*Happy Reading*"Cinta?" decih Arletta sejenak. Sebelum tiba-tiba terkekeh dengan nada yang benar-benar merendahkan Tristan. Kepalanya menggeleng beberapa kali tak habis pikir.Melihat hal itu, Tristan tentu saja tersinggung. Dia merasa perasaannya di remehkan ... entah oleh Arletta atau Arnetta. Mereka terlalu mirip hingga sulit di bedakan. "Kenapa lo malah ketawa? Gue serius dengan ucapan gue! Gue ingin kembali dengan Arletta. Karena gue sadar, hanya dialah wanita yang gue cintai!" Tristan memperjelas niatannya."So ... lo pikir Arletta akan percaya? Lo gak lupa kan, apa yang sudah lo lakuin sama dia?" balas Arletta santai. Tristan pun terdiam dengan rahang mengatup kuat. "Kalau-kalau lo lupa. Sini, gue ingetin. Lo ...." Arletta menunjuk tegas wajah Tristan. "Bukan hanya sudah berselingkuh dan mengkhianatinya bersama Arnetta. Tapi lo juga udah--'"Ya! Ya! Gue tahu!" sela Tristan cepat. Tak sanggup diingatkan dosanya sendiri. "Tapi justru karena itu gue mau ketemu dia dan minta maa
*Happy Reading*Arletta mencoba berontak dalam dekapan seseorang. Namun, tangan yang ada di belakang kepalanya menahan kuat pergerakannya dan malah makin membenamkannya dalam dada bidang yang menguarkan aroma maskulin. "Ssttt ... diamlah. Jangan takut. Aku pastikan kamu akan baik-baik saja." Suara di atas kepalanya mencoba menenangkan. Namun, sepertinya sudah salah paham pada aksi Arletta. Gadis itu bukan bergerak gelisah karena takut. Melainkan karena tidak nyaman dengan situasinya saat ini. Dekapan pria ini terlalu kuat dan ruang geraknya begitu sempit. Arletta mulai merasa sesak."Amankan pengunjung lainnya!""Sebelah sini! Ayo bantu angkat!""Satu lagi, ayo!"Suara pria lain, yang Arletta kenali sebagai kang kopi terdengar berkali-kali memerintah. Entah pada siapa, yang jelas sepertinya kondisi di luaran sana lumayan kacau. Arletta mencoba bergerak kembali. Namun, lagi-lagi tangan di belakang kepalanya menahan kuat agar tak bergerak dari posisinya saat ini. Sialan!"Mas, lepas
*Happy Reading*Tangan Arletta mengepal kuat di kedua sisi tubuhnya hingga buku-bukunya memutih. Hatinya kesal luar biasa melihat pemandangan di hadapannya saat ini. Bukan, Arletta bukan sedang cemburu karena lagi-lagi menemukan si kang photo bersama wanita lain yang cantik bin seksi. Namun, Arletta lebih ke marah karena lagi-lagi tertipu modusan si kang photo. Padahal, tadi hati Arletta sempat luluh akibat insident penyelamatan dalam cafe. Meski tak langsung baper dan melthing. Tetap saja, aksi heroik Arkana mampu membuat hati Arletta sedikit iba. Bagaimana pun, Arletta tetap lah wanita yang pasti punya sisi sensitifnya sendiri.Sayangnya, sepertinya itu hanya modusan semata. Karena lagi-lagi pria itu terciduk dan ketahuan belangnya. Meski mereka di sana tidak sedang bermesraan. Malah si kang photo tengah terpejam lelap. Tetapi ... Sumpah! Arletta merasa sudah buang-buang napas saja telah mengkhawatirkan pria itu sejak tadi."Dasar garong!" decih Arletta pelan sebelum memutuskan mu
*Happy Reading*"Biasa aja kali komuknya. Sobek dah lama-lama tuh mulut." Dengkus jengah Arletta terdengar, disertai sindiran saat lagi-lagi menemukan Arkana dengan senyum gak jelasnya. Sejak menemukan keberadaan Arletta paska siuman, pria gondrong ini memang tak berhenti tersenyum gak jelas. Ditambah dengan telatennya Arletta mengurus pria itu. Si kang photo tersebut makin kesenengan saja jadinya. "Namanya juga lagi bahagia, wajar dong kalau Mas senyum terus," jawab pria itu lugas. Masih dengan senyum dan mata menatap Arletta."Abis dapet lotre situ. Bahagia banget kek nya. Ayo buka mulutnya," balas Arletta acuh. Seraya menyodorkan sesendok penuh bubur dari rumah sakit ke hadapan pria itu.Arkana membuka patuh. Membuka mulutnya lebar dan mengunyah dengan lahap suapan bubur tersebut. Meski sebenarnya bubur itu hambar dan gak terlalu lembek di mulutnya. Tetapi karena yang menyuapinya adalah Arletta. Nikmat aja udah tuh bubur. Kang photo memang sebucin itu sekarang."Bukan lotre lagi
