Tiba-tiba...Ceklek"Austin...!" seru Steve yang langsung masuk ke dalam ruangan Austin."Ada apa Steve?" tanya Austin tenang.Namun, Steve melihat ke arah Cindy."Kita lanjutkan sebentar Cindy," ujar Austin mengerti Steve ingin ruang privasi.Cindy pun yang mengerti langsung meminta izin keluar."Permisi Pak," pamit Cindy dan menutup pintu.Steve kemudian duduk di atas sofa dan menghela nafasnya dengan kasar."Bella kabur dari rumah!" ujar Steve tiba-tiba membuka percakapan."Sampai sekarang, dia belum memberiku kabar...""Sebenarnya kemana dia..!!"Steve terus berbicara. Sedangkan Austin hanya diam mendengarkan perkataan Steve sampai selesai."Memangnya ada masalah apa? Apa dia tahu tentang wanita yang di kanada itu?" tanya Austin balik dengan nada sedikit sinis."Hahhh..!!" nafas kasar Steve."Lebih parah!! Kemarin aku nekat melakukannya di rumah saat ada Bella. Sepertinya Bella melihat perbuatan kami," jujur Steve yang memijit keningnya."Kamu terlalu jauh bermain api," sarkas Aus
Tangan Bella gemetar mendengar semua perkataan Steve. Semua kata-kata yang diucapkan Steve seperti bualan baginya dan terdengar sangat memualkan."Oekk..." perut Bella terasa mual dan dengan cepat memutuskan sambungan telpon dari Steve.Bella berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya ke dalam westafel."Oekk... Oekk.."Austin yang baru saja tiba di apartement mendengar suara Bella dari kamar mandi di ruang tamu."Sayang...?!" seru Austin."Humppt..."Austin segera berlari ke arah kamar mandi."Sayang.. Kamu kenapa..??" panik Austin melihat Bella memegang perutnya dan mengeluarkan semua isi perutnya."Hmm..." balas Bella yang mengangkat tangannya menandakan dirinya baik-baik saja.Austin mengusap lembut belakang Bella hingga kekasihnya itu merasa lebih baikan."Sudah sayang..?" tanya Austin yang melihat Bella membasuh mukanya. Dan dijawab dengan anggukan kecil Bella.Austin dengan cepat mengambil handuk kecil di laci westafel dan mengeringkan wajah Bella dengan lembut."Ayo
Joy yang merasa sangat kesal melihat Steve mengacuhkan dirinya karena telpon dari Bella memutuskan pergi ke ruang pantry."Eh.. Cindy..? Kamu di sini..?" sapa Joy yang melihat Cindy tengah duduk sendirian sambil meminum teh."Hai Joy... kamu juga ke sini..?" balas Cindy dengan wajah lesu."Iya, lagi gak ada kerjaan," ujar Joy sambil membuat segelas teh."Bagaimana dengan wajah Pak Steve...?" tanya Cindy."Ya begitulah... Kalau Pak Austin..?" tanya Joy balik karena memang penasaran juga dengan keadaan Austin."Yang aku lihat, hanya sedikit memar di pipi dan sudut bibirnya berdarah.”"Memangnya ada masalah apa sih..?" sambung Cindy yang tidak menahu apa alasan keributan antara Bosnya dan Bosnya Joy.Joy yang enggan menceritakan masalah pribadi Steve pun hanya mengangkat bahunya, "Entahlah...""Ehh iyaa..!! By the way, tadi aku lihat Pak Austin lagi video call sama kekasihnya loh..!! Ahhhh... Aku gak nyangka kalau Pak Austin bisa jadi orang yang manis banget sama pasangan... Pak Austin b
