Tok ... Tok ...
“Lena ... Lena ... apa kamu udah bangun?” tanya Herlambang mengetuk pintu kamar Elena.“Ya Om, udah bangun. Om tunggu aja di bawah, sebentar lagi saya turun,” pinta Elena dari dalam kamarnya.Herlambang yang tahu Elena telah bangun dari tidurnya, meraih gagang pintu dan mendapati pintu gadis cantik yang dicintanya terkunci.Dalam hati Herlambang pun bergumam, ‘Hmmm, ternyata Elena masih mengambil jarak. Baiklah aku akan menunggu sampai Erlangga menceraikannya.’Herlambang tersenyum sendiri. Tak lama kemudian, pintu kamar Elena pun terbuka. Lelaki tampan yang masih berdiri di depan pintu kamar itu pun, tersenyum manis menyambut Elena yang agak terkejut mendapati Herlambang di depan pintu kamarnya.“Oh, Om Her masih di sini. Lena pikir udah turun,” cicit Elena membalas senyuman Herlambang yang terus menatap dirinya.“Hari ini kita akan jalan-jalan ke taman,” ajak Herlambang.“Om Her, apa nggak sebaiknya pamitan sama tante Tiara?” tanya Elena memandang lelaki tampan, mertua sambungnya yang berada di sisinya berjalan menuju tangga.“Tiara masih tidur. Juga kita kan, cuma jalan di taman dekat rumah. Sayang, kamu itu harus lebih santai, jangan selalu merasa cemas, takut dan kuatir seperti itu. Kamu harus relax demi bayi dalam kandunganmu. Apa kamu sudah mulai merasa mual, seperti waktu hamil Sakti?" tanyanya, dan Elena hanya menjawab dengan menggelengkan kepala.Mereka berdua menuruni anak tangga selangkah demi selangkah dan saat tangan Herlambang akan menggenggam tangannya, Elena pun menepis tangan Herlambang serta berucap, “Om, tolong jangan seperti itu. Lena nggak enak sama pelayan di rumah ini. Apalagi saya belum bercerai.”“Tenang aja, mereka juga semua tahu kok, Sakti itu anaknya siapa. Aku rasa nggak usah lagi kita berpura-pura dengan jaga jarak seperti ini," ujar Herlambang seraya meninggikan alisnya dan tersenyum samar.“Tapi Om ... Lena nggak enak sama pelayan lain yang baru bekerja di rumah ini. Apalagi mereka tahu nya tante Tiara, Nyonya rumah ini,” bantah Elena seraya menepis kembali tangan Herlambang yang akan merangkul bahunya.Herlambang hanya bisa tersenyum lebar dan melirik ke arah gadis cantik tersebut sembari tetap menapaki tangga melingkar di rumah itu. Sesampai di bawah, Herlambang melambaikan tangan pada seorang pelayan.“Saya, Tuan Besar,” ucap seorang pelayan bernama Imah mendekat dan berdiri empat langkah di depan Herlambang serta menganggukkan kepalanya.“Siapkan roti isi keju dan susu untuk Nyonya Elena, juga buatkan saya jus alpukat dengan roti tanpa keju,” perintah Herlambang.Mereka pun berjalan menuju meja makan. Tak lama berselang, pelayan yang diperintah oleh Herlambang pun telah menyajikan minuman dan makanan yang di minta. Kemudian mereka menikmati makanan dan minuman sebelum menuju taman dekat kompleks rumah tersebut.Setelah itu, Elena dan Herlambang pun berjalan menuju mobil yang telah disiapkan dan mobil pun meluncur membawa keduanya pergi ke taman untuk jalan di pagi hari. Di dalam mobil tersebut, Herlambang terus melirik ke arah Elena yang mengenakan celana legging dan tshirt olah raga. Terlihat lekuk tubuhnya yang kian berisi, hingga membuat Herlambang terus menelan ludah.Dalam hati Herlambang pun bergumam atas kecantikan Elena yang kian hari kian menampakan kedewasaan seorang wanita muda , ‘Semakin hari Elena semakin tampak berisi dan seksi. Terlebih saat hamil seperti ini, sungguh sangat mempesona. Hmmm, bikin aku ingin cepat-cepat menikahinya. Apalagi Tiara sudah setuju.’Elena yang merasa risih terus di pandang oleh Herlambang pun menegurnya, “Kenapa Om? Ada yang aneh?”