Tangan Bella gemetar mendengar semua perkataan Steve. Semua kata-kata yang diucapkan Steve seperti bualan baginya dan terdengar sangat memualkan."Oekk..." perut Bella terasa mual dan dengan cepat memutuskan sambungan telpon dari Steve.Bella berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya ke dalam westafel."Oekk... Oekk.."Austin yang baru saja tiba di apartement mendengar suara Bella dari kamar mandi di ruang tamu."Sayang...?!" seru Austin."Humppt..."Austin segera berlari ke arah kamar mandi."Sayang.. Kamu kenapa..??" panik Austin melihat Bella memegang perutnya dan mengeluarkan semua isi perutnya."Hmm..." balas Bella yang mengangkat tangannya menandakan dirinya baik-baik saja.Austin mengusap lembut belakang Bella hingga kekasihnya itu merasa lebih baikan."Sudah sayang..?" tanya Austin yang melihat Bella membasuh mukanya. Dan dijawab dengan anggukan kecil Bella.Austin dengan cepat mengambil handuk kecil di laci westafel dan mengeringkan wajah Bella dengan lembut."Ayo
Joy yang merasa sangat kesal melihat Steve mengacuhkan dirinya karena telpon dari Bella memutuskan pergi ke ruang pantry."Eh.. Cindy..? Kamu di sini..?" sapa Joy yang melihat Cindy tengah duduk sendirian sambil meminum teh."Hai Joy... kamu juga ke sini..?" balas Cindy dengan wajah lesu."Iya, lagi gak ada kerjaan," ujar Joy sambil membuat segelas teh."Bagaimana dengan wajah Pak Steve...?" tanya Cindy."Ya begitulah... Kalau Pak Austin..?" tanya Joy balik karena memang penasaran juga dengan keadaan Austin."Yang aku lihat, hanya sedikit memar di pipi dan sudut bibirnya berdarah.”"Memangnya ada masalah apa sih..?" sambung Cindy yang tidak menahu apa alasan keributan antara Bosnya dan Bosnya Joy.Joy yang enggan menceritakan masalah pribadi Steve pun hanya mengangkat bahunya, "Entahlah...""Ehh iyaa..!! By the way, tadi aku lihat Pak Austin lagi video call sama kekasihnya loh..!! Ahhhh... Aku gak nyangka kalau Pak Austin bisa jadi orang yang manis banget sama pasangan... Pak Austin b
"Ada apa..??!" tanya Ken kaget."Kamu yang awasi..!! Aku janji akan mentraktirmu selama satu bulan penuh...!!!" ujar Fin sebelum Ken melihat apa yang sudah menodai matanya."Seriuss?? OK DEAL!!" setuju Ken semangat dan meraih ponsel milik Fin dari tempat tidur.Dan tepat saat Ken melihatnya."Fuck You Fin! Aku akan mentraktirmu selama dua bulan!" tantang Ken yang kembali melempar ponsel tersebut ke tempat tidur."No...!!! Kau sudah menyetujui perjanjian awal..!!" seru Fin penuh kemenangan dan tersenyum puas."Sh*it...!!!" maki Ken mau tidak mau mencemari matanya dengan adegan yang begitu durjana bagi dirinya"Awas kamu ikut masuk ke room sebelah...!! Hahahahhahahahha...!" Celutuk Fin dan tertawa terbahak-bahak."Diamlah sebelum aku membunuh mereka berdua di sebelah saat ini juga..!!!" geram Ken yang sudah meraih pistol di saku jasnya.GlekFin langsung terdiam. Karena apabila Ken sudah mengatakan seperti itu. Dia tidak akan segan-segan untuk melakukan apa yang dia katakan.Ken merupak
