Share

Habis-habisan

Penulis: CitraAurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kalau begitu... mari kita lakukan, Mas."

Usai berucap demikian Lalita memejamkan matanya, malam ini mungkin akan menjadi malam bersejarah dalam hidupnya, malam dimana dia memberikan mahkotanya kepada Arga suami dinginnya.

Mendapatkan lampu hijau dari istrinya, Arga tidak membuang waktu lagi, dia melepas setiap kancing bajunya. "Setelah ini, tidak ada kesempatan untuk mengubah pikiranmu, Lalita."

Melihat tubuh kekar sang suami membuat jantung Lalita berpacu dengan cepat, wajahnya juga menjadi pucat pasi.

Arga segera membawa tubuh Lalita ke ranjang, dia mulai menyatukan bibirnya dengan bibir sang istri.

"Ahh...."

Serangan bertubi-tubi Lalita dapatkan, pria itu bermain dengan ganas mungkin karena pengaruh obat yang baru dikonsumsinya.

Keganasan Arga benar-benar membuat Lalita kewalahan. Dia tidak merasa sakit, hanya saja... dia serasa terus dipacu oleh Arga. "T-tolong, pelan-pelan, Mas...."

"Maaf Sayang." Dengan mata yang mengisyaratkan berbeda.

Kata maaf terucap bukan bera
CitraAurora

Malam Kak, untungnya Arga tegas.... dia sudah kembali ke jalan yang benar wkwkwk... semoga suka ceritanya kak, maksih...

| 11
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Anita
Maruk sekali kamu Arga
goodnovel comment avatar
Mirasih
bagus harus tegas biar nggak seenaknya sendiri
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
good job Arga...ulat bulu mmng harus d bumi hanguskan...jangan kasih celah tuk mengganggu hubungan keluargamu yang baru d mulai... dasar ulat bulu...gatel...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Bedanya Suka Dan Cinta

    "Ingat-ingat lagi kebersamaan kita dulu Arga, aku yang selalu ada untuk kamu!" Kania mencoba mengingatkan Arga akan masa lalu. Tapi.... Pria itu menyebik, masa lalu hanya lah masa lalu yang tidak perlu diingat lagi. "Masa lalu itu tidak penting buatku Kania." Kania melemas, obsesi terhadap Arga membuatnya kehilangan segalanya tak hanya pekerjaan bahkan Arga telah memutuskan persahabatan yang lama mereka jalin. "Arga pikirkan lagi," pintanya dengan memohon. Arga kali ini tidak bisa dibujuk, sebanyak apapun Kania memohon keputusannya tidak dapat diubah. Di sisi lain, Lalita yang merasa sakit hati pergi ke rooftop, dia terus saja merutuki kebodohannya karena dengan mudah terbujuk rayuan Arga, padahal perjanjian itu bisa saja diubah oleh Arga kembali. "Sudah berhasil meniduri ku kini mau dekat lagi sama Kania itu!" Kekesalan Lalita semakin memuncak ketika teringat akan desahannya di bawah Arga kemarin. "Tapi pada waktu itu aku juga menikmatinya, Arrrggggg," dia memegangi k

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Kenapa Tidak Bulan Madu?

    Setiap hari Arga dan Lalita menikmati masa-masa indah mereka, nggak di rumah maupun di kantor Arga selalu ingin bersama istrinya. "Bucin akut." Damar menggelengkan kepalanya. Suatu hari Rangga dan Gilang datang ke Winata Group, pembangunan proyek mereka sudah berjalan oleh karenanya ada yang harus dibahas kembali. "Kenapa ruangan Arga dikunci?" CEO siputra Group dan asistennya pergi ke ruangan Damar untuk bertanya. "Sudah menjadi kebiasaan Pak Arga, setiap mendekati jam istirahat pasti seperti itu." Sambil menyiapkan berkas, Damar menjawab pertanyaan Rangga. "Memangnya apa yang dilakukan Pak Arga?" sahut Gilang. Raut wajah Damar berubah menjadi bingung, apa dia harus mengatakan aib atasannya kepada sahabat plus mantan rivalnya itu? "Olahraga." Kata kiasan itu yang bisa Damar katakan. Kerutan kerutan di dahi kedua pria tampan itu semakin kentara, siang-siang olahraga di kantor? ngapain? Mereka saling tatap masih dengan ekspresi bingungnya. "Tiga puluh menit lagi, kit

