Home / Rumah Tangga / Harta Tahta Pria / 3. Perselingkuhan

Share

3. Perselingkuhan

Author: Ralph Author
last update Last Updated: 2022-08-14 23:48:13

Ajeng seringkali kedapatan tersenyum sendiri. Tingkahnya seperti seorang remaja yang baru mengenal cinta monyet. Edi yang sudah mulai terapi pun diam-diam memperhatikan tingkah laku istrinya itu. Namun ia masih berusaha untuk bersabar, dan berpikiran positif.

“Biarlah, mungkin dengan ngobrol di hp atau lihat video Ajeng jadi sedikit terhibur. Kondisiku yang sekarang sudah tidak bisa membuatnya bahagia seperti dulu lagi,” pikir Edi sambil mengelus dada.

"Dek, sudah masak buat anak-anak", tanya Edi tiba-tiba mengejutkan Ajeng. 

Ajeng yang sedang asyik pun membalik ponselnya tiba-tiba karena tak ingin Edi mengetahui apa yang sedang ia lakukan.

"Nanti beli lauk kan bisa,saya capek hari ini lagipula sebentarl lagi ada keperluan diluar,” jawab Ajeng dengan malas.

“hmm ya udah,” balas Edi sambil menghela napas panjang.

Tanpa menghiraukan suaminya yang masih berdiri di tempat semula, Ajeng pun segera pergi dengan mengendarai motor yang menjadi kendaraan keluarga mereka satu-satunya. Kali ini Ajeng memang sudah berjanji untuk bertemu dengan Seno di rumah Dita.

Seno sendiri bekerja sebagai tenaga pemasaran di sebuah perusahaan swasta yang cukup bergengsi di Jogja. Dia adalah seorang pria lajang yang usianya tak jauh beda dengan Ajeng.

Sementara Dita sendiri seorang janda anak satu yang tinggalnya tak jauh dari rumah Edi, tepatnya di kampung sebelah Edi. Dita mempunyai sifat yang hampir sama dengan Ajeng akan tetapi Dita keturunan orang kaya,jadi walaupun single parent harta dari orang tuanya tidak bakalan habis.

Pertemuan kedua Seno dengan Ajeng ternyata berjalan lancar. Mereka berdua semakin rutin dalam berkomunikasi dan tak jarang Seno memberikan Ajeng perhatian-perhatian kecil. Seperti saat tiba-tiba mengirimkan pulsa atau sekedar mentraktirnya makan. Tanpa peduli kalau Ajeng wanita yang sudah bersuami.

Suatu malam saat Ajeng selesai mencuci piring, ia pun kembali sibuk dengan ponselnya. Secara kebetulan Seno pun mengirim pesan padanya.

"Ajeng," sapanya melalui aplikasi hijau.

"Iya, mas Seno ada apa?” balas Ajeng sambil diikuti emoji senyum.

“Sabtu besok aku pengen ngajak kamu main ke Kaliurang, mau gak?

"Hmm … memang sama siapa saja?" tanya Ajeng pura-pura jual mahal padahal sebenarnya ini ajakan yang menyenangkan untuknya. Sudah lama Ajeng tidak bersenang-senang liburan.

“Ada temanku dan mbak Dita sama anaknya.”

"hmmm … tapi aku ga ada uang saku, kamu tahu sendiri kan keadaan keluargaku gimana?” balas Ajeng diikuti emoji sedih.

Ajeng sendiri menjual kesedihannya pada Seno. Ia mengarang cerita kalau suaminya sudah tidak peduli dengannya dan anak-anak, memberikan uang bulanan pun sudah jarang. Ajeng berkata kalau dia harus berjualan kue dan dititipkan pada warung untuk biaya hidup.

“Ya akulah yang bayar semua, orang aku yang ngajak kok,” balas Seno.