Bella sudah mulai gelisah menunggu Austin yang sudah terlalu lama hanya untuk membeli sebungkus pembalut.Apalagi saat ini, Austin tidak membawa ponselnya. Membuat Bella tidak bisa menanyakan keberadaan kekasihnya itu."Astaga... Ini sudah lebih tiga puluh menit...!" ujar Bella khawatir melihat ke arah layar ponselnya.Bella berdiri dengan tenang di satu tempat. Tapi hatinya begitu gelisah."Dia tidak kenapa-napa kan..?" gumam Bella menggigit ujung ibu jarinya.Biipp biipp biipppCeklekMendengar suara pintu dibuka. Bella langsung berlari ke arah pintu. Karena Austin belum juga masuk."Sa—""Haii.. sayang...!" Austin dengan kesusahan membawa masuk empat kantong paper bag besar di tangannya.Bella membantu dengan membuka pintu dengan lebar."Kamu beli apa sayang sebanyak ini..??!" tanya Bella yang belum melihat isi dari paper bag."Hhhaaahh.. Hufttt...!" Austin mengatur nafas setelah menaruh semua paper bag tersebut di atas sofa."Pembalut kamu sayang..." jawab Austin santai dan tersen
“Bella?” seru Steve panik melihat istrinya berada di depan pintu dengan begitu cantik.Dress hitam dengan di baluti blazer hitam bergaris halus—berdiri melihat dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan.Steve sontak berdiri. Sadar kalau saat ini dirinya sedang memangku Joy.Bella yang melihat itu semua. Hanya berjalan santai dan mendekat."Hai sayang..." sapa Bella kepada Steve tapi tatapannya pindah ke arah Joy yang hanya bisa terdiam."Kalau begitu saya permisi Pak Steve.. Bu.." sela Joy yang merasa harus keluar."Ah iya... Siapa nama kamu??" balas Bella dengan dingin ke arah Joy."Joy, Bu.." jawab Joy.Steve hanya bisa terpesona dengan penampilan Bella saat ini. Bella terlihat sangat cantik dan berkelas."Terima kasih sudah menyuapi suamiku... Ternyata tugas seorang sekretaris sangat sulit..." sarkas Bella datar.Kemudian berjalan mendekati Steve."Kenapa kamu menyulitkan sekretarismu, sayang?" ucap Bella manja kepada Steve.Deg"Apa Bella sudah tidak marah..?" batin Steve."Ti-t
Joy pun hanya bisa melihat semuanya. Dirinya masih tidak percaya. Steve dengan mudahnya bisa membuangnya."Kamu mau naik taksi?" tanya Steve penasaran."Entahlah...?! Lagi pula aku sudah biasa! Dan aku sedikit bo—san dengan Bart..!" jawab Bella sambil melirik sekilas ke arah Steve. Kemudian masuk ke dalam lift.Steve pun mengikuti Bella. Membuat Bella tersenyum. Semuanya berjalan sesuai rencananya.TingBella keluar dari lift."Kenapa Bella ke ruangan Austin?!" pikir Steve.Bella berjalan sedikit lambat agar Steve tidak tertinggal oleh langkahnya."Kenapa kamu ke sini!" tanya Steve penasaran."Oh... Aku hanya tidak enak kalau harus langsung pulang dan tidak menyapa Austin," jawab Bella santai."Ah.. iya.." jawab Steve. Dirinya masih terlalu canggung untuk bertemu Austin. Tapi tiba-tiba egonya muncul.Dia ingin membuktikan kepada Austin kalau Bella benar-benar kembali padanya dengan sendirinya, “Aku akan memperlihatkan padamu Austin! Bella tidak akan bisa hidup tanpaku!” Steve bermonol
