Share

Mas RT

Penulis: Widanish
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-08 04:10:18

"Ada apa ini, Mang?"

Mas Dasep terlihat sangat panik karena Mang Sidik membawa seorang perempuan yang menangis bersamanya ke rumahku. Semakin panik karena baik aku maupun Mas Dasep sama sekali tak mengenali perempuan itu, sepertinya dia bukan dari kampung sini.

"Saya nemu Mbak ini lagi nangis di pos depan, makanya saya bawa ke sini. Kasihan. Mas Dasep kan sekarang Ketua RT, tolonglah Mbak ini," jawab Mang Sidik.

"Iya, tapi kenapa dia menangis dan wajahnya babak belur begitu?" tanya Mas Dasep.

"Makanya ayo kita tanya dulu, saya juga tidak tahu kenapa. Dia gak mau cerita sama saya." Mang Sidik menjawab.

Mas Dasep mengajak Mang Sidik dan perempuan itu masuk ke dalam rumah, aku mengikuti mereka dari belakang.

Aku menyuguhkan air dan beberapa kue kering dari dalam toples. Perempuan ini terlihat sangat lapar sekali, sepertinya dia sudah lama menangis. Dia makan kue dengan lahap sambil malu-malu.

"Makan saja, tidak apa-apa, jangan merasa sungkan," kataku sambil mengompres dan mengobati luk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Diam-Diam Menghanyutkan

    "Apalagi perempuan itu cantik dan masih muda. Jaga suamimu," lanjut Bi Munah berbisik seraya membayar belanjaan dan langsung pergi.Aku menoleh ke Aminah yang tengah berjongkok mengambil stok kopi renteng di belakangku. Sekilas kulihat wajahnya dari samping, ternyata benar, aku baru benar-benar ngeuh bahwa Aminah cantik juga meski wajahnya masih lebam-lebam, manis dengan mata sayu dan tampak lugu. Melihat Aminah, aku jadi meragukan suamiku. Mungkin inilah yang membuatku gelisah dari semalam.Semoga ini hanyalah kegelisahanku saja, aku terlalu cemburu apalagi saat Mas Dasep mengatakan bahwa dia harus menjaga Aminah, untuk berjaga kalau-kalau suami Aminah datang mencarinya."Mbak, ini disimpan di sebelah mana?"Aku terkejut ketika Aminah menoleh dan bertanya. Langsung aku berjongkok mengambil kopi renteng dan menggantungnya di dekat pintu warung. "Nah, sebelah sini," jawabku.Aminah mengikuti arahanku. Aku menyuruhnya memajang lima renteng kopi sachet. Namun, ketika dia memajang renteng

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Saya Tak Mau Pulang

    Kulihat Aminah mengejar Mas Dasep hingga ke pintu depan rumah, sambil membawa jaket milik Mas Dasep. Untunglah suamiku itu sudah sampai di dapur keripik, jadi Aminah tak sempat mengejarnya, dia berhenti di teras rumah. "Kenapa manggil suami saya seperti terburu-buru begitu?" tegurku. Aminah langsung menoleh dan mengangguk padaku. "Jaket Mas RT ketinggalan, Mbak," jawabnya. "Suami saya kerjanya dekat, tuh di depan," kataku seraya menunjuk dapur keripik dengan lirikan mata. "Jadi tak perlu jaket." "Tapi, ini jaketnya tergeletak begitu saja di sandaran kursi meja makan." "Iya, memang sengaja ditaruh di situ. Tapi tak setiap keluar rumah harus dipakai juga. Lain kali, kalau mau apa-apa izin saya dulu ya," tegasku. Seketika raut wajah Aminah berubah. Aku menangkap ada rasa tak enak dalam dirinya terhadapku. Aminah langsung berbalik badan hendak masuk kembali ke dalam rumah namun segera kucegah. "Oh iya, nanti tak perlu lagi mengurusi semua keperluan suami saya, ya. Kamu istirahat sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Jilbab dan Bross