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Bulan Madu

    Arga mengulurkan tangannya, membantu sang istri naik pesawat. "Ini pertama kali saya naik pesawat Mas," ujar Lalita dengan grogi. Arga yang hampir selalu naik pesawat nampak heran, bagaimana bisa ada orang yang belum pernah naik pesawat. "Kamu dari peradaban mana? hingga belum pernah naik pesawat." Bukannya rasa iba pria itu malah mengejek sang istri. Ejekan Arga membuat Lalita kesal, biaya naik pesawat sangat mahal, tidak semua kalangan bisa naik pesawat. Namun kekesalan Lalita sirna setelah dia masuk ke dalam jet, matanya pun membulat sempurna. "Mas ini pesawat tipe apa? kenapa dalamnya begini?" Wanita itu nampak heran, setaunya dalam pesawat adalah deretan kursi penumpang padahal untuk pesawat kelas bisnis atau pesawat milik konglomerat berbeda. "Tipe tertinggi," sahut Arga dengan tertawa. Arga menggandeng tangan istrinya menuju tempat duduk mereka. "Empuk sekali Mas." Cuitan Lalita mengundang tawa Arga kembali. Setelah memastikan semua aman, pesawat pun siap

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Bagaimana Dengan Nasibnya?

    Dari Inggris mereka ke Negara Prancis, dan kota yang menjadi pilihan mereka adalah Kota Mode Paris, kenapa Paris menjadi pilihan? itu Karena Lalita ingin mengunjungi menara Eiffel. "Astaga Mas, bagus sekali." Lalita begitu takjub dengan keindahan menara itu. "Iya sayang, meksi aku kesini berkali-kali tapi tidak pernah bosan," sahut Arga. Sejurus kemudian, Arga memeluk Lalita. Dia mengungkapkan betapa bahagianya dia saat ini berkunjung ke manara Eiffel bersama orang yang dia cintai. "I Love You Sayang." Kata cinta pertama akhirnya terucap. Dengan senyuman bahagia, Lalita melepas pelukan sang suami. Dia berlari mendekati menara Eiffel sambil berteriak, "Eiffel im in love...." Arga pun turun mengejar Lalita, ini bukan drama maupun sandiwara tapi benar-benar adegan pasangan suami istri yang saling jatuh cinta. Tak terasa dua Minggu telah berlalu, moment bulan madu mereka harus berakhir hari ini. Hari ini di negara Yunani mereka akan bersiap terbang kembali ke tanah air. "Dua Ming

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Merintih Sakit

    Melihat ekspresi Arga membuat Lalita malah geli sendiri, sungguh suami dinginnya kini bermetamorfosis menjadi maniak mesum kelas kakap. "Sabar Mas." Niatnya ingin menenangkan sang suami tapi ternyata Arga semakin frustasi mendengar kalimat Lalita barusan. "Sabarku setipis tisu." Cicitnya pelan. Lalita yang sudah lapar mengajak Arga untuk turun, sudah waktunya untuk makan. Pulang bulan madu seharusnya menjadi hari bahagia tapi Arga malah kelihatan murung, di ruang makan dia juga terlihat hanya makan sedikit, tentu hal ini mencuri perhatian sang Kakek. "Kenapa makan sedikit sekali Arga?" Pria tua itu menatap sang cucu yang sudah selesai makan. "Tidak nafsu makan Kek," jawab Arga. Kini pandangan Kakek mengarah ke Lalita, "Suami kamu kenapa tidak nafsu makan? apa ada masalah?" Kalimat tanya Kakek membuat Lalita bingung harus menjawab apa. Belum sempat Lalita bersuara, Arga sudah menjawab pernyataan sang Kakek. "Tidak apa-apa Kek, Arga kurang enak badan saja. Maklum h

