*Happy Reading*Racun dan api. Dua hal itu memang penggambaran si bangsat Joshua. Dulu, pria itu juga pernah melakukan hal yang sama saat Arletta masih menumpang di sebuah panti. Beruntung tidak ada korban jiwa. Semuanya bisa di selamatkan tepat waktu. Namun, tentu saja, hal itu membuat Arletta terpaksa pergi jauh akhirnya. Demi menyelamatkan anak-anak panti yang akan di jadikan korban oleh Joshua.Bertahun Arletta hidup bersembunyi dari jangkauan Joshua. Berkamuflase hidup tanpa media, Agar tidak ada lagi orang atau tempat yang Joshua jadikan korban untuk memancing Arletta agar menyerah.Kini, hal itu terulang lagi. Haruskah Arletta menghilang lagi? Tidak! Arletta tidak boleh menyerah begitu saja. Dia harus bertahan agar perjuangannya, Elkava dan Karmilla selama tujuh tahun ini tidak jadi sia-sia. "Kav, Joshua berulah lagi!" Dalam perjalanannya ke rumah sakit. Arletta menghubungi Elkava. "Gue udah denger. Lo hati-hati. Jangan keluar sendirian lagi. Gue udah kirim orang buat handle
*Happy Reading*"Ayang?"Arletta menoleh ke arah Arkana yang baru sana memanggilnya, lalu menaikan sebelah alisnya seakan menyahut 'apa?'. Arkana tersenyum lebar melihat hal itu.Meski Arletta tak pernah mengiyakan. Tetapi, entah sadar atau tidak, gadis itu selalu menoleh jika Arkana panggil dengan sebutan Ayang, Sayang, Baby, kadang-kadang My Baby Luv. Jangan heran, Lebay memang nama belakang kang photo, kan? Akan tetapi bukan itu poinnya. Melainkan sikap Arletta secara gak langsung menyatakan jika dia tidak keberatan dan mengakui hubungan mereka, kan? Itu tentu menjadi kemajuan besar untuk hubungan mereka yang didasari paksaan awalnya."Hadap sana bentar," titah kang photo kemudian. Menyuruh Arletta membuang wajah ke arah depan. "Mau apa?" Arletta tak gampang percaya. "Bentar, doang.""Iya, tapi mau apa? Jan macem-macem, deh!" tukas Arletta curiga. "Gak macam-macam, Ayang. Cuma mau selfie bentar. Udah lama nih gak post Ig. Fans Mas udah pada nanyain postingan baru. Maklum, ora
*Happy Reading*Nyatanya, Arletta tidak pulang seperti ucapnya pada Arkana. Gadis itu malah berjalan tak tentu arah, menyusuri jalan mengikuti langkah kaki membawanya pergi tanpa tujuan. Mungkinkah masih ada cinta tulus untuknya? Kalimat itu terus terngiang di kepalanya. Disertai bayang wajah dan tatap kesungguhan dari Arkana. Sialan!Padahal awalnya Arletta mengijinkan pria itu dekat, hanya demi memenuhi rasa penasaran Arkana saja. Arletta tidak pernah pakai hati dan menganggap serius hubungannya. Arletta tahu pasti bagaimana ending dari hubungan dengan seorang playboy seperti Arkana. Tetapi, entah kenapa ... Arletta merasa sudah kecolongan. Tidak tahu tepatnya kapan, sepertinya pria itu sudah menyusup ke dalam hatinya dan mulai punya posisi penting di sana. Seperti angin yang tak terlihat keberadaannya, tapi perlahan membelai lembut hatinya yang sudah sengaja dikunci serapat mungkin, bahkan dibekukan. Hingga tanpa terduga kebekuan hatinya mulai mencair.Lalu harus bagaimana sekar
*Happy Reading*Kiranya, malam itu Arletta hanya sedang marah dan butuh waktu untuk sendiri saja. Makanya Arkana pun mencoba memaklumi dan berharap besoknya gadis itu akan kembali perhatian. Tetapi, ternyata sampai hari berganti, tidak ada perubahan sedikit pun. Bahkan semakin parah. Karena entah sejak kapan, nomor ponsel Arkana sudah di blokir gadis itu. Membuat pria itu tak bisa mengirim spam apa pun pada Arletta. Dan itu berlangsung berhari-hari. Tak ayal, pria itu pun jadi uring-uringan sendirian di kamar rawatnya. Bruno yang setiap hari memang datang memantau keadaannya sampai jengah sendiri. "Sialaaannn!" maki Arkana entah untuk keberapa kali, seraya mengacak rambut gondrongnya yang semakin tak terurus. "Maunya apa sih, dia tuh? Bisa depresi gue lama-lama kalau begini!" lanjutnya dengan kesal. Bruno yang hari ini memang menemaninya seraya mendiskusikan pekerjaan, hanya bisa mendesah panjang dan menggeleng saja di tempatnya. Sudah malas ngomong dan menasehati pria itu. "Kala
*Happy Reading*"Kamu ... gak papa?" Pak Chakra, yang sudah mengemudikan mobilnya menjauh dari kosan Arletta, mencoba bertanya pada gadis yang kini tampak dingin dan fokus melihat ke arah depan. "Fine!" sahut Arletta datar. Menyandarkan tubuh dan membuang wajah pada luar jendela pintu bagiannya. Berusaha menghindari kaca spion yang menampilkan wajahnya. Chakra lalu melirik ke kaca spion dalam, melihat pria yang baru saja dicampakan Arletta. Jujur saja, sebagai pria yang juga ada hati pada Arletta, sebagian hatinya agak senang dengan sikap acuh Arletta barusan. Tetapi sebagian lainnya kasian juga dengan nasib pria tadi. Soalnya, kelihatannya pria itu sangat menyayangi Arletta. Sebagai sesama pria, jelas Chakra bisa membedakan mana sikap serius dan hanya main-main dari seorang pria terhadap lawan jenisnya. Dan tadi itu ... nampaknya pria yang sering memanggil dirinya 'Mas' itu lumayan serius pada Arletta. Makanya, Chakra prihatin akan nasibnya barusan. Melirik ke arah Arletta lagi.