    Suara Aminah terdengar lirih dan gemetaran. Jelas sekali kalau dia merasa ketakutan. Membuat setiap orang yang melihatnya pasti akan merasa kasihan.Aminah duduk bersimpuh di hadapan Mas Dasep, dia meraih kedua tangan suamiku itu dan menggenggamnya."Tolong, Mas RT, jangan suruh saya pulang. Saya tak akan sanggup tinggal bersama suami saya yang pemabuk dan suka mukul," pintanya.Mas Dasep dan Mang Sidik langsung menatapku, jelas aku tak terima Aminah tinggal di sini lebih lama. Kuberi kode pada Mas Dasep untuk segera menepis tangan Aminah dari tangan Mas Dasep. Namun, suamiku itu tak mengindahkan permintaanku. Tampaknya, genggaman tangan Aminah sangat erat sehingga Mas Dasep tak bisa melepasnya.Rasanya, ekspresi wajahku sekarang ini sudah tak karuan melihat Aminah menggenggam tangan suamiku itu."Mbak Aminah, Mbak harus pulang. Jangan takut, nanti RT di sana akan selalu mengawasi suami Mbak. Kalau ada apa-apa, Mbak bisa langsung lari dan lapor ke Pak RT di sana," jelas Mas Dasep."Iy

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-19
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Istimewa

    Ada perasaan tak enak saat membaca WA dari Pak Hendar. Pasalnya, tak pernah ada orang lain yang mengatur bagaimana aku harus berpakaian: pakai baju apa, warna apa, model apa ... tak pernah ada yang meminta selain suamiku. Dan kali ini, Pak Hendar yang hanyalah sebatas orang lain dan rekan kerja, memintaku untuk memakai jilbab dan bros pemberiannya. Rasanya, ada yang aneh."Mas, aku dapat WA dari Pak Hendar." Kuserahkan ponselku pada Mas Dasep dengan keadaan chat dari Pak Hendar itu masih terbuka. Sengaja aku memperlihatkannya pada suamiku, meminta pendapatnya. Sebagai seorang istri, aku memang selalu memberitahu suami jika mendapat pesan atau telepon dari lelaki.Mas Dasep tampak mengerutkan kening, dan berpikir akan sesuatu. Kutangkap raut wajahnya seakan-akan tengah merasa tersinggung."Aku merasa aneh, Mas," kataku."Aneh apanya?""Rasanya aneh aja, ketika orang lain memintaku harus memakai jilbab dan bros seperti itu. Tak pernah ada yang menyuruhku harus berpakaian seperti apa se

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-19
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Tak Kunjung Usai

    Mbak Widi sepertinya tersinggung, membuatku merasa bersalah. Harusnya tadi aku diam saja, tak usah minta maaf segala, toh Mbak Widi sebelumnya tak tahu kalau aku sempat menyangka dia sebagai Ayu."Mbak Murni."Mbak Widi memanggilku, rupanya dia kembali lagi dari kamar belakang sambil membawa selebaran DPO."Saya jadi teringat, ini ada lima belas lembar selebaran lagi yang ketinggalan di sini, kemarin waktu Mbak ngasih ke saya untuk menyebarkannya dan saya tolak, saya lupa tak membereskannya, jadi tidak terbawa pulang oleh Mbak Murni," lanjutnya seraya menyimpan tumpukan selebaran itu dan kembali duduj di sampingku."Oh, iya. Gak apa-apa kok, Mbak. Mungkin dibuang aja selebaran ini, soalnya kemarin Pak Hendar sudah ambil selembar dan minta bantuan Pak RT di sini untuk mencari Ayu," kataku. "Saya kira, tadi itu Mbak ke kamar karena tersinggung saya telah suuzan sama Mbak."Sambil merapikan formulir yang sudah disortir, aku dan Mbak Widi mengobrol tentang kampung ini yang sering dijadika

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-20
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Dapat Ancaman