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Kekhawatiran Dua CEO

    Para Dokter segera mengecek kembali keadaan Lalita, namun masih belum ada tanda-tanda sadar. Cukup lama menunggu tapi Lalita masih belum sadar sehingga Arga kembali mengamuk. "Kenapa istriku belum sadar juga! kalian bisa bekerja atau tidak!" Rasa khawatir Arga sudah memuncak. Dokter yang saat ini menangani Lalita tak tau harus bagaimana lagi, hal yang bisa dilakukan adalah memantau keadaan pasien. Di depan ruangan UGD, Arga mondar-mandir. Dia berharap istrinya segera sadar agar bisa mendapatkan penanganan selanjutnya. Rangga yang kebetulan berkunjung di rumah sakit miliknya tak sengaja melihat Arga, dia bergegas mendekat. "Arga apa yang kamu lakukan disini?" Raut wajah yang semula baik-baik saja kini entah mengapa turut khawatir. "Lalita di dalam, dia pingsan," jawab Arga. Jawaban sahabatnya membuat Rangga terkejut, sehingga banyak kalimat tanya yang dia lontarkan. "Jangan banyak bertanya Rangga! kamu membuat aku semakin pusing saja!" Dia berucap kesal. Rangga mengang

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Apa Sudah Boleh Berkunjung?

    "Pak Arga." Di ambang pintu terlihat direktur pemasaran datang ingin menghadap sang CEO. "Masuk." Titah Arga dingin. Ketika perintah masuk diterima, pria paruh baya itu berjalan mendekat. "Ini laporan detail pemasarannya Pak Arga." Setumpuk berkas Pak Hutama letakkan di atas meja. Tanpa ekspresi pria itu mengambil berkas-berkas yang baru diletakkan, dia segera mengecek. Usai membaca sekilas, Arga kembali menutup berkasnya dan meletakan kembali di atas meja. "Baiklah berkasnya akan saya pelajari." Masih dengan ekspresi datarnya. Arga kembali mengerjakan pekerjaannya, tapi melihat bayangan Pak Hutama yang tak kunjung pergi pria itu kembali menoleh. "Apa ada yang ingin dibicarakan lagi?" Pak Hutama nampak ragu, tapi.... Sesaat kemudian dia membuka suara. "Pak Arga saya mohon maafkan Kania, dia sekarang sakit dan ingin bertemu dengan anda." Terlihat pria tua itu sangat sedih. Kekesalannya terhadap Kania sampai sekarang masih teringat, andai saja malam itu dia tidak

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Akan Aku Ambil Paksa Jatahku!

    "Nggak papa lah Mas daripada nggak sama sekali," bujuk Lalita sambil mengelus lengan suaminya. Suaminya memaksakan senyum kemudian dia mengangguk. Di tempat tidur kini mereka sekarang, ciuman bertubi-tubi yang Lalita dapatkan membuat dirinya naik ke awan, hasrat yang tidur selama tiga Minggu sekarang menggelora, bahkan dia sudah tidak sabar merasakan milik suaminya yang perkasa. "Mas jangan lama-lama." Wanita itu memohon dengan tubuh yang terus menggeliat. Paham akan keinginan istrinya, Arga segera melakukan penyatuan. Kamar yang sunyi menjadi berisik karena ulah pasangan itu, tubuh yang bekerja keras membuat keringat keluar cukup banyak meski ruangan itu bersuhu rendah. Kenikmatan yang pria itu berikan membuat sang wanita mendesah hebat hingga tubuhnya menegang yang tandanya dia mendapatkan puncak kenikmatan. Sementara dirinya melemas, Arga masih bekerja keras untuk mengejar pelepasannya dan sampailah dia di puncak klimaks. Dengan nafas memburu pria itu terkapar di sam

