Nick menyalakan vibrator dan langsung memasukkan alat kecil itu ke dalam liyang kewanitaan Joy dengan mudah karena sudah basah."Akhh !!!" erangan Joy merasakan hantaman getaran di dalam tubuhnya. Sekujur tubuhnya menjadi tegang dan geli secara bersamaan.Joy membuka lebar kedua pahanya dan terus mendesah. Tidak cukup puas melihat ekspresi Joy yang biasa saja. Nick mengambil vibrator lainnya dan menyalakannya dengan getaran maksimal."Eughhh!!!! Nick !! Nick !! AKhh !" teriakan Joy memenuhi ruangan mendapatkan serangan double di inti tubuhnya."A... aku keluar!! Ahhhh ! Ahhhh!!!" Teriak Joy mendapatkan or-gas-me pertamanya dengan mengangkat tinggi pinggulnya."Satu...." seru Nick menghitung berapa kali Joy akan mendapatkan orgasme.Karena alat tersebut tidak Nick singkirkan, membuat Joy kembali mendapatkan serangan orgasme keduanya di dalam li-yang kewanitaan yang terasa sangat sensitif."Nick... Ahhh... Master !!!" erang Joy yang menggeliat tidak karuan karena tangannya terikat. Memb
"Love, bangun ?!" bisik Bella lembut mengusap pipi Austin yang masih terlelap dalam tidurnya.Mendapatkan sentuhan dari kekasihnya, Austin perlahan membuka matanya dan tersenyum. "Morning love !" Dengan suara khas bangun tidurnya."Morning too, love !" Balas Bella tersenyum hangat.Austin meraup bibir Bella dan mengecupnya dengan lembut. Bella menerima ciuman Austin dengan sedikit bibir yang terbuka. Membuat Austin ingin melakukan ciuman pagi yang lebih lama.Dilumatnya bibir atas Bella dengan lembut, dan di balas oleh Bella melumat bibir bawah Austin. Austin mulai menyusupkan lidahnya ke dalam rongga mulut Bella dan mengabsennya setiap sudut."Euhm, sayang !" Gumam Bella menikmati ciuman Austin dan remasan tangan Austin di payudara Bella. Tangannya menyusup masuk dari balik kain gaun tidur Bella yang begitu tipis.Ciuman yang semakin panas membangkitkan gairah Austin. Dimana waktu tersensitif pria ketika baru bangun tidur. Perlahan kecupan Austin turun ke tengkuk leher dan di tulang
Bella berhenti dan turun kembali di antara kedua paha Austin sambil berlutut. Di masukkannya kembali tongkat perkasa Austin ke dalam mulutnya dan melakukan gerakan naik turun. Sedangkan kedua tangannya naik ke bagian dada Austin dan memainkan kedua puncuk dada Austin dengan lembut."Ah! Sayang !" Seru Austin menahan kepala Bella."Sayang !! A-aku keluar !!" Erangan Austin bersamaan menyemprotkan lava panasnya yang sangat banyak di dalam mulut Bella.Sudah tiga hari dia menahan diri selama kekasihnya itu datang bulan. Membuat cairannya yang tertimbun tumpah dengan begitu banyak."Eukhh... Eukhh !" Bella kesulitan menampung semua cairan yang masuk ke dalam mulutnya.Dengan sedikit kesulitan, Bella berusaha menelan semua cairan yang ada di dalam mulutnya. Meskipun ada sedikit yang keluar dari sudut bibirnya.Glek GlekAustin yang melihat kekasihnya meneguk semua cairannya menjadi tertegun. Dirinya langsung duduk dan mendekap wajah Bella."Sayang? Kamu?" Gumam Austin tidak percaya dengan
Tiga jam sebelumnya..."Apa kamu siap sayang?" Tanya Austin menggenggam erat tangan Bella.Bella menarik nafasnya dalam-dalam dan dihembuskannya perlahan. "Aku siap sayang," Bella menoleh ke arah Austin dan tersenyum.Austin menuntun Bella masuk ke dalam Kantor Pengadilan. Tanpa melepaskan tautan tangan mereka."Tuan Austin?" Sapa seorang pria yang kini berdiri di depan Austin dan Bella."Ya.. Evan.." Jawab Austin singkat."Silahkan Tuan ke arah sebelah sini," Ujar Evan memandu Austin dan Bella.Bella menoleh ke arah Austin, dan Austin mengangguk mengiyakan. Di perjalanan Bella bertanya, "Siapa sayang ?" Dengan sedikit berbisik."Hmm, Dia adalah Evan, salah satu kenalanku," Terang Austin kepada Bella."Ahh, Baiklah !" Jawab Bella mengerti.Kini mereka berdua sudah berada di sebuah ruangan kantor."Silahkan duduk Tuan Austin dan Nyonya Bella.." Ujar Evan dengan ramah.Austin menuntun Bella untuk duduk terlebih dahulu, lalu dirinya menyusul duduk di sebelah Bella.Evan juga mengambil po
Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit. Evan kembali ke sofa dan duduk di hadapan dua pasangan yang begitu meresahkan para jomblo diluar sana. Bahkan Evan sangat yakini. Bukan hanya para jomblo yang bakal iri. Para pasangan suami istri lain pun akan ikut iri melihat keromantisan mereka berdua."Ini Kakak Ipar, silahkan dibaca terlebih dahulu.." Ujar Evan sambil menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Bella."Berhenti memanggilku seperti itu Evan, kamu cukup memanggilku dengan Bella," Balas Bella. Yang spontan membuat Evan tertawa mendengar perkataan Bella."Pffttt.. Hahhaha ! Lihat Kak Austin ! Sepertinya Kak Bella tidak mengakuimu !" Seru Evan sambil tertawa terbahak-bahak karena berhasil membalas Kakak sepupu laknatnya itu.Austin melihat tajam ke arah Adik sepupunya, "Ka—!""Bukan begitu Evan! Aku hanya sedikit malu saat kau memanggil seperti itu!" Potong Bella jujur. Bukannya dia tidak senang dengan panggilan Evan kepada dirinya. Hatinya berbunga-bunga tidak karuan mendengar
Bella begitu geram mendengar perkataan suaminya yang tidak memiliki perasaan seperti itu. Kenapa dengan mudahnya memainkan perasaan orang. Apa hanya dengan permintaan maaf dan melupakan kejadian tersebut. Semuanya akan kembali seperti semula. Seperti tidak ada yang terjadi."Apa seperti itu yang dia inginkan ? Menyelesaikan semuanya dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan !" Gumam Bella tidak percaya."Are you okay, love ?" Ucap Austin menggenggam erat tangan Bella dan menatap kekasihnya itu dengan lekat.Austin dapat mendengar semua percakapan antara Bella dan Steve. Karena memang Bella tadi menekan tombol loudspeaker. Agar Austin dapat mendengarkannya langsung.Sebenarnya sedari tadi Austin ingin langsung memutuskan sambungan telpon tersebut dan mendatangi Steve. Mendengar Steve membentak dan menggertak Bella seperti itu membuat dirinya hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kuat menahan amarahnya."Hmm, I'm okay !" Balas Bella memaksakan dirinya untuk tersenyum."Sayang?"
"Iya tentu saja! Tunggu sebentar, biar saya menghubunginya dulu!" Ujar Ken kemudian mengambil ponselnya.Setelah lima menit, Ken berjalan mendekati Siska dan Cecilia. Dirinya tersenyum lebar.“Kamu bisa mengisinya hari ini juga !!" Seru Ken."Yesss! Terima kasih Ken! Terima kasih !!" Siska berseru dengan semangat langsung spontan memeluk tubuh Ken yang berdiri di depannya saat ini.Deg !Mereka berdua sama-sama terdiam beberapa detik."Maaf Ken! Aku terlalu bersemangat !" Ucap Siska dengan raut wajah memerah. Siska mulai melepaskan pelukannya.GrepKen menarik kembali tubuh Siska ke dalam dekapannya. Kini dirinya pun membalas pelukan dari Siska.Deg deg degKen ingin memastikan kenapa jantungnya berdegup begitu kencang begitu berada di dekat Siska. Dan benar saja, debaran jantung miliknya kembali berdetak semakin cepat. Namun bukan hanya suara degupan jantung miliknya yang dia dengar. Tetapi dia dapat mendengar degupan jantung dari wanita berparas manis di dalam dekapannya ini."Ken..?