    *Aku terbangun dan melihat Mas Dasep duduk di tepi ranjang sambil memegangi botol minyak kayu putih. Rasa hangat menjalari bagian dada dan perutku, serta aroma minyak kayu putih terasa segar di setiap aku menarik napas."Untunglah kamu sudah bangun," kata Mas Dasep."Aku kenapa, Mas?""Tadi kamu pingsan." Mas Dasep terlihat sangat cemas."Aneh, Mas. Kok begitu sampai rumah tadi, aku jadi merasa lemas dan pusing kepala. Kupikir karena pusing melihat keributan, tapi sepertinya bukan, sekarang perutku malah terasa mual."Sambil memegangi perut, aku mencoba mengibah posisi dari tidur menjadi duduk di tepi ranjang. Mas Dasep membantuku duduk. "Mas telepon mantri, ya. Biar diperiksa penyebab sakitmu itu," katanya.Rasa mual semakin menjalar hingga ke dada, rasanya ingin mengeluarkan sesuatu di dalam tubuh ini, tapi terasa sulit. Mas Dasep menduga kalau aku ini maag karena telat makan."Tadi kamu sibuk banget pagi-pagi, dan berangkat juga dalam kondisi belum sarapan," kata Mas Dasep."Gak,

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-20
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Hendar Sudrajat

    "Mbak Murni, besok bisa kan temani saya ke kantor polisi?" lanjut Pak Hendar.Suara telepon ku-loudspeaker-kan, sehingga Mas Dasep dapat mendengar percakapanku dengan Pak Hendar. Mas Dasep lanvsung memberi kode dengan menggelengkan kepalanya, menyuruhku untuk menolak ajakan Pak Hendar."Maaf, Pak. Saya tidak bisa. Saya juga mendapat chat ancaman seperti Bapak, dan kondisi saya masih belum pulih," jawabku."Jadi, Mbak Murni juga dapat ancaman? Lalu, Mbak Murni sakit apa? Perasaan tadi sehat-sehat aja.""Saya tahu siapa yang mengirimkan pesan itu. Antara dua orang, yaitu Ayu atau Mbak Widi."Aku baru saja hendak menceritakan pada Pak Hendar tentang keracunan makanan yang kualami, namun Mas Dasep langsung merebut ponsel dari tanganku."Istri saya langsung sakit perut begitu pulang dari rumah Bapak, Mantri bilang istri saya keracunan makanan dalam tingkat yang ringan. Sebenarnya, tadi makanan apa saja yang Bapak suguhkan untuk istri saya di sana?" tanya Mas Dasep lewat telepon, dia menaha

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-26
  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Cemburu

    "Tidak, Pak. Ambil lagi saja. Saya tak mau terima!" tolakku."Tidak bisa, Mbak. Paket ini harus diterima Mbak hari ini juga. Kalau tidak, nanti saya dianggap menggelapkan paket."Dengan terpaksa kuterima ketiga paket ini, namun hanya kugeletakkan saja di teras rumah.Mas Dasep datang dari dapur produksi begitu Pak Kurir pergi. Ini memang waktunya istirahat untuk makan siang. Suamiku itu mengernyit saat melihat ketiga paketku. "Ada kiriman? Dari siapa?" tanyanya.Lidah ini mendadak kelu untuk sekedar menjawab. Sejenak aku berpikir jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu. Pasti Mas Dasep akan cemburu dan berpikiran yang tidak-tidak jika tahu Pak Hendar yang mengirim semua ini. "Gak tahu, Mas. Aku belum lihat. Tadi baru saja kurirnya pergi, dia geletakkan begitu saja di sini." Akhirnya aku punya jawaban yang kurasa tepat."Sini, Mas buka ya." Mas Dasep mengambil satu buah paket yang paling besar. Dia membaca nama pengirim di bungkusnya dan langsung terlihat ekspresi wajahnya yang tak e