Bab terbaru

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Pergi ke Resepsi

    Siang itu Lalita keluar kamar untuk bersantai sejenak di taman, kepura-puraannya cukup melelahkan serta membosankan sehingga siang itu dia ingin bersantai sejenak. Baru saja dia memetik bunga mawar, terlihat Lili berjalan ke arahnya. "Apa yang ingin wanita jahat ini lakukan." Gumam Lalita. Raut wajahnya seketika berubah, tapi buru-buru Lalita mengubahnya kembali ke settingan senang. "Eh Lili," Dengan tersenyum dia menyapa Lili. "Hai Lalita." Balas Lili. "Kamu tampak bugar sekali." Lili berbasa-basi dengan berucap demikian. Lalita menatap Lili, 'Jelas bugar, baru saja disiram.' Batinnya yang masih menunjukkan sederet gigi putihnya. Lili turut memetik bunga mawar, dia ingin meniru apa yang Lalita lakukan. Saat bersamaan, Lalita menerima panggilan telpon dari Arga. Pria itu meminta Lalita untuk memikirkan hadiah apa yang cocok untuk Damar dan Kania. "Astaga Mas, bisa-bisanya aku lupa kalau mereka akan menikah." Wanita itu baru ingat. "Nanti aku pikirkan hadiahnya

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Jatah Pagi Hari

    Di dalam kamarnya Lili menangis, setelah kelelahan harus jalan dari depan Kompleks ke rumah, kini Arga kembali mempermainkannya dengan drama kopi. "Apa kurangnya aku Arga! Kenapa kamu tidak menghargai apa yang telah aku lakukan untukmu!" Wanita itu berteriak sambil membuang bantalnya.Tidak ada yang salah dengan apa yang dilakukan tapi ambisinya lah yang salah. Hanya demi hasrat terlarang, dia tega mencelakai sepupunya. Seandainya Lili sadar akan keadaannya serta tahu diri jika dia hanya menumpang mungkin mereka bisa berteman baik dan menjadi keluarga yang baik pula. Keesokan harinya wanita itu terlihat tak bersemangat, selain kurang tidur Lili juga kelelahan sehingga membuat tubuhnya lemah Ketika Lili keluar kamar dia sudah melihat Arga duduk di sofa sambil meminum kopi. Dia mengira itu adalah kopi buatannya semalam tapi yang tanpa Lili tahu kopi itu baru saja dibuat oleh Lalita. "Pagi Arga," sapa Lili dengan senyum mengembangnya."Kemarin aku masuk kamar, niatku menunggumu di

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Dipermainkan

    Malam semakin larut Arga dan wanita memutuskan untuk pulang.Sesampainya di rumah, Lalita meminta Arga masuk terlebih dahulu memastikan keberadaan Lili. "Ah merepotkan sekali!" Gerutu pria itu. Sebenarnya Arga sudah muak kucing-kucingan seperti ini tapi dia tidak memiliki pilihan lain selain melakoni aktingnya sebelum kebusukan Lili terbongkar. "Ayolah Mas." Lalita memelas. "Baik Sayang," lalu keluar dari mobil. Pria itu berjalan menuju kamarnya, untung saja Lalita memintanya masuk terlebih dahulu jika tidak pasti akan kepergok Lili yang kini duduk di sofa."Apa yang kamu lakukan?" tanya Arga menatap Lili dengan tajam."Perut aku sakit Arga karena tadi aku berjalan dari depan Kompleks sampai ke rumah," Dia memasang raut wajah sesedih mungkin untuk menarik simpati Arga. Dari awal Arga yang sudah memperkirakan semuanya hanya bisa terdiam sambil menahan tawa dalam hati. 'Wanita bodoh' batinnya dengan menatap Lili. "Kenapa kamu tidak menghubungi sopir untuk menjemput?" Seolah tak t