“Aneh? Uhm, ya, ada. Masa kamu nggak merasa?”“Anehnya dimana? Celana legging saya nggak robek kan, Om?” tanya Elena sembari memegang bagian bokongnya dan melihat ke arah bagian tengah di antara kedua pahanya.“Anehnya itu, karena aku tergila-gila sama kamu. Masa sih, kamu nggak merasa kalau aku sangat tergila-gila sama kamu? Bahkan aku rela dimaki-maki sama Erlangga gara-gara kamu. Lena, apa kita nikah siri dulu?” tanya Herlambang.“Jangan seperti itu lah, Om. Saya belum resmi cerai, juga saya harus melahirkan dulu,” pinta Elena cemberut ke arah Herlambang.Herlambang yang sedang menyetir dan melirik ke arah Elena hanya tersenyum lebar serta membiarkan Elena dengan kelakuan lucunya. Sampai akhirnya, saat mobil yang dikendarai Herlambang sampai di sebuah taman, lelaki tampan tersebut pun mengecup pipi Elena. Cup!“Om!” pekik Elena memandang tajam Herlambang dan memegang pipinya.“Kenapa? Abis kamu itu lucu dan rasanya aku nggak kuat menahan rasa dan harus berpura-pura di depan orang banyak,” jujur Herlambang mengungkapkan perasaannya.“Tapi kan, kalau kelakuan Om tadi dilakukan di depan orang banyak, apa tanggapan mereka tentang saya? Sudah pasti tambah buruk lah, Om,” sanggah Elena mempertanyakan pertanyaan yanh tak memerlukan jawaban.Lima menit dalam kebisuan, kembali Herlambang berkata-kata dengan menanyakan hal pribadi pada Elena.“Lena, tolong kamu jawab dengan jujur,” pinta Herlambang dan Elena pun mengangguk.“Apa yang kamu rasa saat kamu nggak pernah merasakan kehangatan seorang lelaki? Kamu nggak kangen aroma tubuhku?” tanya Herlambang mengoda wanita muda nan cantik tersebut hingga wajahnya merona.“Apa sih, Ah!” ucap Elena menghindari pertanyaan Herlambang.Kemudian Elena pun turun dari mobil tersebut tanpa menjawab pertanyaan Helambang. Lalu, dengan mesra Herlambang merangkul bahu Elena. Wanita muda nan cantik itu pun, membiarkan tangan Herlambang merangkulnya dan mereka pun berjalan santai di taman.***Sementara itu, di rumah mewah milik Herlambang, terlihat Tiara telah bangun dari tidurnya dan sedang duduk di ruang santai sembari melihat ikan-ikan beraneka warna dan jenis di dalam akuarium berukuran besar dengan memberikan makan pada ikan-ikan tersebut. “Pagi Nyonya ... tadi ada orang datang dan ngasih surat untuk Nyonya Elena,” tutur Iyem, salah seorang pelayan di rumah Herlambang kala memasuki ruang santai untuk menemui Tiara yang tengah menikmati secangkir kopi dan kudapan di pagi hari.“Surat? Dari mana? Uhm ... memang Elena kemana?” Tiara bertanya pada Iyem, seraya mengambil surat yang diberikan padanya.“Sekitar jam 6 pagi Nyonya Elena dan Tuan Besar sudah keluar rumah, Nyonya,” ucap Iyem sembari menundukkan kepalanya.