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-26

Bab terbaru

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Miskin

    “Enggak, Mas Dasep, Ayu gak sedang pura-pura. Sepertinya dia beneran gak waras!” kata Pak RT dengan nada dan ekspresi terkejut. “Lihat saja!”Pak RT menunjuk wajah Ayu, tatapan biang onar itu memang benar-benar kosong, tak terlihat seperti akting.Mas Dasep mendekat, diikuti semua warga mendekati Ayu yang masih tertawa cekikan tak jelas. Kurasa benar, Ayu tidak sedang berpura-pura.“Aduh, bagaimana ini? Sekarang tersangkanya malah tidak bisa ditanyai,” kata Bapak Mertua seakan bicara pada dirinya sendiri.Bapak dan Pak RT membangunkan Ayu hingga sekarang posisi Ayu berdiri, namun nampaknya Ayu lemas dia hampir terjatuh meskipun beberapa kali Bapak Mertua dan Pak RT membangunkannya.“Gimana nih nasib uang kita kalau tersangkanya gak waras kayak gini? Boro-boro minta ganti rugi, diajak ngobrol aja gak nyambung!” kata warga.“Sudahlah, kita berhenti bicara soal uang dulu. Yang terpenting sekarang bagaimana kita menenangkan Ayu!” jawab Bapak Mertua. “Lihat, dia terus berontak sambil teria

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Ayu Menjadi Gila

    Kulihat Mas Dasep keluar dari arah dapur produksi dan berlari ke arah kerumunan. Refleks kakiku melangkah ke luar warung, mengejar Mas Dasep.“Ada apa ini, Mur? Kok pada bawa golok segala itu?” Rupanya, saking terlalu fokus di dapur produksi, Mas Dasep baru ‘ngeuh’ kalau Ayu sudah tertangkap.“Itu Ayu yang dibonceng Pak RT, Mas! Warga mau menghakiminya!” jawabku tak kalah panik. “Cepat hentikan mereka, Mas!”“Astaghfirulloh!”Mas Dasep langsung menerobos kerumunan hingga kini dia berada diantata Ayu dan Pak RT, menengahi pertikaian mereka dan warga.Satu orang maju mengacungkan tinju pada Ayu dan hendak saja memukulnya, namun ditahan oleh Mas Dasep. Tak berhenti sampai di situ, warga yang lain pun melakukan aksi serupa dan membuat Mas Dasep semakin kewalahan menghadapi mereka, bahkan kulihat Mas Dasep tak sanggup lagi menahan gejolak amarah warga.Tak lama kemudian, aku kesulitan menyaksikan lagi apa yang terjadi di kerumunan sana, karena warga yang berdesakkan dan tak mau diam mengha

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Tinju, Tongkat, Hingga Golok!

    "Minta tolong apa, Mbak?""Selama ini saya menghilang karena saya kabur-kaburan, saya dikejar-kejar pihak kepolisian, karena disangka telah membantu menyembunyikan Ayu. Padahal, selama ini saya sendiri tidak tahu kalau Ayu adalah buronan. Saya mengenalnya karena waktu itu tak sengaja bertemu di minimarket, dia minta tolong dicarikan rumah kontrakan dan akhirnya saya bantu. Saya juga lumayan sering mengunjunginya untuk memberinya sedikit makanan, karena kasihan dia mengaku diusir dari kampungnya dan hanya membawa pakaian yang menempel di badan. Saya juga bayarkan rumah kontrakannya yang di belakang minimarket itu," jelas Mbak Widi di telepon dengan panjang lebar."Kalau begitu, Mbak Widi gak perlu merasa takut. Jangan kabur lagi, kalau ditanyai polisi tinggal jelaskan saja seperti yang tadi Mbak jelaskan ke saya. Lagipula, polisi minta keterangan Mbak sebagai saksi, bukan sebagai tersangka," kataku. "Tetap saja, kalau di depan polisi saya pasti gugup. Saya sudah takut duluan, Mbak Mur

