*Happy Reading*Arkana terus memacu tubuh dalam kungkungannya. Keringatnya sudah mengucur deras dengan nafas yang sudah tidak beraturan. Ia hampir sampai! Rasanya sensasi nikmat itu menjalar hingga ke seluruh syaraf tubuh dan ubun-ubunnya. Ini luar biasa! Sungguh kenikmatan yang tidak bisa dilukiskan dengan sebuah kata-kata. Meski ini sebenarnya bukan yang pertama untuk Arkana. Entah kenapa, kali ini rasanya sangat luar biasa! Istimewanya Arkana juga sudah cukup lama menahan diri untuk tak melewati batas yang diberikan oleh gadisnya. Sampai akhirnya gadis itu sendiri yang menyerah, Arkana pun tak akan membuang kesempatan sedikit pun."Mas ...." lenguh gadisnya di sela tubuh berguncang-guncang akibat hentakan kuat pinggulnya. Mata gadisnya turut menggelap oleh hasrat yang juga membuainya."Just a moment honey," balas Arkana. Sebelum kembali melumat bibir berwarna cerry yang terasa manis sekali di mulutnya. Arkana pun memacu tubuhnya lebih kuat lagi demi mendapatkan apa yang inginkan
*Happy Reading*Arletta menatap layar televisi dengan tatapan dingin sekali. Khususnya saat layar menyoroti Joshua yang mencoba menghindari awak media yang menjambangi kantornya."Joshua ini beneran gila, ya? Ngapain coba dia posting video mereka? Kan, itu sama saja mempermalukan diri sendiri. Iya gak, sih?" komentar Arkana kemudian. "Menurut lo gimana, Let?" Elkava yang saat ini ada di sana pun melirik Arletta, ingin tahu bagaimana reaksi gadis itu perihal masalah baru yang muncul hari ini. "Dia itu udah kehilangan akal menghadapi media yang mencoba mencari tahu soal si kembar. Makanya, dia sengaja memposting aibnya sendiri, demi berpura-pura menyatakan jika di sini dia juga korban. Dengan begitu semua orang akan menganggap kalau di sini memang gue yang salah. Gue yang nakal. Suka menggoda dan berhubungan dengan banyak pria. Kemarin Tristan, sekarang Joshua. Mungkin besok, Joshua akan memposting video lainnya di mana Arnetta sedang berhubungan dengan anak buahnya," terang Arletta,
*Happy Reading*Arletta menatap nanar semua postingan Milla atas titahnya tadi siang. Apalagi membaca kolom komentar. Hatinya berdenyut sakit sekali. Sejujurnya, dia tidak sampai hati melakukan ini. Karena itu sama saja membuka aib Almarhumah adiknya, Ane."Maafin gue, Ne," lirihnya seraya memejamkan mata menahan tangis.Arletta mencoba menenangkan hatinya, yang bergemuruh oleh rasa bersalah. Namun ternyata sulit sekali. Dia benar-benar merasa bersalah. Sebagai seorang kakak, bukannya menjaga nama baik adiknya. Arletta malah melakukan hal sebaliknya. Tak penat hal itu membuatnya turut merasa pedih.Arletta sudah berusaha sekuat tenaga untuk tetap tegar dan tak sampai menangis. Namun, itu benar-benar sulit sekali. Pada akhirnya tangis pun tak bisa Arletta bendung lagi. Dia menutup menyembunyikan wajahnya pada tangan yang dilipat di atas meja. Kadang, saat sendiri beginilah dia baru bisa menjadi dirinya sendiri dan memperlihatkan kerapuhannya. Meski begitu, Arletta tetap berusaha agar
*Happy Reading*Arletta memang akhirnya berhasil membuktikan jika wanita dalam video bersama Tristan bukanlah dirinya. Akan tetapi, gara-gara postingan seseorang yang memperlihatkan kuburan atas nama 'Arletta Regina Zavier'. Kini ia malah dituduh memalsukan identitas. Semua menyangka dia adalah Arnetta yang berpura-pura jadi Arletta. Alhasil, ya ... membela diri pun seakan tidak ada gunanya. Semua orang menyebutnya gadis licik, sekarang. Mencoba cuci tangan dari dosa yang diperbuat dengan berpura-pura jadi Arletta. Sungguh luar biasa ya netizen maha agung itu. "Haaahhh ... gila, ya? Masalah ini gak ada habisnya," keluh Elkava seraya menghempaskan tubuhnya pada sofa seberang Arletta. Kali ini Milla tak ikut serta. "Le, yakin gak mau bikimn conpres?" imbuhnya lagi. Gadis yang di tegur Elkava hanya menanggapi dengan gelengan kepala saja dengan pelan. Matanya tetap fokus pada berkas yang baru saja Elkava serahkan. "Kenapa?" Elkava masih penasaran. "Buat apa? Percuma juga," jawabnya s