*Happy Reading*Karmilla turut memeluk Arletta bersama dengan sang kekasih, Elkava. Mengusap lembut rambut gadis itu demi menenangkannya yang makin gergugu dalam peluk kedua sahabatnya. Itulah kali pertama Arkana melihat Arletta dalam kondisi sangat rapuh sekali. Tangisnya pilu dan sukses membuatnya ikut merepih dalam diam. Siapa sangka, dibalik sikap judes dan acuhnya seorang Arletta. Ternyata gadis itu bisa serapuh ini. Meski Arkana belum tahu apa yang terjadi sebenarnya dengan Arletta dan apa yang sudah dilaluinya selama ini. Tetapi Arkana yakin, itu bukanlah hal yang mudah. Hidupnya pasti sangat keras dan pilu hingga gadis itu mencoba menyembunyikan kesedihan dan masalahnya dibalik wajah fake-nya selama ini. Arkana makin ingin mengenal Arletta.Setelah puas menangis. Arletta tertidur dalam pelukan kedua sahabatnya. Pasangan itu akhirnya bisa mendesah lega setelahnya, dan baru melirik keberadaan Arkana yang menyimak tak jauh dari mereka. "Maaf sudah membuat kacau. Biar nanti kam
*Happy Reading*"Tapi gue emang serius sama Arletta, Astaga! Harus gimana lagi gue ngomongnya? Apa perlu gue nikahin doi sekarang juga?!" gemas Arkana akhirnya.Niat pria itu awalnya hanya untuk meraih sedikit simpati dua sahabat Arletta ini. Atau setidaknya, agar niat mendekati Arletta di notice sedikit. Tetapi ternyata ...."Gak usah sok mau nikahin. Coba kenalin Arletta ke orang tua lo dulu, deh. Berani, gak? Via telepon juga gak papa. Ayo! Gue pengen liat," timpal Elkava menantang balik. Arkana pun auto menggaruk kepalanya dengan refleks. "Kenapa? Gak berani, kan? Omdo, huh!" ledek Karmilla dengan sarkas."Bukan gak berani," bantah Arkana. "Tapi sebelum ortu gue. Kan harus gue dulu yang tahu siapa Arletta. Biar nanti kalau di tanya, enak gitu jawabnya." Arkana masih membela diri."Loh, kata lo barusan. Ortu loh bukan tipe orang yang mentingin bibit, bebet, dan bobot pasangan lo. Harusnya asal tahu lo cinta sama Arletta. Mereka akan kasih restu tanpa perduli siapa, bagaimana dan d
*Happy Reading*Arletta benar-benar tertidur seharian seperti kata Karmilla. Entah karena obat penenang yang diberikan terlalu tinggi dosisnya atau ada hal lain. Yang jelas, itu tentu menjadi keuntungan sendiri untuk si kang photo. Kapan lagi yee kan, bisa menikmati kecantikan Arletta sampai puas. Meski orangnya tidur kek kebo gak terbangun walau badai menerpa. Penting Arkana puas banget akhirnya bisa memandang pujaannya tanpa salakan galak sang punya wajah. Oh iya! Jangan lupa di photo buat obat kangen kalau jauh. Ada-ada aja memang kang photo ini. "Eungh ..."Saat hari menjelang malam, Arletta pun akhirnya terbangun. Melenguh pelan saat merasakan kepalanya yang lumayan berdentam ketika kesadaran mulai menyapa. Gadis itu pun mengangkat tangan untuk memijat kepalanya sebentar. Namun, langsung tertegun saat menemukan sebuah infusan yang menempel pada punggung tangannya. Kok?"Udah bangun?" Sedang bingung sambil menatap infusan di tangannya. Sebuah suara berat menyita atensinya. A
*Happy Reading*Aneh! Ini benar-benar aneh!Setahu Arletta, si kang photo ini kepoan dan pemaksa juga. Tetapi, kenapa sikapnya biasa saja pada kejadian waktu itu, ya? Jangankan nanya atau minta kejelasan. Ini mengungkit kejadian itu aja, nggak loh! Kan, aneh banget, ya? Bahkan sampai hari berlalu, pria itu tetap biasa saja sikapnya. Seakan tak pernah melihat Arletta dalam kondisi tesebut.Apa dia gak terganggu dengan hal itu? Atau setidaknya ingin tahu. Meski mungkin saja dia sudah tahu dari Elkava, tapi sewajarnya dia tetap meminta konfirmasi pada Arletta, kan? Bukan malah pura-pura buta seperti ini. Bikin Arletta kepikiran saja!Benar-benar seperti bukan seorang Arkana saja. Tepatnya Arkana yang Arletta kenal. Gadis itu kini jadi kepo, sebenarnya apa yang dipikirkan kang photo?"Ayang mau ke mana?" todong Arkana, saat melihat Arletta memakai tas gembloknya pagi itu. "Mau ke cafe." Arletta menyahut acuh seraya memakai sepatu kets-nya. "Loh, udah buka? Emang perbaikannya udah sele