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Yang Datang Kembali

    "Ya, Mas paham."Satu jawaban yang membuatku tenang. Mas Dasep kemudian membantuku mencetak adonan pentol. Kami menghabiskan waktu menjelang subuh bersama, mengobrol dan bertukar pikiran tentang kejadian-kejadian yang akhir-akhir ini menimpa kampung dan keluargaku."Tapi, bagaimana mereka tahu tentang permasalahan kita dengan Pak Hendar ya, Mas?" tanyaku."Palingan juga dari Mang Sidik. Waktu ngurusin Aminah kan dia lumayan sering bolak-balik rumah kita, mungkin dia tak sengaja mendengar kita membahas Pak Hendar," jawab Mas Dasep."Bisa juga sih. Tapi apa iya Mang Sidik suka nyebar gosip? Rasanya tidak, Mas. Apa jangan-jangan Mang Kosim dan Mang Surya, yang waktu malam kemarin Pak Hendar bertamu ke sini mereka tengah ngobrol dengan Bapak dan Pak RT. Bisa jadi Mang Kosim dan Mang Surya mencuri dengar percakapan kita?""Entah. Sudahlah, tak penting siapa yang menyebar, tak penting orang-orang mau menggosipkanmu. Yang penting aku percaya padmau, iya kan?"Seulas senyum tersungging di bib

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Dipandang Rendah

    "Maaf, Bu Rosita, tolong ulangi sekali lagi perkataan Ibu barusan?" tanyaku dengan hati yang meletup karena kaget."Jangan pura-pura tak mendengar, Mbak Murni. Saya mengatakan dengan jelas, tadi," jawabnya sinis. Delikan matanya menyiratkan persaingan sengit terhadapku.Kucoba mengatur napas, untuk sedikit meredakan emosi yang mulai naik gara-gara pernyataan barusan."Bagaimana bisa Bu Rosita berpikir saya ada macam-macam dengan Pak Hendar, sementara Bu Rosita sendiri tahu saya ini sudah bersuami?" kataku."Memang, sudah bersuami. Tapi, jaman sekarang status perkawinan tidak jadi penghalamg untuk seseorang berbuat serong," balasnya."Maksudnya bicara begitu supaya apa, ya?" tanyaku, masih coba bersabar meladeninya."Supaya Mbak Murni jauh-jauh dari Pak Hendar. Saya sedang dalam proses penjajakan dengannya. Dan saya harap, Mbak Murni jangan jadi penghalang. Keluarlah dari kegiatan, jangan mau diajak jadi pemateri oleh Pak Hendar. Pokoknya, menjauh deh dari kehidupan kami!" jawabnya lan

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Oh, Ternyata

    Tak hanya Mas Dasep, aku pun mencemaskan hal yang sama. Jika Ayu bebas berkeliaran, dia akan semakin leluasa menjalankan misinya."Satu hal yang menjadi pertanyaanku, tentang ambisi Ayu untuk mengganggu kehidupanku. Kenapa dia sampai sejauh ini melakukannya padaku terus-menerus, sejak pertemuan kami yang pertama bahkan hingga saat ini? Dia bilang dendam. Ingin membuatku miskin dan ingin menghancurkan rumahtanggaku. Kenapa dia begitu benci padaku, Bu, Pak? Aku tak pernah sedikitpun menyakitinya." Aku bertanya pada kedua mertuaku yang sepertinya juga tak tahu jawabannya. Tampak Bapak dan Ibu saling melirik sekilas dengan ekspresi yang entah seperti apa, sulit kubaca. Namun, sepertinya mereka teringat sesuatu yang sudah jauh berlalu."Sudah jelas kan, awal mulanya karena saingan warung," jawab Ibu Mertua."Tapi kan semua sudah berlalu. Warung Ayu sudah lama bangkrut. Dia juga sudah pergi dari kampung ini. Tapi kenapa dendamnya masih awet? Kurasa, ada sesuatu yang lain.""Entahlah, Kak M