Di parkiran mobil. Austin membuka pintu mobil untuk Bella. Seperti biasa, dirinya akan menahan bagian atas kepala Bella."Terima kasih, Austin..." jawab Bella sambil tersenyum.Austin hanya melihat kekasihnya itu. Dirinya masih belum lepas dari rasa terkejutnya. Lalu menutup pintu mobil dan berlari kecil memutar di depan masuk ke kursi kemudi.BrakBunyi suara pintu mobil yang ditutup dengan tergesa-gesa."Sayang...?" seru Austin begitu masuk ke dalam mobil."Iya..?" balas Bella sambil mengedip-ngedipkan matanya dan tersenyum manja.Grep"Euhmmpp... Sayang..." gumam Bella yang sudah membalas ciuman dari Austin.Lima menit mereka saling bercumbu dengan lembut dan intim.Cup..!Satu kecupan lembut menutup ciuman panjang mereka. Austin mengusap lembut bibir Bella dengan ibu jarinya."Kamu membuatku terkejut sayang, lalu sama siapa kamu datang? Kamu tidak jalan sendiri kan? Max antar kamu ‘kan saya
Cup !Bella mengecup pipi Austin yang tepat ada di depannya.Austin mengambil blazer Bella dan membantu Bella untuk mengenakannya kembali."Cantik!" puji Austin."Thank you...!" jawab Bella tersenyum.Setelah itu Bella masuk ke dalam perusahaan milik Daniel."Permisi, saya ingin bertemu Pak Daniel..." ucap Bella kepada Resepsionis."Iya Bu..? Apa sudah buat janji..?" tanya Resepsionis wanita tersebut dengan ramah."Ah iya, saya lupa membuat janji..." jawab Bella."Iya Bu, Maaf... Saya hanya melakukan prosedur dan—""Tidak masalah," sela Sebas yang baru saja keluar dari lift tadi mendengar percakapan antara wanita yang beberapa hari ini membuat Bosnya lupa waktu dan resepsionis mereka."Ya Pak Sebas..?" tanya ulang Resepsionis wanita tersebut.Sebas hanya mengangkat tangannya menandakan tidak ada masalah."Silahkan Nona Bella..." sapa Sebas sopan kepada Bella."Ah iya terima kasih.
“Oh my! Love! Aku mau keluar!” geram Austin. Bella semakin mempercepat gerakan kepalanya dan lidahnya bermain semakin liar di dalam sana. Hingga suara geraman suaminya dan hentakan pinggul suaminya yang membuat boa Austin semakin masuk ke dalam tenggorokannya. Cairan hangat dan putih kental itu memenuhi mulut Bella. Wanita cantik itu tersenyum, menyambut semua cairan cinta suaminya itu, ia tak melepaskan milik Austin, ia bahkan menghisap ujung lobang mister p suaminya itu, mengeluarkan semua cairannya dan menelannya tanpa sisa. Kemudian ia melepaskan milik suaminya dan berkata dengan erotis, “Ini sudah bersih sayang.” “Oh my! Love!” suara berat Austin yang langsung membaringkan tubuh istrinya, membuat posisi mereka berbalik. Ia menindih Bella dan melumat bibir istrinya itu. Menatap sang istri penuh cinta. “Enak?” tanya Bella lembut dengan napas berat. “Sangat… dalam sekejap kamu membuatku keluar…” jawab Austin tersenyum puas kepada sang istri, kemudian ia menjilati tengkuk lehe
Ini adalah bab spesial buat kalian semua sayang-sayangkuh ~~~ Semoga kalian suka ya ^^ ----Sebelum baca part ini, ada baiknya kalian lihat video di i9 @ma2.zan >,
Vladimir melihat putranya dan mengangguk setuju.“Terima kasih Ayah,” ucapnya dan melihat ke arah Bryan. “Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan Bryan,”“Tentu saja Paman,” jawab Bryan dengan senyuman yang begitu dingin.Pria itu kemudian undur diri dan pamit dari semuanya untuk menghubungi pasukan salju merah untuk mencari keberadaan keluarga Drake hingga tujuh turunan.“Basmi semuanya dan sisakan pria yang bernama Drake,” ujar Austin kepada Bryan. Bryan pun menyetujuinya.Dan hanya dalam beberapa hari semua keturunan keluarga pengusaha Drake tidak ada lagi di daftar penduduk. Kecuali tersisa Drake yang kini berada di Gudang yang begitu gelap.Austin dan Ludwig masuk ke dalam Gudang tersebut, bersama Max dan tentu saja beberapa bawahan Austin dan keluarga Vladislav.Begitu ikatan mata Drake di buka, betapa terkejutnya pria itu melihat pria yang ada di depannya. “Ka… kauuu…kauuu…?” gumamnya tergugu. Suaranya terdengar gemetar.Ludwig menyeringai, “Kenapa ? Apa kau terkejut melihat mayat
