit malu saat kau memanggil seperti itu!" Potong Bella jujur. Bukannya dia tidak senang dengan panggilan Evan kepada dirinya. Hatinya berbunga-bunga tidak karuan mendengar
Bella begitu geram mendengar perkataan suaminya yang tidak memiliki perasaan seperti itu. Kenapa dengan mudahnya memainkan perasaan orang. Apa hanya dengan permintaan maaf dan melupakan kejadian tersebut. Semuanya akan kembali seperti semula. Seperti tidak ada yang terjadi."Apa seperti itu yang dia inginkan ? Menyelesaikan semuanya dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan !" Gumam Bella tidak percaya."Are you okay, love ?" Ucap Austin menggenggam erat tangan Bella dan menatap kekasihnya itu dengan lekat.Austin dapat mendengar semua percakapan antara Bella dan Steve. Karena memang Bella tadi menekan tombol loudspeaker. Agar Austin dapat mendengarkannya langsung.Sebenarnya sedari tadi Austin ingin langsung memutuskan sambungan telpon tersebut dan mendatangi Steve. Mendengar Steve membentak dan menggertak Bella seperti itu membuat dirinya hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kuat menahan amarahnya."Hmm, I'm okay !" Balas Bella memaksakan dirinya untuk tersenyum."Sayang?"
"Iya tentu saja! Tunggu sebentar, biar saya menghubunginya dulu!" Ujar Ken kemudian mengambil ponselnya.Setelah lima menit, Ken berjalan mendekati Siska dan Cecilia. Dirinya tersenyum lebar.“Kamu bisa mengisinya hari ini juga !!" Seru Ken."Yesss! Terima kasih Ken! Terima kasih !!" Siska berseru dengan semangat langsung spontan memeluk tubuh Ken yang berdiri di depannya saat ini.Deg !Mereka berdua sama-sama terdiam beberapa detik."Maaf Ken! Aku terlalu bersemangat !" Ucap Siska dengan raut wajah memerah. Siska mulai melepaskan pelukannya.GrepKen menarik kembali tubuh Siska ke dalam dekapannya. Kini dirinya pun membalas pelukan dari Siska.Deg deg degKen ingin memastikan kenapa jantungnya berdegup begitu kencang begitu berada di dekat Siska. Dan benar saja, debaran jantung miliknya kembali berdetak semakin cepat. Namun bukan hanya suara degupan jantung miliknya yang dia dengar. Tetapi dia dapat mendengar degupan jantung dari wanita berparas manis di dalam dekapannya ini."Ken..?
Steve yang saat ini sedang kebingungan hanya bisa menatap nanar layar ponselnya. Dia tidak dapat mencari satupun alasan kenapa beberapa klien secara tiba-tiba menghentikan kontrak kerjasama mereka, bahkan rela membayar denda pembatalan kontrak.Steve memijit keningnya yang terasa sakit. Apalagi sekarang dia harus menyelesaikan masalah di bagian pengiriman. Tidak adanya Nick selama beberapa hari ini membuat pekerjaannya semakin tidak dapat dia hadapi sendiri. Sedangkan untuk mencari pengganti Asisstent yang baru juga membutuhkan waktu."Arghh! Ada apa dengan mereka semua !!"Geram Steve.Joy mendekati Steve dan berdiri tepat di sisi Steve."Apa ada hubungannya dengan Pak Austin?" Sela Joy yang sontak membuat Steve melihatnya."Apa maksud kamu Joy ?!" Tanya Steve sambil menaikkan satu alisnya."Uhmm, ini hanya perkiraan saya saja sayang. Bukankah Tuan Kim dan beberapa klien yang memutuskan kerja sama sebelumnya itu dekat dengan Pak Austin ?" Balas Joy mengutarakan pendapatnya."Kan kamu
Dan kini Austin dan Bella berada di dalam mobil yang mereka kendarai."Kamu mau mengajakku ke mana love ?" Tanya Bella penasaran. Karena Austin belum memberitahukan ke mana tujuan mereka selanjutnya.Austin menoleh sebentar ke arah wanita cantik di sampingnya dengan raut wajah penasarannya yang sangat menggemaskan. Austin tersenyum dan berkata, "Sedikit lagi kita tiba... Nyonya Austin..."Blush"Nyonya Austin??" Ulang Bella dengan wajah memerah. "Kamu jangan asal bicara seperti itu sayang. Kalau ada yang mendengarnya pasti akan salah paham.." Kilah Bella karena merasa dirinya belum pantas untuk di panggil seperti itu.Austin hanya tersenyum melihat wajah memerah dan sikap salah tingkah kekasihnya itu.Lima belas menit akhirnya kendaraan Austin masuk ke dalam lingkungan Tower tinggi yang menjulang dan tertulis Orion Corporation."Sayang, kamu ada pertemuan di perusahaan ini?" Tanya Bella. Dirinya sangat terpesona dengan kemegahan Tower Tinggi yang ada di depannya saat ini."Hmm, iya say