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Tabayun

    "Nah, itu orangnya datang, Mur. Cepat selesaikan masalahmu."Ibu Mertua yang telah mengetahui kesalahpahaman dengan Pak Hendar, lantas mengambilalih kukusan dari tanganku dan menyuruhku cepat-cepat ke ruang tamu untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.Masih ada Pak RT dan tiga orang warga di ruang tamu, kini ditambah Pak Hendar. Aku menyapanya begitu sampai menemuinya.Mas Dasep juga tampak sudah menungguku dan langsung menyuruhku duduk di sampingnya."Tadi saya dikasihtahu tetangga, katanya Mas Dasep ke rumah cari-cari saya, ya? Tadi saya sedang ada seminar, jadi gak ada di rumah. Ada apa kiranya, Mas Dasep?" Pak Hendar mengawali pembicaraan."Begini, Pak Hendar. Sehari yang lalu, istri saya dapat paket berisi sepatu berhak tinggi, tas mahal, dan set make up lengkap dengan kuas-kuasnya. Saya kaget, kok ada yang mengirimi istri saya barang-barang seperti itu, secara istri saya ini kan orangnya tidak suka pakai-pakai begituan, seakan-akan orang yang mengirim ini ingin istri saya

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Tamu yang Mencariku

    "Ah, jangan iseng, Mur," keluh Mas Dasep, dia kecewa karena menganggapku berbohong."Tapi benar, Mas. Chat nya terhapus," jelasku dengan suara pelan.Lemas sudah rasanya, kecerobohanku berujung ketidakpercayaan dari suamiku. Kedua mataku mulai menghangat, rasanya lelah hati dan pikiran ini menghadapi situasi sekarang. Jika dulu aku banyak menelan fitnah dan tuduhan dari Ayu dan Bu RT tentang dukun penglaris, juga para warga yang sempat tidak percaya pada kejujuranku dalam berdagang, aku dapat menerima itu semua. Tapi, kali ini ketika Mas Dasep mempertanyakan kejujuranku, sungguh tak ada yang lebih menyakitkan daripada tak dipercayai suami sendiri.Rasanya lebih baik aku tak dipercaya orang lain ketimbang tak dipercaya suami."Kamu lagi sensitif, Dasep." Bapak Mertua menimpali."Mas kenapa seperti tak percaya padaku?" tanyaku."Sudahlah, Murni. Mas lelah, ingin istirahat dulu."Mas Dasep beranjak menuju rumah. Dari sikapnya, dia memang tak benar-benar menunjukkan sedang marah padaku.

  • Hartaku Unlimited (Mereka Ingin Membuatku Miskin)   Pesan Yang Terhapus

    "Kok ke sini, sih?" gumamku refleks. Tentu aku keberatan jika Aminah tinggal di kampung ini. Meski tak serumah, tapi pasti dia akan jadi biang masalah nantinya."Ya, yang kulihat, Aminah itu merasa aman kalau dekat Dasep," kata Mang Sidik. Rupanya dia mendengar gumamanku barusan."Mang Sidik mengerti kan apa yang saya khawatirkan?""Ngerti kok, Mur. Tapi jangan dulu berpikiran macam-macam. Bisa jadi Aminah hanya membutuhkan rasa aman saja, bukan berarti suka, terus mau mengambil hatinya Dasep.""Tetap saja meresahkan," jawabku. "Pantas saja istri Mang Sidik cemburu, saya bisa rasakan sendiri waktu Aminah menginap di sini.""Lho, memangnya kenapa harus cemburu? Aduh, perempuan suka ada-ada saja kelakuannya. Masa suami gak ngapa-ngapain aja cemburu?" komentar Mang Sidik. "Lagipula belum tentu dia jadi ngontrak di sini. Coba bayangkan, kalau dia ngontrak, siapa yang mau bayar kontrakannya? Aminah kan hanya ibu rumah tangga biasa, dia gak punya pekerjaan."Aku mengambil gelas bekas kopi M

DMCA.com Protection Status