Ajeng pun mengiyakan ajakan dari Seno. Ia pun bernyanyi-nyanyi riang membayangkan acara liburan di Kaliurang. Sambil menunggu hari H, Ajeng tetap melakukan aktivitas seperti biasa, tetap menjadi seorang istri dan Ibu yang tidak baik bagi keluarga kecilnya.

Hingga jumat sore, Ajeng yang sudah membereskan pakaiannya pun mendekati Edi yang baru saja menyantap kudapan sore hari, pisang kukus. 

"Mas, besok Sabtu aku mau pulang ke Madiun,ada temen nikah,” kata Ajeng memberitahu.

"Loh … berangkat sama siapa?” tanya Edi.

“Besok diantar Dita.”

“Anak-anak kamu ajak? Sekalian dia bisa ketemu Mbahnya di sana.”

Nadia, putri kedua mereka memang saat itu sudah kembali tinggal bersama Edi. Karena ia tak ingin terlalu merepotkan mertuanya.

"Eh … mas, ini saya dapat undangan teman yang menikah, dan saya naik mobilnya Dita,masak iya anak-anak saya bawa udah gitu mampir-mampir lagi,ya ga enak sama Dita," jawabnya ketus.

"Ya sudah," jawab Edi walaupun dengan berat hati. Kembali pria yang tubuhnya tak lagi seperkasa dulu itu pun memakan satu pisang rebus lagi.

"Besok berangkat jam berapa?” tanya Edi lagi.

“Sabtu pagi berangkat pulang Minggu sore.”

“Loh kenapa ga langsung pulang?” tanya Edi yang merasa ada kejanggalan pada istrinya.

Ajeng hanya diam ga menjawab pertanyaan Edi. Ia belum mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan yang satu ini.

“Udah ah aku mau mandi dulu habis ini ada perlu dengan teman,” ucap Ajeng pada akhirnya berharap Edi melupakan pertanyaannya barusan.

“hmmm,” Edi menghela napas panjang.

Tanpa disadari handphone Ajeng yang biasa dibawa kemanapun ketinggalan di meja makan dan entah dorongan apa, Edi yang biasanya tidak peduli dengan ponsel istrinya itu pun tiba-tiba tertarik untuk memeriksa isinya.

Betapa terkejutnya Edi ketika membaca isi percakapan pesan yang kebanyakan berasal dari beberapa laki-laki dan begitu akrab. Yang paling menarik perhatiannya adalah Seno yang paling mesra sampai memiliki panggilan sayang dengan Ajeng.

Edi pun mencoba bersabar dengan menghibur diri melihat burung peliharaan sembari menunggu Ajeng yang sedang mandi. Saat melihat istrinya sudah kembali rapi dan wangi, dengan keberaniannya ia pun mendekat pada Ajeng untuk mencari tahu tentang Seno.

"Dek, Seno itu siapa? Kenapa dia manggil kamu pakai sayang-sayang?” tanya Edi tiba-tiba sambil mencoba untuk menahan emosi.

Namun bukannya introspeksi diri atau mengakui kesalahan, Ajeng justru berbalik ke arah Edi sambil bicara dengan nada tinggi.

"Apaan sih buka hp orang, nggak sopan banget!"

“Mas kan sebagai suami perlu tahu dek,” balas Edi.

"Dia itu adiknya Dita dan sudah kuanggap adiku sendiri, panggilan sayang itu cuman bercanda.

lagian siapa suruh kamu buka hp saya!” balas Ajeng kemudian pergi dan membanting pintu.

Dari dalam kamar terdengar Ajeng yang masih mengomel, "Makanya punya istri itu dibiayain apa keperluannya, jangan ditanya buat apa uangnya.”

Kedua anak Edi yang mendengar pertengkaran itu hanya bisa menangis mendengarnya.

Untuk menghibur mereka, Edi pun membawa kedua anaknya untuk jalan-jalan keliling kampung dengan menggunakan motor keponakannya yang saat itu baru pulang kerja.