Steve yang saat ini sedang kebingungan hanya bisa menatap nanar layar ponselnya. Dia tidak dapat mencari satupun alasan kenapa beberapa klien secara tiba-tiba menghentikan kontrak kerjasama mereka, bahkan rela membayar denda pembatalan kontrak.Steve memijit keningnya yang terasa sakit. Apalagi sekarang dia harus menyelesaikan masalah di bagian pengiriman. Tidak adanya Nick selama beberapa hari ini membuat pekerjaannya semakin tidak dapat dia hadapi sendiri. Sedangkan untuk mencari pengganti Asisstent yang baru juga membutuhkan waktu."Arghh! Ada apa dengan mereka semua !!"Geram Steve.Joy mendekati Steve dan berdiri tepat di sisi Steve."Apa ada hubungannya dengan Pak Austin?" Sela Joy yang sontak membuat Steve melihatnya."Apa maksud kamu Joy ?!" Tanya Steve sambil menaikkan satu alisnya."Uhmm, ini hanya perkiraan saya saja sayang. Bukankah Tuan Kim dan beberapa klien yang memutuskan kerja sama sebelumnya itu dekat dengan Pak Austin ?" Balas Joy mengutarakan pendapatnya."Kan kamu
“Hai salam kenal,” sapa Elle ramah kepada Pauline.Pauline tidak menyangka kalau Ludwig terang – terangan seperti itu. “Oh hai, aku Pauline. Salam kenal. Kebetulan aku kenalan lama dari Ludwig.”Elle tersenyum, “Oh ya? Senang berkenalan denganmu Pauline. Ini aku ada bawakan sarapa untukmu. Semoga kamu menyukainya.” Ucap Elle sambil menyodorkan satu box wadah makanan kepada Pauline.Pauline menerimanya, “Terima kasih Elle, aku pasti akan menyukainya.”“Ok kalau begitu, kamu nanti bicarakan dengan kepala desa tentang apa yang ingin kamu lakukan di sini.” Ujar Ludwig kepada Pauline lalu menengok ke Elle. “Ayo sayang, mereka pasti sudah menunggu kita.” Sambung Ludwig berbicara dengan lembut kepada Elle.“Iya sayang,”“Kami duluan ya Pauline…” pamit Elle kepada Ella. Namun baru tiga langkah, Pauline memanggil Ludwig.“Lud!”Langkah kaki Ludwig dan Elle berhenti lalu menengok ke belakang.“Ya?”“Uhm, apa bisa kamu yang bimbing aku selama aku di sini?” ujar Pauline yang langsung membuat Ludw
“Ada apa?” tanyanya berusaha tenang.“Aku mau mandi, tapi tidak ada air.” Ucap Pauline sambil memegang handuknya di depan dadanya.“Oh iya maaf, aku lupa bilang. Kalau kamu mau air. Kamu harus memompa air disini.” Jelas Ludwig sambil menunjukka pompa yang ada di dekat kamar mandi. Tanpa Ludwig tahu ternyata Pauline sudah menyusulnya.Begitu Ludwing berbalik betapa terkejutnya, Pauline sudah ada di belakangnya. “Hmm, iya. Tapi apa bisa kamu ajar aku caranya memompa.”“Damn! Kenapa dia hanya mengenakan handuk seperti ini.” Seru Ludwig dalam hati.“Hmm, baiklah…” ujar Ludwig. Dan memberikan contoh cara memompa air.“Ok, biar aku coba!” seru Pauline dengan bersemangat. Wanita manis, mungil tapi menonjol di beberapa area itu terlihat begitu bersemangat mengikuti tutorial cara memompa air.Pauline kemudian memompa air seperti yang di lakukan Ludwig, tapi hal tersebut sangat berbahaya dengan jantung dan boa Ludwig. Bagaimana tidak. Setiak Pauline mengangkat tangannya, handuk tersebut akan i