*Happy Reading*Arletta merasa tubuhnya hampir remuk akibat ulah yang di sengaja si sopir taksi gadungan. Beruntung dia tadi tak melepaskan sabuk pengaman hingga tubuhnya tak terlempar ke mana-mana. Hanya saja, kepalanya lumayan berdenging akibat sempat terantuk kaca mobil dan atap. Kakinya juga lumayan sakit karena tadi dipakai menahan gerak lawan saat dia melakukan belitan tali tas. Arletta melirik bagian depan mobil, tepatnya pada bangku si sopir. Meski wajahnya berhasil selamat berkat air bag yang otomatis terbuka saat ada benturan. Namun, akibat tikaman pulpen dan cekikan Arletta membuatnya lumayan kepayahan. Mungkin sopir itu mulai kehilangan banyak darah. Meski begitu, si sopir gadungan masih berusaha menodongkan sebuah pistol ke arah Arletta, yang tentu saja bisa dihalau gadis itu dengan mudah. Dalam posisinya yang masih terbalik, Arletta menedang kuat tangan si sopir hingga pistol tersebut jatuh entah ke mana. Tak membuang waktu, Arletta pun segera menarik tali tas yang ma
*Happy Reading*Gila!Arletta rasa, satu kata itu sangat tepat menggambarkan sosok Arkana. Bagaimana tidak? Padahal, semalam Arletta sudah kabur diam-diam dan bersembunyi di rumah Elkava. Namun, saat pagi menjelang. Tepatnya saat dia baru bangun dan keluar kamar yang biasa dia tempati di rumah Elkava, si kang photo itu tahu-tahu sudah tertidur pulas di ruang tamu.Entah sejak kapan dan bagaimana dia bisa berada di sana. Yang jelas, tentu saja hal itu mulai mengganggu Arletta. Kalian tahu netizen nyambi sasaeng. Arletta rasa, si kang photo ini salah satu dari mereka. "Udah bangun lo? Sarapan dulu sana. Abis itu minum obat," tegur Elkava yang baru saja muncul dari dapur, seraya membawa minum hendak kembali ke kamarnya. Pria itu nampak tidak terganggu sama sekali dengan keberadaan Arkana di sana. Membuat Arletta auto curiga jadinya. Jangan bilang ...."Lo yang kasih tahu gue di sini sama dia?" tuduh Arletta akhirnya. Menatap Elkava penuh selidik. "Lo kata gue gak ada kerjaan," sahut E
*Happy Reading*Melihat Arkana terbangun. Sontak saja Arletta berjongkok dan menyembunyikan diri di balik kulkas. Sementara pria yang terkaget dalam tidurnya kini linglung seraya melihat sendal yang baru saja mencium wajahnya. Pria itu mengucek mata sejenak sebelum melirik Elkava yang masih berdiri di ambang pintu kamarnya. Kemudian, dengkusan kesal pun hadir. "Sialan lo, Kav! Rese banget. Masih pagi juga!" tuduhnya pada Elkava, seraya melempar balik sendal itu.'Loh, kok, jadi gue?' Mungkin itulah yang ada dipikiran Elkava saat ini. Soalnya ....Yang makan nangka siapa, yang kena getahnya siapa? Elkava langsung menatap tak terima si kang photo yang kini bersiap tidur kembali itu. "Gue gak--""Udah, diem! Jangan berisik! Gue mau tidur lagi sebelum Yayang Leta bangun. Gue butuh energi lebih ngadepin sabahat lo itu, kan?" sela Arkana cepat. Kembali meringkuk di atas sofa, yang sebenarnya tak begitu bisa menampung badan besarnya. Elkava sontak melirik kulkas di mana Arletta masih men