"Ada apa..??!" tanya Ken kaget."Kamu yang awasi..!! Aku janji akan mentraktirmu selama satu bulan penuh...!!!" ujar Fin sebelum Ken melihat apa yang sudah menodai matanya."Seriuss?? OK DEAL!!" setuju Ken semangat dan meraih ponsel milik Fin dari tempat tidur.Dan tepat saat Ken melihatnya."Fuck You Fin! Aku akan mentraktirmu selama dua bulan!" tantang Ken yang kembali melempar ponsel tersebut ke tempat tidur."No...!!! Kau sudah menyetujui perjanjian awal..!!" seru Fin penuh kemenangan dan tersenyum puas."Sh*it...!!!" maki Ken mau tidak mau mencemari matanya dengan adegan yang begitu durjana bagi dirinya"Awas kamu ikut masuk ke room sebelah...!! Hahahahhahahahha...!" Celutuk Fin dan tertawa terbahak-bahak."Diamlah sebelum aku membunuh mereka berdua di sebelah saat ini juga..!!!" geram Ken yang sudah meraih pistol di saku jasnya.GlekFin langsung terdiam. Karena apabila Ken sudah mengatakan seperti itu. Dia tidak akan segan-segan untuk melakukan apa yang dia katakan.Ken merupak
Bella sudah mulai gelisah menunggu Austin yang sudah terlalu lama hanya untuk membeli sebungkus pembalut.Apalagi saat ini, Austin tidak membawa ponselnya. Membuat Bella tidak bisa menanyakan keberadaan kekasihnya itu."Astaga... Ini sudah lebih tiga puluh menit...!" ujar Bella khawatir melihat ke arah layar ponselnya.Bella berdiri dengan tenang di satu tempat. Tapi hatinya begitu gelisah."Dia tidak kenapa-napa kan..?" gumam Bella menggigit ujung ibu jarinya.Biipp biipp biipppCeklekMendengar suara pintu dibuka. Bella langsung berlari ke arah pintu. Karena Austin belum juga masuk."Sa—""Haii.. sayang...!" Austin dengan kesusahan membawa masuk empat kantong paper bag besar di tangannya.Bella membantu dengan membuka pintu dengan lebar."Kamu beli apa sayang sebanyak ini..??!" tanya Bella yang belum melihat isi dari paper bag."Hhhaaahh.. Hufttt...!" Austin mengatur nafas setelah menaruh semua paper bag tersebut di atas sofa."Pembalut kamu sayang..." jawab Austin santai dan tersen
“Bella?” seru Steve panik melihat istrinya berada di depan pintu dengan begitu cantik.Dress hitam dengan di baluti blazer hitam bergaris halus—berdiri melihat dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan.Steve sontak berdiri. Sadar kalau saat ini dirinya sedang memangku Joy.Bella yang melihat itu semua. Hanya berjalan santai dan mendekat."Hai sayang..." sapa Bella kepada Steve tapi tatapannya pindah ke arah Joy yang hanya bisa terdiam."Kalau begitu saya permisi Pak Steve.. Bu.." sela Joy yang merasa harus keluar."Ah iya... Siapa nama kamu??" balas Bella dengan dingin ke arah Joy."Joy, Bu.." jawab Joy.Steve hanya bisa terpesona dengan penampilan Bella saat ini. Bella terlihat sangat cantik dan berkelas."Terima kasih sudah menyuapi suamiku... Ternyata tugas seorang sekretaris sangat sulit..." sarkas Bella datar.Kemudian berjalan mendekati Steve."Kenapa kamu menyulitkan sekretarismu, sayang?" ucap Bella manja kepada Steve.Deg"Apa Bella sudah tidak marah..?" batin Steve."Ti-t
Joy pun hanya bisa melihat semuanya. Dirinya masih tidak percaya. Steve dengan mudahnya bisa membuangnya."Kamu mau naik taksi?" tanya Steve penasaran."Entahlah...?! Lagi pula aku sudah biasa! Dan aku sedikit bo—san dengan Bart..!" jawab Bella sambil melirik sekilas ke arah Steve. Kemudian masuk ke dalam lift.Steve pun mengikuti Bella. Membuat Bella tersenyum. Semuanya berjalan sesuai rencananya.TingBella keluar dari lift."Kenapa Bella ke ruangan Austin?!" pikir Steve.Bella berjalan