Mereka bertiga pun berhenti sebentar untuk membeli gulali sebagai jajanan Nabila dan adiknya, Nadia. Saat itu tanpa sengaja ia pun bertemu dengan Rini, salah satu tetangga Edi.

“Sudah sembuh Ed?” tanya Bu Rini dengan ramah.

“Alhamdulillah sudah Mbak, sekarang sudah pemulihan.”

"Oh..iya Ed saya mau kasih tau ke kamu, mumpung ketemu,” Bu Rini mengawali.

"Istri kamu berutang di saya lima ratus ribu minggu kemarin, dan janjinya hari ini mau dikembalikan … rencana saya mau tagih malah sudah ketemu kamu,” kata Bu Rini yang membuat kedua alis tebal Edi berkerut.

Noted : jangan lupa follow,like dan subscribe ya gaees.makasih

Related chapters

  • Harta Tahta Pria   4. Kejanggalan Pada Edi

    Penuturan dari Bu Rini ini tentu saja mengejutkan Edi. Apalagi ia tahu kalau Bu Rini bukanlah orang yang berada. Kalau sampai menagih hutang sudah pasti wanita itu benar-benar membutuhkannya."Loh … hutang apa ya Mbak?” tanya Edi yang memang sama sekali tidak mengetahui perilah hutang piutang istrinya.Selama ini ia memberikan Ajeng uang dua juta setiap bulan, hanya untuk Ajeng saja tidak termasuk untuk kebutuhan anak dan rumah lainnya."Memangnya kamu ga dikasih tau istrimu ya?”"Nggak pernah Mbak,yang ada malah berantem terus hampir tiap hari,” balas Edi sambil mengusap wajah.Rini pun mengangguk-angguk kemudian sedikit mencondongkan tubuh ke arah Edi."Denger-denger istrimu sering keluar dengan laki-laki lain," bisik Rini.Bu Rini memang termasuk member dari cctv tetangga alias komunitas ghibah tetangga setempat. Edi yang paham karakter tetangganya ini pun mencoba untuk menutupi keburukan sang istri. Meskipun ia sendiri sudah mencurigai hubungan Ajeng dengan Seno dan juga pesan-pes

    Last Updated : 2022-08-14
  • Harta Tahta Pria   5. Bangkit Lagi , Sandiwara Lagi

    Edi duduk sambil merenung dan memperhatikan unggas peliharaannya. Pikirannya tertuju pada kedua anaknya.“Nabila dan Nadia masih kecil, kalau begini terus bisa-bisa mereka nggak sekolah dan nggak punya masa depan,” gumamnya.Hampir setahun lamanya Edi tidak bekerja dan biaya untuk kebutuhan sehari-hari tentunya tidak akan berhenti. Edi yang merasa tubuhnya lebih baik walaupun tidak bisa beraktivitas berat seperti dulu pun bertekad untuk melobi teman-temannya untuk mendapatkan pekerjaan.Ia pun bergegas menghubungi beberapa temannya untuk meminta pekerjaan. Ada yang memberi tanggapan positif adapula yang berpura-pura sibuk dan tidak mengenalnya.“Huft, harus gimana ini. Tidak aku tidak boleh menyerah, aku adalah seorang ayah dan aku wajib menafkahi kedua anakku. Ibunya anak-anak sudah tidak bisa diharapkan, yang ia pedulikan hanya dirinya sendiri. Mungkin juga karena usianya yang masih sangat muda jadi belum memiliki tanggung jawab,” gumam Edi sambil mencoba menghubungi salah satu tema