Waktu pun berlalu, keesokan paginya Bella bangun dengan masih berpelukan dengan Elle. Setelah menghabiskan waktu sampai jam satu malam, Ibu dan ana kini benar – benar bercerita tentang kehidupan mereka.Bella dengan jujur bercerita tentang rumah tangga nya yang pernah gagal bersama suami pertamanya, namun sekarang dia hidup dengan penuh cinta dalam keluarga suaminya. Serta orang – orang di sekelilingnya yang begitu mencintainya.Elle yang akhirnya bangun tersenyum lembut menatap wajah cantik putri kesayangannya itu. Putrinya yang membuat hidupnya bagaikan di neraka. Tiada hari tanpa ia memikirkan Bella di setiap helaan nafasnya. Kini ia bisa melihat, bahkan menyentuh wajah cantik Bella.“Kamu tumbuh menjadi wanita yang hebat, nak.” Ucap Elle lembut sambil membelai wajah putrinya.“Mom ?” gumam Bella dengan suara serak manjanya kepada Elle. Menandakan wanita cantik itu juga baru terbangun.“Kamu sudah bangun sayang?” tanya Elle lembut.Bella mengangguk pelan.Dan tiba – tiba pintu terb
Austin, Bryan, Ludwig, Arthur, dan Edelmiro duduk di halaman belakang mansion milik Austin dan Bella yang begitu luas. Di sekitar mereka, terdapat kolam renang yang begitu indah dan taman yang indah dengan berbagai macam tanaman dan bunga yang tumbuh subur.Kolam renang yang sangat besar terletak tepat di tengah-tengah halaman belakang, berwarna biru kehijauan dan dipenuhi dengan air yang jernih. Air di kolam renang tersebut mengalir secara perlahan, menghasilkan suara gemericik yang menenangkan. Di sekitar kolam renang, terdapat beberapa kursi mewah yang didesain khusus untuk bersantai di sekitar kolam renang.Di sekeliling kolam renang, terdapat taman yang dipenuhi dengan berbagai macam tanaman dan bunga yang tumbuh subur. Ada beberapa jenis pohon besar yang menghasilkan naungan yang lebat, memberikan kesan sejuk dan menenangkan. Taman juga dilengkapi dengan beberapa patung dan ornamen dekoratif yang menambah kesan elegan dan artistik.Di satu sudut taman, terdapat sebuah teras kayu
Hidangan pun mulai di sajikan satu per satu. Kepiawaian Elle dan Laras di dapur membuat mereka menyajikan makanan yang begitu lezat.“Lalu aku dengar dari Bryan kalau kau sekarang menjabat sebagai direktur utama di rumah sakit besar di Irlandia ? Dan Elle adalah pemilik Galeri terbesar di sana?”“Benar, kedua mertuaku yang begitu shock mendengar cerita kami dan melihat keadaan kami merasa sangat bersedih. Mereka memberikan support yang begitu besar kepada kami berdua. Aku di bangunkan sebuah rumah sakit dan akhirnya berkembang seperti saat ini. Dan Elle diberikan Galeri seni agar anak perempuannya itu tidak bersedih dan larut memikirkan Bella.” Jelas Ludwig.Arthur mengangguk dan kemudian menyeringai, “Dan katanya kau adalah keturunan –“Ting tongBel pintu kembali berbunyi. Austin kembali berdiri untuk membuka pintu menyambut tamu yang datang. Arthur dan Ludwig menhentikan percakapan merekaTerlihat Edelmiro dan Agatha berdiri di depan pintu dengan membawa begitu banyak tentengan kan