“Oh ... apa Sakti udah bangun tidur? Dimana anak itu?” tanya Tiara, melihat jam pada dinding ruang santai, kala jam telah menunjukkan pukul delapan pagi.“Tuan Muda sudah bangun dan mandi. Sekarang ini sedang disuapi sembari bermain di taman belakang sama mbak Susi ... apa Nyonya ingin Sakti dibawa ke ruang ini?” tanya Iyem, masih menundukkan kepalanya.“Nggak usah! Biar aja dia main di halaman belakang. Sudah sana!” usir Tiara seraya mengerakkan tangannya meminta Iyem pergi dari hadapannya dan merobek amplop surat dengan kop surat pengadilan agama.Dibuka dan dibacanya surat gugatan cerai yang ditujukan untuk Elena. Tampak beberapa kali Tiara menarik napas panjang. Sesaat kemudian, matanya terpejam seraya mengernyitkan dahinya, ada guratan urat pada disisi matanya terlihat jelas. Kemudian, Tiara pun terdiam dan memandang lurus dalam pandangan kosong.Batinnya pun meradang dan berbisik, ‘Mas Her sama sekali nggak mikir perasaanku. Aku belum mati saja, dia sudah sedemikian rupa kelakuannya. Apalagi aku sudah mati? Pasti Elena dan Herlambang berpikir, kalau aku akan segera mati. Dasar perempuan jalang! Diangkat derajatnya, malah kurang ajar. Kita akan lihat, apa kamu bisa menikahi perempuan jalang itu, mas Her.’ Usai berdiam diri dan memikirkan langkah selanjutnya, Tiara mengambil gawainya dan menghubungi Erlangga, putra semata wayang yang sangat dikasihinya.“Erlangga ..!” sapa Tiara saat panggilan teleponnya dijawab oleh putranya.“Ada apa Mii ..?” tanya Erlangga diujung telepon.“Sampai kapan kamu di Indonesia? Sekarang kamu lagi dimana?” tanya Tiara.“Setelah urusan di Indonesia selesai, Er balik. Sekarang di apartemen. Kenapa Mii?” jawab Erlangga yang menanyakan tujuan Tiara menghubunginya.“Kenapa kamu ceraikan Elena? Apa kamu sudah gila,? Hah!” pekik Tiara.“Mami ... buat apa dipertahankan lagi? Bukankah Mami juga sudah memberi izin papi untuk menikahi Elena?” jawab Erlangga mempertanyakan keputusan Tiara.“Er ... kamu pikir Mami ikhlas? Setelah Mami tau Elena mengandung anak kamu, pikiran Mami pun berubah. Er, berjuanglah untuk bayi yang sedang dikandung Elena. Itu anak kamu, Er!” ucap Tiara dengan nada tinggi.Wanita berusia 45 tahun itu, berdiri dari tempat duduknya di ruang santai dan berjalan menuju tangga serta menaiki setiap anak tangga dengan hati-hati untuk sampai ke kamarnya. Ia juga menjeda obrolannya dengan Erlangga, hingga sampai kamarnya.“Hello ... Mii!” panggil Erlangga saat Tiara menjeda obrolan mereka.“Wait!” jawab singkat Tiara.Setelah itu, Tiara pun berucap, “Bicaralah. Tadi Mami masih di tangga, mau ke kamar.”“Uhm, kata siapa itu anak Er? Kata Elena? Mami sendiri tau ... sekarang ini Elena yang dulu sudah berubah. Dia itu perempuan yang suka berbohong,” ungkap Erlangga kecewa.“Mami menguping dari percakapan Elena dan ibunya. Waktu itu, Herlina pikir kalau Elena mengandung anak papi Her lagi. Ternyata Elena memastikan dan bersumpah kalau anak yang dikandungnya anak kamu!” tegas Tiara memberitahukan apa yang di dengarnya.“Biarlah Mii ... Er pikir mungkin ini sudah jalan bayi itu. Apalagi Er sudah berjanji akan segera menikahi Bella. Makanya, pengacara yang urus gugatan cerai itu, pengacara keluarga Bella,” tutur Erlangga pasrah atas semua peristiwa yang telah terjadi.