*Happy Reading* "Begitu ya, Dok?" Arletta sudah dalam perjalanan, saat Karina tiba-tiba menelepon dan mengabarkan, jika dia bersama suaminya sedang tidak di rumah. Katanya, mereka ada acara dadakan malam itu."Iya, Let. Maaf banget, ya? Tapi kata Arjuna, gak papa kalau kamu tetap mau ke rumah juga. Soalnya di rumah juga ada Alan, pengacara Arjuna dan memegang berkas tersebut."Arletta terdiam mendengar hal itu. Dia berpikir sejenak tentang lanjut atau tidaknya pergi ke rumah Dokter Karina. Setelah menimbang beberapa saat, Arletta pun memilih tetap pergi. Toh, dia dan Arkana sudah setengah jalan. Lebih dari itu, Arletta juga terlanjur penasaran. Ingin segera tahu info yang ingin di tunjukan Pak Arjuna padanya. "Ya udah kalau gitu. Sekalian aku titip tolong liatin Shanum," ucap Karina setelah mendengar jawaban Arletta. "Loh, Shanum gak dibawa?" tanya Arletta lagi. "Kebetulan acara yang aku dan Arjuna akan datangi lumayan jauh. Takutnya Shanum gak nyaman dan malah rewel di jalan. Ak
*Happy Reading*Asap pekat yang menyebar membuat jarak pandang Arletta terbatas. Serta menyesakkan dan membuat tenggorokan gatal. Arletta menutup setengah wajahnya dengan lengan dalamnya. Terus menerobos masuk meski suhu panas semakin meningkat seiring semakin masuk ke dalam rumah tersebut. Api sudah merembet ke segala sudut. Berkilat-kilat, siap membakar apa saja yang mendekat. Meski begitu, langkah kaki Arletta tak urung sedikit pun. Dia terus melangkah, berlari menaiki tangga demi mencari keberadaan Shanum. Sialnya, Arletta tak tahu di mana kamar gadis kecil itu. Membuatnya kini terpaksa harus menyusuri dan membuka setiap kamar di lantai tersebut. Beruntung asap dan suhu panas di lantai tersebut tak seperti lantai bawah. Membuat Arletta bisa sedikit bernapas lega. "Shanum?! Shanum?! Shanum?! Di mana kamu?" Arletta terus mencari sambil menyerukan nama gadis itu. Berharap Shanum mendengar dan memberikan tanda tentang keberadaannya. Sayangnya, suara riuh di orang-orang panik lebih
*Happy reading*"Apa?!" seru Arjuna, ketika akhirnya mendapatkan kabar tentang kebakaran yang menimpa rumahnya. "Lalu bagaimana kondisinya sekarang? Shanum, putriku baik-baik saja, kan? Aku akan membunuhmu jika terjadi sesuatu padanya, Frans!" cecar Arjuna kemudian pada Frans, sambil mencengkram kaos bagian depan pria itu. Arjuna sangat marah sekali mendengar kabar tersebut. Terutama pada Frans, orang yang sudah dia percayakan untuk menjaga seluruh keluarganya. Frans memang bukan dewa yang bisa menjaga semua orang. Tetapi itulah gunanya anak buah, kan? Setahu Arjuna, anak buah Frans itu banyak, dan ahli-ahli. Masa masih kecolongan juga. Kalau demikian, buat apa Arjuna bayar Frans dan anak buahnya mahal?"Api sudah berhasil di padamkan. Kondisi Nona Shanum baik-baik saja. Alan berhasil menyelamatkannya, saat Nona terkunci dalam kamar bersama suster Hasmi. Sementara itu, penyebab kebakaran sedang di selidiki. Secepatnya laporannya akan segera anda dapatkan." Frans menjawab tegas, ta
##WARNING!!##PART INI MENGANDUNG ADEGAN NGERI YANG MUNGKIN AKAN MEMBUAT KALIAN MUAL DAN MERINDING. UNTUK YANG JIWANYA HELLO KITTY ALIAS TAK SUKA KEKERASAN. SKIP AJA, OKEH!!*Happy Reading*Arletta menghentikan mobil yang ia pinjam dari Alan di depan jalan setapak yang memasuki hutan belantara. Itu memang bukan titik di mana gps ponsel Arkana berada. Tetapi Arletta pun tidak bisa meneruskan laju kendaraannya karena kondisi jalan yang tak memungkinkan.Bukan hanya di sana cuma ada jalan setapak. Tetapi juga kanan kirinya di pagari pohon-pohon besar yang tak memungkinkan Arletta tetap melajukan mobilnya untuk menerobos jalan. Terpaksa Arletta pun harus melanjutkan langkah dengan berjalan kaki. Arletta segera memakai kaca mata khusus yang di buat Elkava untuknya. Kaca mata night mode, yang bisa melihat dalam kegelapan. Meski nampaknya di sana sepi da tak ada kehidupan. Tetapi justru dia harus waspada pada suasana gelap dan sepi di sana. Karena kegelapan adalah tempat terbaik untuk bers