    Last Updated : 2022-08-14
  • Harta Tahta Pria   6. Kambuh

    Ajeng kembali dielu-elukan oleh kawan-kawan sosialitanya. Setelah sekian lama ia dikenal sebagai tukang hutang, beberapa hari terakhir ini ia selalu datang mentraktir teman-temannya atau mengundang mereka ke rumah.Semuanya dilakukan sebelum jam lima sore karena sang suami baru pulang kerja menjelang maghrib. Seperti kali ini, dagangannya baru laku beberapa tapi ia sudah sibuk dengan grup chatnya."Yuhuu gaes,hari ini saya punya menu spesial lho buat kalian. Buat yang mau silakan mampir kerumah, GRATIS!” tulis Ajeng saat membuat pengumuman. Tentu saja ini membuat teman-temannya semangat, dan hal ini pun terus menerus dilakukan.Satu hari, sebelum Edi mengantar kedua anaknya sekolah, Ajeng pun langsung mendekati suaminya."Mas, tambahin modal donk buat dagang!" pinta ajeng.“Loh … keuntungan kemarin emang sudah habis? Kan daganganmu selalu abis tiap hari,” balas Edi.“Masih sih mas, tapi kan mau nambah dagangan lagi biar lebih lengkap, jadi tambah rame,” rengek Ajeng.“Mas belum gajian

    Last Updated : 2022-08-14
  • Harta Tahta Pria   7. Rahasia Ajeng

    Edi kembali duduk sambil memegangi dadanya. Pelan-pelan ia mulai mengatur napas agar tidak sampai kambuh lagi penyakitnya. Ia tak bisa membayangkan kondisi anaknya jika harus masuk rumah sakit lagi.Beberapa waktu lalu Edi tak sengaja bertemu dengan tetangga di warung, dia adalah petugas kebersihan yang bekerja di hotel. Tetangga Edi menceritakan apa yangt adi dilihat olehnya di hotel. Memang belakangan ini Ajeng dikenal sebagai perempuan yang tidak baik di lingkungan kampung.Tak ingin berlarut-larut Edi pun langsung bertanya pada Ajeng begitu melihat istrinya keluar dari kamar mandi.“Dek, tadi Mas denger kabar kalau kamu di hotel dengan keponakan Firman yang biasa ke sana. Apa bener?” tanyanya.Ajeng yang mendengar pertanyaan suaminya langsung terkejut. Ia mencoba menebak siapa yang menyebarkan berita ini.“Apaan sih Mas?” balas Ajeng dengan ketus.“Mas kan suami kamu dek, nggak baik lho kalau punya suami tapi masih pergi dengan laki-laki lain apalagi ke hotel,” Edi mengingatkan.“

    Last Updated : 2022-09-24
  • Harta Tahta Pria   8. Luluh

    Ajeng pun mengerutkan dahi tidak tahu kenapa pria di hadapannya tertawa terbahak-bahak. Pria yang rambutnya sudah memutih dan giginya hitam itu pun melihat Ajeng dari atas ke bawah. “Hmm, Nduk Ajeng, kamu ini kan masih muda, cantik dan Mbah ini sendirian, kamu tahu kan apa maksud Mbah?” tanya Mbah Darto sambil menggoda Ajeng. Ajeng tersentak saat mendengar permintaan dari pria tua di hadapannya. “Dih, apa iya aku harus tidur dengan si tua bangka ini? Iih nggak bangetlah. Udah tua, jelek, bau lagi,” runtuk Ajeng dalam hati. Mbah Darto pun kembali terkekeh saat melihat sosok Ajeng yang mulai gugup. Perempuan muda yang sedang terjepit terlihat begitu menggoda di matanya. “Gimana Nduk? Mbah udah siap lho dari tadi.” “Mampus, aku harus nemenin si tua bangka bau tanah ini, tapi … aku lagi nggak punya duit. Hmm udahlah aku sambil tutup mata dan lampu dimatiin aja. Sabar … sabar Jeng semua nggak ada yang gratis,” batinnya kemudian mengiyakan ajakan Mbah Darto. *** Ajeng tiba di rumah

    Last Updated : 2022-09-24
  • Harta Tahta Pria   9. Masa Lalu (POV Edi)

