Share

Tamu Yang Menangis

"Tunggu dulu, Mur!" cegah Mas Dasep saat aku berbalik badan hendak memanggil Pak Hendar ke depan warung.

"Kenapa, Mas?"

"Pak Hendar sudah lihat selebarannya, kan?" tanyanya.

"Sudah."

"Kalau begitu, Mbak Widi bukan Ayu. Karena Pak Hendar sudah pernah melihat wajah asli Mbak Widi sebelum bercadar, maka jika memang Mbak Widi itu Ayu, Pak Hendar pasti akan langsung mengenali wajah dalam selebaran itu. Mana mungkin dia akan diam saja," lanjut Mas Dasep.

"Bisa saja Pak Hendar gak ngeuh, Mas. Lebih baik kita tanya saja untuk memastikan. Soalnya aku sangat curiga pada Mbak Widi."

Aku menarik tangan Mas Dasep agar dia mengikutiku, kebetulan Abiyyu sedang tidur.

Ketika sampai di depan warung, Pak Hendar baru saja selesai menyantap bakso yamin dan minum. Mila membersihkan meja dan membawa mangkuk kotor beserta gelasnya.

Aku dan Mas Dasep duduk berhadapan dengan Pak Hendar. "Gimana Pak, rasanya bakso buatan saya?"

"Enak, Mbak. Meski komposisinya lebih banyak tepungnya ketimbang daginya, tapi teks
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status