*Happy Reading*"Bangsat!"Arletta menerjang kuat Joshua yang masih belum menyadari kehadirannya. Pria itu terhuyung beberapa langkah kebelakang akibatnya terjangan Arletta barusan. Sayangnya, beberapa anak buahnya bergerak cepat dan menahan Arletta. Jika saja Arletta membawa serta pistol yang dibawanya saat awal. Sudah Arletta lubangi kepala para bajingan itu. Apa daya, Arletta memang sengaja menyerahkannya pada Arkana tadi, untuk berjaga-jaga jika sampai ada musuh lain yang datang selama Frans masih bertarung dengan pria besar di sana."Dasar iblis!" maki Arletta kemudian, dengan dada berombak kuat dan mata menyalang menatap Joshua. Sedih, terluka, marah, pilu, kecewa, hancur, bercampur jadi satu, bergemuruh kuat dalam diri Arletta. Arletta sudah tidak bisa menggambarkan sekalut apa dirinya. Yang jelas, dia merasa siap meledak kapan saja untuk menghancurkan Joshua. Kebencian Arletta pada Joshua rasanya sudah sampai ke ubun-ubun.Apalagi jika membayangkan bagaimana hancurnya perasa
*Happy Reading*"Arletta?!"Semua orang bersorak kompak saat melihat Arletta terjungkal ke belakang pagar pembatas. Pun Joshua yang saat itu sudah jatuh tersungkur karena tendangan Frans. Beruntung Frans juga bergerak cepat meraih tangan Arletta, hingga gadis itu kini malah tergantung di udara."Arletta?! Astaga!" seru Joshua, bangkit dan langsung melihat kondisi Arletta yang masih tergantung dengan dipegangi Frans. Pria itu mencoba mengulurkan tangan, berharap Arletta akan meraih dengan tangannya yang bebas dan menggunakannya agar bisa naik kembali. Namun, gadis yang sedang tergantung itu hanya terdiam dan tak merespon apa-apa. Entah karena sudah kehabisan tenaga atau terlalu syok. Arletta nampak pasrah pada keadaan saat ini. Gadis itu bahkan tak nampak berusaha memegang balik tangan Frans dan mencoba naik untuk menyelamatkan diri. "Arletta?! Apa yang kau lakukan?! Cepat naik!" seru Frans berusaha meminta atensi gadis itu. Arletta memang menoleh ke arah Frans. Tetapi tetap bergemi
*Happy Reading*Arletta berkubang dalam keterpurukannya sejak kejadian itu. Dia merasa bukan hanya raganya saja yang babak belur paska insiden tersebut, tapi juga jiwanya. Hal itu membuat Arletta kehilangan tujuan dan semangat hidupnya. Mental Arletta hancur, sehancur-hancurnya. Lebih hancur dari pada saat tujuh tahun yang lalu, ketika harus kehilangan semuanya dan ditinggalkan seluruh keluarganya. Rasanya, semua usaha, perjuangan dan pengorbanannya selama tujuh ini sia-sia belaka. Untuk apa dia bertahan sampai berdarah-darah selama ini demi sebuah pembalasan dendam, kalau ternyata yang dia hadapi pada akhirnya adalah ayahnya sendiri?Sungguh, Arletta tidak mengerti kenapa Tuhan suka sekali bercanda dengan takdir Arletta? Lalu bagaimana pula dengan orang-orang yang sudah jadi korban selama tujuh tahun ini? Harus bagaimana Arletta menghadapinya? Arletta bingung. Arletta malu dan tak punya daya lagi untuk terus bertahan. Rasanya ingin sekali menyerah dan menghilang. Tetapi menghila
*Happy Reading*"Siang nanti Kak El akan di makamkan."Arletta meremas kuat selimut dalam pangkuannya, kala kalimat Gina terngiang di telinga. Hatinya pun bergemuruh kembali dengan rasa bersalah yang beberapa hari ini terus memeluknya erat hingga sesak.Elkava telah pergi. Arletta sungguh tak ingin mempercayai kabar tersebut. Tidak mungkin! Ini pasti mimpi, kan? Elkava tidak mungkin meninggalkannya seperti ini! Pria itu pernah berjanji akan menemani Arletta berjuang sampai akhir. Lalu kenapa ....? Mungkinkah ini sudah sampai pada akhir perjuangannya? Lalu siapa yang menang? Dia atau Joshua? Joshua? Mengingat nama itu, hati Arletta bergemuruh kembali dengan rasa benci luar biasa. Satu lagi yang terus Arletta tampik, yaitu kenyataan tentang hubungan darah mereka. Joshua? Bagaimana mungkin pria bangsat itu ternyata adalah ayah biologisnya? Ini gila, kan?"Kak Ale ... mau hadir juga, gak?" Kalimat Gina kembali terlintas. Membuat remasan tangan Arletta pada selimut semakin mengerat. Dat