    Edi Santosa lelaki tiga puluh tahunan, ketika masih muda menjadi laki-laki idaman perempuan dikampung karena fisiknya yang menarik. Masa muda Edi dihabiskan dengan berfoya-foya, hampir setiap malam pulang dalam keadaan mabuk, seperti kebanyakan pemuda dikampungnya suka konsumsi minuman keras.Ibunya seorang pedagang sayur yang cukup laris di pasar, dan Edi adalah anak kesayangan Bu Wartini apapun yang dilakukannya walau buruk tak akan pernah membuat Ibu memarahinya. Pernah ketika Edi pulang larut malam dalam keadaan mabuk, dan terkapar diteras rumah hanya Bu Wartinilah yang memindahkannya ke kamar, sementara kakak dan kedua adiknya enggan.Hampir setiap hari Edi diberi nasihat untuk berhenti mabuk-mabukan tapi tak diindahkannya, termasuk Ani, perempuan yang saat itu dekat dengannya, dan akhirnya memilih pergi karena tak ada masa depan dala hubungan mereka. Sementara kedua adiknya tidak mampu menasihati Edi karena takut akan watak temperamentalnya saat di bawah minuman keras.Suatu sa

    Last Updated : 2022-09-25
  • Harta Tahta Pria   10.Penolakan (POV Ajeng)

    Hari sudah menjelang siang saat Ajeng turun dari ojek, ia mengamati rumah yang sudah lama tidak ia tempati, tentu saja rumah peninggalan orang tua Edi yang masih dihuni oleh Edi dan ketiga putri mereka.Sudah beberapa bulan terakhir Ajeng tidak pulang dan tinggal di sebuah kamar kos yang letaknya jauh dari rumah Edi. Tentu saja kamar kos itu dibiayai oleh laki-laki selingkuhan Ajeng yang entah laki-laki mana lagi, sudah tak terhitung jumlahnya. Bagi Ajeng materi adalah nomor satu, ia tidak peduli status yang masih diembannya dan juga lelaki yang bersamanya, asalkan ada yang bisa menuhi keinginannya, Ajeng rela menyerahkan harga dirinya.Untuk menutupi kebosanan dan menjaga image, Ajeng pun bekerja, tapi tetap saja tabiatnya menggoda lelaki tidak pernah berubah. Sementara Edi sekarang hanya konsentrasi bekerja untuk membesarkan ketiga anaknya dan memberi kasih sayang sepenuhnya pada mereka. Sari, kadang kakak kandung Edi merasa kasihan melihat mereka, anak masih kecil-kecil sudah tid

    Last Updated : 2022-09-30
  • Harta Tahta Pria   11. Anak Yang Tak Mengenal Ibunya

    Si bungsu Nania tidak seberuntung kedua kakaknya. Sejak usianya empat bulan Nania sudah sering ditinggal Ajeng dan seringkali diasuh oleh orang lain, kadang adik ipar atau kakak iparnya.Usia yang masih sangat rentan dan benar-benar membutuhkan kasih sayang seorang Ibu tapi sama sekali tidak pernah mendapatkannya.Suatu sore saat Edi pulang kerja, ia dikejutkan oleh tangisan sang putri bungsu yang tak kunjung berhenti. Saat itu Nania sedang berada dalam gendongan Putri di ruang tengah rumah.“Untung Mas Edi cepat pulang, sejak tadi Nania tidak berhenti menangis dan demamnya tinggi sekali. Tadi saya sudah membaluri badannya dengan bawang merah dan minyak telon tapi sama sekali tidak membantu,” Putri yang mengurus Nania langsung melaporkan keadaannya pada Edi. Edi yang saat itu masih lelah dengan pekerjaan yang menyita waktu pun langsung menempelkan punggung tangan di dahi putri kecilnya. Benar sekali tubuh anak itu sangat panas. “Mas, mending sekarang ke dokter aja bawa Nania, biar d