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Diajak Keluar

    Pulang dari kerja Arga langsung masuk ke dalam kamar tapi sesaat kemudian dia keluar dengan marah-marah."Terus saja tidur, nggak usah mempedulikan aku!" Suara keras Arga membuat Lili yang duduk tak jauh dari tempatnya segera bangkit dan mendekat. Kemarahan Arga menjadi kesempatan Lili untuk mendekati sepupunya itu."Ada apa Arga? kenapa marah-marah." Suaranya dibuat selembut mungkin agar Arga terpesona. "Aku heran sama Lalita! kerjaannya tidur terus, apa dia tidak memikirkan aku yang baru pulang!" jawab Arga yang masih menunjukkan raut marahnya. Lili menyunggingkan senyuman licik dia berhasil membuat Arga memiliki asumsi buruk kepada Lalita."Entahlah Arga aku terkadang juga heran bahkan aku sudah menasehatinya untuk tidak tidur di saat kamu pulang. Tapi kelihatannya istri kamu suka sekali dengan tidur." Lili terlihat memprovokasi, menjelekkan Lalita di depan Arga. "Aku juga hamil tapi tidak seperti Lalita yang malas." Ucapnya kemudian."Iya dia sangat pemalas bahkan tidak peduli

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Siasat

    Lili dan Arga turun bersama, dan sesampainya di ruang makan Arga nampak mengerutkan alis ketika melihat hidangan yang tersaji di meja makan."Makanan apa yang kamu masak untuk aku?" Raut wajah Arga terlihat tak suka melihat makanan yang Lili masak."Sup ayam dan telur." Wanita itu nampak was-was melihat raut wajah Arga."Aku sedang tidak ingin makan sup buatkan makanan lainnya," ujarnya kemudian yang membuat Lili melongo menatapnya.Hari sudah malam tapi Arga malah memintanya untuk memasak kembali."Tapi Arga, sup ini baru saja aku masak. Sangat enak kok." dia membujuk Arga agar mau memakan sup buatannya.Tapi Arga tetap bersikeras dia tidak ingin makan sup malam ini. "Lalu kamu mau makan apa?" tanya Lili."Buatkan aku nasi goreng seafood, acar mentimun sama wortel dan telur setengah matang." Meskipun permintaannya sudah banyak tapi pria itu masih berpikir seolah ada yang ingin dia tambahkan lagi. "Oh ya jangan lupa sosis dan kerupuknya." Cicitnya kemudian.Lili kembali menatapnya,

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Serasa Di awan

    Sesampainya di rumah Arga mengambil sampel minuman sisa di gelas Lalita. Pria itu segera memanggil dokter pribadinya untuk memeriksa kandungan apa yang ada di dalam minuman itu. "Besok akan saya kirim hasilnya Pak." Kata Dokter. "Aku hanya memberi kamu waktu satu jam." Agaknya pria itu tidak mau menunggu lebih lama lagi. "Tapi Pak...." Kilatan tatapan menyeramkan segera Dokter dapat sehingga pria paruh baya itu tak memiliki pilihan lain selain mengikuti kemauan pasiennya itu. "Baik Pak, dalam waktu satu jam hasilnya akan saya kirim." Lalu Dokter itu pamit. Arga menunggu hasil pemeriksaan dengan cemas, dia takut apabila ada zat berbahaya yang dikonsumsi sang istri. Sudah lebih dari satu jam namun laporan masih belum dia terima sehingga pria itu menghubungi dokter pribadinya kembali. "Cept kirim hasilnya!" Teriak Arga dalam sambungan telponnya. "Maafkan saya Pak, ada sedikit kendala. Sepuluh menit lagi akan saya kirim." Sahut Dokter itu. Merasa kesal, Arga meletakkan pon