sedikit lambat agar Steve tidak tertinggal oleh langkahnya."Kenapa kamu ke sini!" tanya Steve penasaran."Oh... Aku hanya tidak enak kalau harus langsung pulang dan tidak menyapa Austin," jawab Bella santai."Ah.. iya.." jawab Steve. Dirinya masih terlalu canggung untuk bertemu Austin. Tapi tiba-tiba egonya muncul.Dia ingin membuktikan kepada Austin kalau Bella benar-benar kembali padanya dengan sendirinya, “Aku akan memperlihatkan padamu Austin! Bella tidak akan bisa hidup tanpaku!” Steve bermonol
Di parkiran mobil. Austin membuka pintu mobil untuk Bella. Seperti biasa, dirinya akan menahan bagian atas kepala Bella."Terima kasih, Austin..." jawab Bella sambil tersenyum.Austin hanya melihat kekasihnya itu. Dirinya masih belum lepas dari rasa terkejutnya. Lalu menutup pintu mobil dan berlari kecil memutar di depan masuk ke kursi kemudi.BrakBunyi suara pintu mobil yang ditutup dengan tergesa-gesa."Sayang...?" seru Austin begitu masuk ke dalam mobil."Iya..?" balas Bella sambil mengedip-ngedipkan matanya dan tersenyum manja.Grep"Euhmmpp... Sayang..." gumam Bella yang sudah membalas ciuman dari Austin.Lima menit mereka saling bercumbu dengan lembut dan intim.Cup..!Satu kecupan lembut menutup ciuman panjang mereka. Austin mengusap lembut bibir Bella dengan ibu jarinya."Kamu membuatku terkejut sayang, lalu sama siapa kamu datang? Kamu tidak jalan sendiri kan? Max antar kamu ‘kan saya
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la
Niat awal ingin mengerjai Ludwig. Elle malah ketiduran di dada bidang Ludwig. Hawa tubuh hangat Ludwig tanpa sadar membuat wanita cantik itu merasa nyaman.Di kala ngantuk menyerang, Elle memejamkan matanya dan merngakul lengan Ludwig. Sedangkan Ludwig yang mulai bisa mengendalikan dirinya memegang perlahan kepala Elle, dan memperbaiki posisi tidur Elle agar jauh lebih nyaman.Ludwig memindahkan kepala Elle dengan hati – hati agar tidak membangunkan wanita cantik itu.Kini kepala Elle sudah bersandar nyaman di dadanya dan Ludwig merangkul Elle. Sedangkan pria itu memilih untuk memejamkan matanya dan bersandar di sandaran kursi.Ludwig dengan lembut merangkul Elle dengan kedua tangannya.”Goodnight,” ucap Ludwig pelan.Beberapa jam pun berlalu. Elle terkejut dengan posisi mereka berdua saat ini. Seutas senyum hadir di wajah Elle.Wanita cantik itu bangun dan duduk tegap. Melihat Ludwig yang masih terlelap. Begitu juga dengan para penumpang yang lain.“Thank you,” ucap Elle menatap waja
Mobil bus yang membawa mereka beberapa kali berhenti di beberapa titik pemberhentian untuk beristirahat.Perjalanan panjang mereka membuat Elle menjadi semakin akrab dengan Ludwig, bahkan Elle yang sedikit pemalu mulai bisa membaur dengan ketiga sahabat dekat pria itu, Hans, Bruno dan Stefan.Tingkah kocak ke empat pria yang baru dia temui selalu saja berhasil membuatnya tertawa, tak ada rasa takut yang Elle rasakan ketika berinteraksi dengan mereka. Dia malah merasa aman karena di jaga oleh empat bodyguard dadakan berparas tampan, dan tentunya dia tidak merasa bosan selama menempuh perjalanan berkat tingkat lucu ke empat pria itu.Seperti sore ini, mereka berlima menyantap hidangan dengan penuh canda tawa.“Hahahha…” suara tawa Elle terdengar begitu lepas.Suasana hatinya yang berantakan karena masalah keluarganya seketika bisa dia lupakan.Julian dan gengnya juga sudah tidak bertingkah lagi. Sekarang setiap berpas – pas dengan Ludwig dan teman – temannya. Pria itu langung membungkuk