    Last Updated : 2022-10-04

Latest chapter

  • Harta Tahta Pria   13. Kehilangan

    HTP 13KEhilanganWaktu sudah mendekati tengah hari, saat itulah Ajeng menghentikan sepeda motornya di depan ruamah Edi yang terlihat sepi. Ajeng tentunya sudah hapal jam berapa suaminya itu meninggallkan rumah, dan ketiga anaknya sekolah. Karena masih berstatus istri sah Edi dan Ibu dari ketiga putrinya, Ajeng pun memegang kunci duplikat rumah yang membuatnya bebas keluar masuk. Ajeng juga sengaja datang jam segini agar tidak diketahui tetangga sekitar karena pagi hari banyak yang beraktivitas."Aku datang nggak ada maksud buat jenguk anak-anak,aku mau ambil apa yang bisa aku jual"batin Ajeng sembari membuka kunci pintu belakang rumah.Tanpa ada perasaan sungkan atau rindu rumah, wanita berambut lurus itu masuk rumah dan menggeledah hampir seluruh sudut ruangan. “Aduh ini rumah sepi amat sih nggak ada yang bisa dijual sama sekali. Udah bener-bener miskin kali si Edi, TV juga udah ketinggalan jaman mana udah nggak bagus lagi, bisa laku lima puluh ribu juga udah bagus, tapi nggak sep

  • Harta Tahta Pria   12. Permintaan Nabila

    Hubungan Edi dengan Ajeng masih saja tidak jelas selama bertahun-tahun. Mereka berdua sudah tidak lagi tinggal serumah. Edi sudah tidak tahu kemana istrinya itu pergi, menurut kabar Ajeng sudah tidak lagi tinggal di kontrakan lamanya melainkan kembali ke rumah orang tuanya di Madiun.Dari pengakuan teman Ajeng, kepindahannya dikarenakan tidak memiliki pekerjaan lagi dan tidak ada biaya untuk menghidupi kesehariannya.Namun untuk kembali tinggal di rumah Edi, Ajeng pun enggan, entah apa penyebabnya.Padahal jika Ajeng ingin datang dengan baik-baik, maka Edi pasti akan menerima dengan baik.Seperti apa yang selama ini dilakukan Ajeng, tiap akhir bulan, Ajeng selalu datang berkunjung ke tempat Edi, tapi bukan untuk menengok anak-anaknya. Ajeng hanya datang untuk meminta jatah uang bulanan dari Edi saja.“Dik, kamu nggak nunggu anak-anak pulang dulu, mereka nggak lama kok pergi dengan budhenya?” tanya Edi yang baru saja memberikan sejumlah uang untuk kebutuhan Ajeng beberapa waktu lalu.“

  • Harta Tahta Pria   11. Anak Yang Tak Mengenal Ibunya

    Si bungsu Nania tidak seberuntung kedua kakaknya. Sejak usianya empat bulan Nania sudah sering ditinggal Ajeng dan seringkali diasuh oleh orang lain, kadang adik ipar atau kakak iparnya.Usia yang masih sangat rentan dan benar-benar membutuhkan kasih sayang seorang Ibu tapi sama sekali tidak pernah mendapatkannya.Suatu sore saat Edi pulang kerja, ia dikejutkan oleh tangisan sang putri bungsu yang tak kunjung berhenti. Saat itu Nania sedang berada dalam gendongan Putri di ruang tengah rumah.“Untung Mas Edi cepat pulang, sejak tadi Nania tidak berhenti menangis dan demamnya tinggi sekali. Tadi saya sudah membaluri badannya dengan bawang merah dan minyak telon tapi sama sekali tidak membantu,” Putri yang mengurus Nania langsung melaporkan keadaannya pada Edi. Edi yang saat itu masih lelah dengan pekerjaan yang menyita waktu pun langsung menempelkan punggung tangan di dahi putri kecilnya. Benar sekali tubuh anak itu sangat panas. “Mas, mending sekarang ke dokter aja bawa Nania, biar d

  • Harta Tahta Pria   10.Penolakan (POV Ajeng)