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Aneh

    Wajah memberengut Kania perlahan memudar bahkan kini senyuman tersungging di bibirnya, "Benarkah Mas?" Dia bertanya sambil menatap Damar.Pria itu mengangguk dengan tersenyum pula dia lega karena calon istrinya sudah tidak cemberut lagi iya. "Iya Sayang." Tangan Damar mengelus pucuk kepala kania.Wanita itu pun memeluk calon suaminya sembari berkata. "Maafkan aku Mas yang telah salah paham.""Iya Sayang tidak apa-apa." kemudian dia mengeratkan pelukan mereka."Lain kali tanya dulu jangan langsung mengambil keputusan sendiri seperti ini." Ujar Damar kemudian."Iya Mas Maafkan Aku." Kata Maaf kembali terucap.Hari ini Damar mendapatkan bonus dari Arga, bonus yang cukup besar sehingga bisa memberikan kalung Kania.Rencananya dia akan membeli kalung itu ketika mereka menikah nanti Namun karena ada masalah seperti ini akhirnya Damar pun memutuskan untuk membeli kalung itu hari ini.Di sisi lain Lalita dan Lili telah mengobrol bersama di ruang keluarga. Lili terus menatap Lalita yang asik m

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Kania Malu

    Di ruangan CEO Damar turut menyambut kedatangan Bu Indah. Dia dan Arga sama sekali tidak menyangka kalau Bu Indah datang sendiri untuk berterima kasih bahkan dengan penuh terima kasih memakai kalung pemberiannya kemarin."Saya sangat berterima kasih Pak Arga atas hadiah yang sangat mewah ini." CEO wanita itu bergantian menatap Arga dan juga Damar secara bergantian."Jangan sungkan Bu Indah Itu hadiah yang tidak seberapa." Sahut Arga.Keduanya mengobrol dan saling berterima kasih sambil membahas planning kerjasama mereka kedepannya.Tak terasa waktu cepat berlalu sudah waktunya bagi Bu Indah untuk pamit.Selepas kepergian wanita nomor satu itu Damar juga pamit kembali ke ruangannya.Ketika jam makan siang datang Damar datang ke ruangan calon istrinya, pria itu ingin mengajak Kani untuk makan siang. "Ajak saja wanita kamu jangan mengajakku!" Kania merespon ajakan Damar dengan ketus. Kerutan-kerutan di dahi Damar mulai terlihat. Ada apa? dia merasa heran dengan ucapan sang wanita yang a

  • Hasrat Big Boss: Dari Upik Abu, Jadi Milikmu    Perkara Kalung

    Sepanjang hari Kania gusar karena Damar tak kunjung memberikan hadiah kalungnya. Apalagi ketika jam makan siang Damar justru keluar sendiri tanpa mengajaknya. Kania yang tidak bisa menahan rasa hatinya pergi menemui sang atasan untuk bertanya langsung urusan Damar keluar kantor. "Arga, apa Damar ada meeting dengan klien?" Segera Kania mengeluarkan pertanyaan saat dia memasuki ruangan CEO. Arga yang masih sibuk menatap Kania sesaat lalu dia menggeleng. "Tidak ada meeting?" Sekali lagi Kania memastikan. "Tidak Kania, jika kamu ingin tahu dimana dia sekarang kenapa tidak menelponnya saja!" Merasa terganggu akan pertanyaan Kania, Arga pun sedikit kesal. Wanita itu mengangguk, kemudian dia pamit kembali ke ruang kerjanya. "Apa aku telpon saja ya." Sepanjang lorong menuju ruangannya Kania bergumam. Dia masih ragu antara menelpon Damar atau tidak. Hingga akhirnya Kania memencet kontak Damar. Panggilan tersambung tapi calon suaminya tak kunjung menerima panggilannya. "Dima

DMCA.com Protection Status