“Jadi bagaimana sampai Daddy dan Mommy hidup di Irlandia ?” tanya Bella.Elle tertunduk sedih, “Setelah kondisi kami sudah membaik, Grandpa dan Grandma mu membantu kami untuk pulang. Sedangkan sahabat Daddy dan Mommy juga pergi berpencar ke negara yang berbeda dengan identitas baru kami.”“Grandpa dan Grandma mu di Irlandia memberikan dukungan luar biasa kepada kami berdua.”“Dan begitu kami tiba di Irlandia, kami berdua langsung mencari keberadaan kamu di Swiss, rumah Grandpa Gaston dan Grandma Beatrice. Tetapi yang kami dapatkan adalah berita mengejutkan dari para tetangga yang mengatakan jika mereka pergi dengan tergesa-gesa bersama seorang gadis kecil.” Sambung Elle.“Daddy minta maaf karena tidak bisa menemukan keberadaan kamu Bella, Daddy dan Mommy merasa sangat bersalah.” Ucap Ludwig dengan mata berkaca-kaca.Air mata jatuh di pipi Bella mendengar cerita yang begitu menyedihkan dari kedua orang tua. Bagaimana bisa ia menyalahkan kedua orang tuanya karena kejadiaan naas seperti
Wanita paruh baya itu mengusap lembut punggung Bella, sedangkan pria paruh baya yang berada di sisinya matanya ikut berkaca-kaca menahan embun yang menumpuk di sudut matanya.Bella terlihat semakin kebingungan. Dua orang asing yang tiba-tiba datang memeluknya dan menangis di depannya.Terdengar suara langkah dari dalam. Bella yang masih dalam pelukan wanita asing itu pun menoleh ke suaminya, “Sayang?”Austin tersenyum lembut dan menghampiri istrinya yang terlihat sangat kebingungan itu. Dan hal itu membuat Bella semakin bingung dan bertanya-tanya. Austin memegang pundak istrinya.“Daddy, Mommy… Selamat datang di rumah kami.” ucap Austin kepada pria dan wanita paruh baya di depannya.Bella menekuk keningnya, “Sayang,” perkataan suaminya benar – benar membuatnya sangat bingung.“Apa maksud kamu sayang? Daddy, Mommy?” gumam Bella.Wanita paruh baya itu melepaskan pelukannya, diusapnya air matanya dan menatap Bella dengan senyuman manis di sudut matanya. “Iya sayang, aku mommy mu Elle,
Dan di sinilah keluarga kecil ini berada. Sebelum Arion pindah ke kamarnya. Dia bermanja dengan Bella dan twins.“Hoamss….” Arion menguap dengan besar.“Sudah waktunya tidur ya sayang, besok Arion mau ke sekolah ‘kan?”“Ok mom!”“Cup! Goodnight sayang!” Bella mengecup bibir Arion dan mengusap lembut pipi putranya itu dengan gemas.“Cup ! Goodnight Boy!” ucap Austin dan mengecup pipi Arion.Cup ! Cup! Cup! Sebelum turun dari tempat tidur, Arion memberikan kecupan kepada twins dan Bella.Kemudian pria kecil itu berlari kecil masuk ke dalam kamarnya.Tinggallah Austin dan Bella di atas tempat tidur. Bella bersandar di dada sang suami, memanjakan dirinya.Austin dengan lembut mengusap punggung istrinya. Kemudian dia bergeser dan memperbaiki posisi Bella agar bersandar di headboard dengan nyaman.Pria tampan berhazel biru itu lalu mengambil tempat dan memijit dengan lembut kaki Bella dengan lembut.“Terima kasih sayang…” ucap Bella dengan senyuman bahagianya.Wanita cantik itu menikmati p