    Hari sudah menjelang siang saat Ajeng turun dari ojek, ia mengamati rumah yang sudah lama tidak ia tempati, tentu saja rumah peninggalan orang tua Edi yang masih dihuni oleh Edi dan ketiga putri mereka.Sudah beberapa bulan terakhir Ajeng tidak pulang dan tinggal di sebuah kamar kos yang letaknya jauh dari rumah Edi. Tentu saja kamar kos itu dibiayai oleh laki-laki selingkuhan Ajeng yang entah laki-laki mana lagi, sudah tak terhitung jumlahnya. Bagi Ajeng materi adalah nomor satu, ia tidak peduli status yang masih diembannya dan juga lelaki yang bersamanya, asalkan ada yang bisa menuhi keinginannya, Ajeng rela menyerahkan harga dirinya.Untuk menutupi kebosanan dan menjaga image, Ajeng pun bekerja, tapi tetap saja tabiatnya menggoda lelaki tidak pernah berubah. Sementara Edi sekarang hanya konsentrasi bekerja untuk membesarkan ketiga anaknya dan memberi kasih sayang sepenuhnya pada mereka. Sari, kadang kakak kandung Edi merasa kasihan melihat mereka, anak masih kecil-kecil sudah tid

  • Harta Tahta Pria   9. Masa Lalu (POV Edi)

    Edi Santosa lelaki tiga puluh tahunan, ketika masih muda menjadi laki-laki idaman perempuan dikampung karena fisiknya yang menarik. Masa muda Edi dihabiskan dengan berfoya-foya, hampir setiap malam pulang dalam keadaan mabuk, seperti kebanyakan pemuda dikampungnya suka konsumsi minuman keras.Ibunya seorang pedagang sayur yang cukup laris di pasar, dan Edi adalah anak kesayangan Bu Wartini apapun yang dilakukannya walau buruk tak akan pernah membuat Ibu memarahinya. Pernah ketika Edi pulang larut malam dalam keadaan mabuk, dan terkapar diteras rumah hanya Bu Wartinilah yang memindahkannya ke kamar, sementara kakak dan kedua adiknya enggan.Hampir setiap hari Edi diberi nasihat untuk berhenti mabuk-mabukan tapi tak diindahkannya, termasuk Ani, perempuan yang saat itu dekat dengannya, dan akhirnya memilih pergi karena tak ada masa depan dala hubungan mereka. Sementara kedua adiknya tidak mampu menasihati Edi karena takut akan watak temperamentalnya saat di bawah minuman keras.Suatu sa

  • Harta Tahta Pria   8. Luluh

    Ajeng pun mengerutkan dahi tidak tahu kenapa pria di hadapannya tertawa terbahak-bahak. Pria yang rambutnya sudah memutih dan giginya hitam itu pun melihat Ajeng dari atas ke bawah. “Hmm, Nduk Ajeng, kamu ini kan masih muda, cantik dan Mbah ini sendirian, kamu tahu kan apa maksud Mbah?” tanya Mbah Darto sambil menggoda Ajeng. Ajeng tersentak saat mendengar permintaan dari pria tua di hadapannya. “Dih, apa iya aku harus tidur dengan si tua bangka ini? Iih nggak bangetlah. Udah tua, jelek, bau lagi,” runtuk Ajeng dalam hati. Mbah Darto pun kembali terkekeh saat melihat sosok Ajeng yang mulai gugup. Perempuan muda yang sedang terjepit terlihat begitu menggoda di matanya. “Gimana Nduk? Mbah udah siap lho dari tadi.” “Mampus, aku harus nemenin si tua bangka bau tanah ini, tapi … aku lagi nggak punya duit. Hmm udahlah aku sambil tutup mata dan lampu dimatiin aja. Sabar … sabar Jeng semua nggak ada yang gratis,” batinnya kemudian mengiyakan ajakan Mbah Darto. *** Ajeng tiba di rumah