*Happy Reading*"Sudah, sudah. Jangan menakutinya lagi. Dia gak gangguin aku, kok." Arletta pun akhirnya mencoba menenangkan. "Gak usah bohong kamu. Mas tadi lihat dia bisikin kamu sesuatu. Hayo, ngomongin apa aja kalian?" cecar Arkana."Kenapa? Kamu takut rahasianya kebongkar, yaaa?" Arletta malah menggoda suaminya dengan usil."Ck, rahasia apa, sih?" Arkana mengibaskan tangan. "Mas gak punya rahasia apa pun lagi. Semua rahasia Mas kan sudah kamu ketahui dengan jelas, Sayang.""Sa-sayang?" beo pria tadi, terkejut dengan panggilan Arkana pada gadis yang baru saja di kenalnya barusan. "Kenapa? Kamu keberatan saya panggil dia 'Sayang'?" tukas Arkana kemudian."E-eh, e-enggak kok, Bos. Gak sama sekali," sahut pria itu terbata. "Silahkan lanjutkan, Bos. Lanjutkan. Saya gak akan ganggu anda lagi." Selanjutnya pria tadi tersenyum penuh arti. Mungkin dia mengira Arletta ini adalah salah satu gundik Arkana."Lagian kamu keberatan pun, saya gak perduli. Orang saya panggil 'Sayang' sama istri
*Happy Reading*"Apa ini?" Arletta bertanya dengan bingung saat Arkana menaruh beberapa goody bag di hadapannya sore itu. Perasaan, ini bukan hari ulang tahunnya. Kenapa Arkana sudah memberikan kado?"Hadiah dari fans." Dan jawaban Arkana pun semakin membuat Arletta bingung di tempatnya. "Hadiah dari fans? Maksudnya?" beo Arletta. Arkana mengangguk mengaminkan, lalu melabuhkan pinggulnya di sebelah Arletta. "Tepatnya karyawan aku yang auto jadi fans kamu sejak melihat kejadian kemarin. Mereka jadi mengidolakan kamu karena aku tuh savage banget, katanya," terang Arkana kemudian. Mendengar hal itu, Arletta malah mendengkus pelan dan menggeleng tak habis pikir. Ada-ada saja ya kelakuan manusia. "Karena aku savage atau karena bonus dari kamu?" tanya Arletta lagi tak percaya. Kemarin, setelah akhirnya Tristan pergi dengan menanggung rasa malu dan kecewa karena permintaannya, untuk menarik kembali gugatan tak diluluskan Arletta. Arkana tiba-tiba menghampiri para karyawan yang menyaksi
*Happy Reading* "Begitu ya, Dok?" Arletta sudah dalam perjalanan, saat Karina tiba-tiba menelepon dan mengabarkan, jika dia bersama suaminya sedang tidak di rumah. Katanya, mereka ada acara dadakan malam itu."Iya, Let. Maaf banget, ya? Tapi kata Arjuna, gak papa kalau kamu tetap mau ke rumah juga. Soalnya di rumah juga ada Alan, pengacara Arjuna dan memegang berkas tersebut."Arletta terdiam mendengar hal itu. Dia berpikir sejenak tentang lanjut atau tidaknya pergi ke rumah Dokter Karina. Setelah menimbang beberapa saat, Arletta pun memilih tetap pergi. Toh, dia dan Arkana sudah setengah jalan. Lebih dari itu, Arletta juga terlanjur penasaran. Ingin segera tahu info yang ingin di tunjukan Pak Arjuna padanya. "Ya udah kalau gitu. Sekalian aku titip tolong liatin Shanum," ucap Karina setelah mendengar jawaban Arletta. "Loh, Shanum gak dibawa?" tanya Arletta lagi. "Kebetulan acara yang aku dan Arjuna akan datangi lumayan jauh. Takutnya Shanum gak nyaman dan malah rewel di jalan. Ak
*Happy Reading*Asap pekat yang menyebar membuat jarak pandang Arletta terbatas. Serta menyesakkan dan membuat tenggorokan gatal. Arletta menutup setengah wajahnya dengan lengan dalamnya. Terus menerobos masuk meski suhu panas semakin meningkat seiring semakin masuk ke dalam rumah tersebut. Api sudah merembet ke segala sudut. Berkilat-kilat, siap membakar apa saja yang mendekat. Meski begitu, langkah kaki Arletta tak urung sedikit pun. Dia terus melangkah, berlari menaiki tangga demi mencari keberadaan Shanum. Sialnya, Arletta tak tahu di mana kamar gadis kecil itu. Membuatnya kini terpaksa harus menyusuri dan membuka setiap kamar di lantai tersebut. Beruntung asap dan suhu panas di lantai tersebut tak seperti lantai bawah. Membuat Arletta bisa sedikit bernapas lega. "Shanum?! Shanum?! Shanum?! Di mana kamu?" Arletta terus mencari sambil menyerukan nama gadis itu. Berharap Shanum mendengar dan memberikan tanda tentang keberadaannya. Sayangnya, suara riuh di orang-orang panik lebih