Elle yang awalnya irit bicara, mulai terbiasa dengan celotehan Ludwig. Seolah pria ini tidak pernah kehabisan bahan untuk mengobrol.Sudah dua jam perjalanan, kini bus berhenti di tempat persinggahan, seperti rumah makan.“Yuk, turun makan.” Ajak Ludwig.“Iya,” jawab Elle singkat.Ludwig dan Elle turun bersama.Hanz, Bruno dan Stefan berjalan menghampiri Ludwig.“Ehem…ehem… Ada yang baru lupain yang lama nih….” Seloroh Bruno.Ludwig mengusir rekan – rekan nya yang terkenal jahil itu. “Bro, tukar tempat yuk!” celutuk Stefan.“Sial!! Kau mau aku hajar di sini!!” seru Ludwig yang langsung mengulurkan kepalan tangannya ke Stefan.“Hahhahahah!” tawa Hanz, Stefan dan Bruno.“Permisi nona cantik, kami titip Ludwig yang jomblo dari orok ini ya, semoga kalian sampai di pelaminan…” ujar Hanz.“AMIIIINNNN!” sahut Stefan, Bruno dan juga Ludwig.Wajah Elle kembali nge – blush. “Apakah mereka memang seiseng ini?” gumam Elle dalam hati.Begitu Hanz, Bruno dan Stefan pergi. Ludwig pun berkata, “Amiin
Mereka bertiga pun duduk di kursi mereka masing – masing.Sedangkan Ludwig begitu tiba di kursi kosong miliknya langsung menaruh barang di bagasi atas dan duduk di samping wanita pujaan hatinya itu.Tapi sepertinya wanita cantik ini tidak menyadari kehadiran Ludwig yang sudah ada di sampingnya karena terlalu serius menggambar.Ludwig yang penasaran pun menyandarkan punggungnya dan melihat apa yang di lukis oleh wanita cantik di sampingnya.Seketika terbersit senyuman cerah di wajah Ludwig, pria tampan itu memutuskan untuk diam dan menikmati setiap goresan pensil dari wanita cantik itu.Beberapa menit sebelumnya, Elle yang merasa bosan, membuka tasnya lalu mengambil buku sketsa dan pensil. Dua alat yang selalu ada di dalam tasnya.Elle menerawang menatap keluar jendela, memikirkan sesuatu. “Hmm, apa yang aku lukis ya?” gumamnya pelan.Tiba – tiba dia mengingat pria yang menabraknya tadi. Pria aneh dan unik. Elle tertawa kecil dan mencoba mengingat garis wajah pria tampan tersebut.Elle
Begitu turun dari bus yang mengantarnya ke terminal, Elle duduk di salah satu kursi tunggu setelah membeli tiket bus yang akan mengantarnya ke Afrika.Sembari menunggu bus, Elle menutup matanya. Wanita cantik ini mengingat moment di mana dia mengambil keputusan tiba – tiba untuk pergi ke Afrika hari ini juga setelah bertengkar hebat dengan kedua orang tuanya. Di mana kedua orang tua Elle menunjuk dirinya sebagai CEO sebuah perusahaan milik Ayahnya. Sedangkan dia sendiri tidak ingin berkutat di bidang bisnis, karena jiwanya ada di seni.Wanita cantik berhazel biru dan rambut blonde itu berasal dari Swedia, yang terletak di Eropa Utara. Di mana Elle memiliki orang tua yang merupakan seorang pengusaha ternama di Swedia, Elle juga di bangun seperti itu sejak kecil. Mulai dari segi pendidikan yang begitu tinggi hingga tinggal di lingkungan social elit. Berharap jika saat Elle dewasa nanti melanjutkan usaha mereka. Elle sendiri adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Sedangkan dua kakak l