  • Harta Tahta Pria   7. Rahasia Ajeng

    Edi kembali duduk sambil memegangi dadanya. Pelan-pelan ia mulai mengatur napas agar tidak sampai kambuh lagi penyakitnya. Ia tak bisa membayangkan kondisi anaknya jika harus masuk rumah sakit lagi.Beberapa waktu lalu Edi tak sengaja bertemu dengan tetangga di warung, dia adalah petugas kebersihan yang bekerja di hotel. Tetangga Edi menceritakan apa yangt adi dilihat olehnya di hotel. Memang belakangan ini Ajeng dikenal sebagai perempuan yang tidak baik di lingkungan kampung.Tak ingin berlarut-larut Edi pun langsung bertanya pada Ajeng begitu melihat istrinya keluar dari kamar mandi.“Dek, tadi Mas denger kabar kalau kamu di hotel dengan keponakan Firman yang biasa ke sana. Apa bener?” tanyanya.Ajeng yang mendengar pertanyaan suaminya langsung terkejut. Ia mencoba menebak siapa yang menyebarkan berita ini.“Apaan sih Mas?” balas Ajeng dengan ketus.“Mas kan suami kamu dek, nggak baik lho kalau punya suami tapi masih pergi dengan laki-laki lain apalagi ke hotel,” Edi mengingatkan.“

  • Harta Tahta Pria   6. Kambuh

    Ajeng kembali dielu-elukan oleh kawan-kawan sosialitanya. Setelah sekian lama ia dikenal sebagai tukang hutang, beberapa hari terakhir ini ia selalu datang mentraktir teman-temannya atau mengundang mereka ke rumah.Semuanya dilakukan sebelum jam lima sore karena sang suami baru pulang kerja menjelang maghrib. Seperti kali ini, dagangannya baru laku beberapa tapi ia sudah sibuk dengan grup chatnya."Yuhuu gaes,hari ini saya punya menu spesial lho buat kalian. Buat yang mau silakan mampir kerumah, GRATIS!” tulis Ajeng saat membuat pengumuman. Tentu saja ini membuat teman-temannya semangat, dan hal ini pun terus menerus dilakukan.Satu hari, sebelum Edi mengantar kedua anaknya sekolah, Ajeng pun langsung mendekati suaminya."Mas, tambahin modal donk buat dagang!" pinta ajeng.“Loh … keuntungan kemarin emang sudah habis? Kan daganganmu selalu abis tiap hari,” balas Edi.“Masih sih mas, tapi kan mau nambah dagangan lagi biar lebih lengkap, jadi tambah rame,” rengek Ajeng.“Mas belum gajian

  • Harta Tahta Pria   5. Bangkit Lagi , Sandiwara Lagi

    Edi duduk sambil merenung dan memperhatikan unggas peliharaannya. Pikirannya tertuju pada kedua anaknya.“Nabila dan Nadia masih kecil, kalau begini terus bisa-bisa mereka nggak sekolah dan nggak punya masa depan,” gumamnya.Hampir setahun lamanya Edi tidak bekerja dan biaya untuk kebutuhan sehari-hari tentunya tidak akan berhenti. Edi yang merasa tubuhnya lebih baik walaupun tidak bisa beraktivitas berat seperti dulu pun bertekad untuk melobi teman-temannya untuk mendapatkan pekerjaan.Ia pun bergegas menghubungi beberapa temannya untuk meminta pekerjaan. Ada yang memberi tanggapan positif adapula yang berpura-pura sibuk dan tidak mengenalnya.“Huft, harus gimana ini. Tidak aku tidak boleh menyerah, aku adalah seorang ayah dan aku wajib menafkahi kedua anakku. Ibunya anak-anak sudah tidak bisa diharapkan, yang ia pedulikan hanya dirinya sendiri. Mungkin juga karena usianya yang masih sangat muda jadi belum memiliki tanggung jawab,” gumam Edi sambil mencoba menghubungi salah satu tema

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status