Satu minggu berlalu, karena orang tua Elle menggunakan pengiriman ekspress. Hari ini semua barang pesanannya tiba tanpa kekurangan. Bahkan kedua orang tua Elle memberikan perlengkapan yang mendukung untuk perkebunan nantinya.“Hufftt… Akhirnya selesai juga…” seru Elle begitu merapikan pupuk dan bibit di dalam ruang penyimpanan.Sedangkan Ludwig dan rekan - rekannya bertugas mengangkat barang - barang berat. Mereka juga di bantu oleh beberapa warga lokal.“Pak Dokter…!” seru kepala desa tiba – tiba.“Iya?”“Maaf, apa saya bisa minta waktu anda sebentar? Ada tamu yang baru saja tiba. Dan saya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.” Ujar Kepala Desa dengan tidak enak hati karena harus menyusahkan Ludwig kembali.“Tentu saja Pak, tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tangan terlebih dahulu.”“Baik Pak Dokter,” Kepala desa pun berlalu menemui tamu yang di maksud.Ludwig segera membersihkan tangannya. Menengok kiri dan kanan mencari Elle.“Hanz, kamu lihat Elle?”“Sepertinya masih di Gu
Satu bulan pun berlalu. Ludwig dan Elle sudah hidup bersama. Mereka sudah seperti selayaknya pasangan yang tidak terpisahkan. Para warga lokal juga sangat menyayangi Elle dan Ludwig.“Sayang, sudah dulu… Besok lagi kamu lanjut ya…?” ucap Ludwig lembut menghampiri Elle yang saat ini melukis hanya dengan menggunakan gaun tidur yang begitu tipis.“Hmm… dikit lagi sayang, tinggal satu arsiran lagi.” Balas Elle dengan manja.Ludwig menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya dari belakang lalu menyandarkan dagunya di pundak Elle. Mencumbu dan menghirup aroma manis dari tubuh kekasihnya.“Sayang, geli….” Rengek manja Elle di ganggu oleh Ludwig.“Lanjut saja, aku temanin.” Ujar Ludwig.Elle mengerecutkan bibirnya, “Bagaimana bisa lanjut kalau kamu seperti ini?”Ludwig tertawa kecil. “Iyah.. iyah… Kamu lanjutkan dulu, aku siapkan air minum dan vitamin.” Sebelum keluar Ludwig mengecup puncak kepala Elle. Pria itu keluar mangambil segelas air dan vitamin untuk mereka berdua.Dan di saat Ludwig m
“Hmm, kamu benar. Takdir kembali mempertemukan kita berdua.”Ludwig mengambil tangan Elle. Menggenggamnya dengan lembut. Elle tersenyum dan ikut menggenggam tangan nya. Mereka berdua berjalan dalam diam menikmati hamparan bintang di atas langit. Hingga mereka tiba di depan rumah.Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Ludwig mengantar Elle sampai di depan pintu kamar wanita cantik itu. Jantung Elle berdebar begitu cepat.Elle membuka pintu kamarnya, namun Ludwig masih enggan melepaskan wanita cantik itu. Rasa rindunya belum rela berpisah dengan Elle.Begitu Elle melangkah kakinya masuk, Ludwig menarik tangan Elle. “El…”Jantung Elle berdegup semakin cepat, “Ya?”Ludwig tersenyum lembut, “Bukan hanya karena takdir seperti yang kamu katakan. Aku mengatakan ini karena aku sungguh mencintaimu, sampai detik ini. Perasaanku padamu tidak pernah berkurang. Yang ada aku semakin merindukanmu di setiap helaan nafasku.”“Maukah kamu mau menjadi kekasihku El?” tanya Ludwig menatap lurus manik indah
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la