“Erlangga ... Apa kamu nggak berpikir ... esok atau lusa, papimu bakal pilih kasih dengan kedua anak Elena? Dia tau kalau yang sekarang dikandung Elena itu anak kamu. Boleh aja kamu marah tentang Sakti ... Tapi, perlu kamu ingat! Anak yang sekarang dikandung Elena, anakmu!” seru Tiara kembali mengingatkan Erlangga.“Er udah ikhlas, Mii. Biarlah anak itu menentukan nasibnya sendiri. Er udah terlalu lelah berpikir dan kecewa sama semuanya, termasuk Mami yang berbohong mengenai Sakti,” lirih suara Erlangga mengatakan kekecewaannya“Er ... maafkan Mami. Tetapi, tolong pikirkan jabang bayi yang sekarang dikandung Elena. Bayi itu, calon penerus kamu! Almarhum papi Bisma pasti kecewa karena kamu membiarkan keturunannya dibiarkan dalam dekapan papi Her!” seru Tiara menjeda ucapannya dan berharap Erlangga menanggapi ucapannya.“Er, kelak anakmu itu yang harus berkuasa atas harta almarhum papi Bisma dan harta dari papi Her. Ngerti maksud Mami?” tanya Tiara saat tidak mendengar sahutan dari putranya.“Sudahlah Mii ... Biar aja harta itu dibagi berdua. Juga mereka masih bersaudara. Er nggak memerlukan harta sebanyak itu ... kelak kalau papi Her mau ambil beberapa properti miliknya yang udah atas nama Er, akan Er kembalikan,” tukas Erlangga.“Erlangga! Harta itu adalah hak kamu! Terlebih dari almarhum papi Bisma. Ingat! Tanpa harta, kita tidak ada apa-apanya. Apa kamu pikir, semua orang akan tunduk dan hormat sama kita kalau kita nggak kaya?! Perlu kami ingat juga. Mami masih bertahan sampai saat ini dari penyakit kanker karena punya uang banyak untuk berobat!”Usai mengatakan hal itu, sejenak, mereka menjeda obrolannya. Baik Erlangga dan Tiara masing- masing menarik napas dan membisu. Lalu, kembali Tiara membuka percakapannya lagi.“Erlangga ... Mami akan cerita sedikit masalah penyakit kanker Mami. Kamu tau apa kata dokter di sini waktu mereka memeriksa Mami? Mereka bilang harapan Mami cuma 6 bulan! Mereka ngawur ... mereka salah diagnosa! Buktinya sejak bolak-balik ke Singapura untuk berobat, dokter bilang kanker di tubuh Mami semakin sedikit, ada harapan Mami untuk sehat kembali dengan catatan, Mami harus terus berobat selama 6 tahun. Kira-kira apa yang kita perlukan jika kita harus berobat selama 6 tahun saat sakit? Uang! Uang dan uang!” ujar Tiara menguraikan panjang lebar perihal sakit dan sangkut paut properti yang akan diserahkan Erlangga pada Herlambang.“Ya Allah ... serius Mami udah sehat?” tanya Erlangga dengan intonasi bahagia.“Mami masih sakit, Er. Tapi, diagnosa yang dikatakan dokter di Singapura menjanjikan suatu hal yang bagus dibandingkan di sini. Doakan saja Mami akan bisa melawan penyakit ini,” ucap Tiara memberitahukan pengobatannya.“Ya, Mii ... pasti Er doakan,” tuturnya dalam nada suara penuh harapan.“Baiklah ... Mami akan cerita hal penting lainnya. Kemarin, Mami ikut antar Elena untuk USG dan dengar ... bayi yang dikandung Elena, lelaki lagi! Jadi tolong urungkan niat kamu bercerai dengan Elena demi putramu. Cucuku harus jadi penerus semua perusahaan yang ada, walaupun dia anak kedua,” tutur Tiara tersenyum lebar kala menceritakan hal yang buat dirinya bahagia.“Bayi dalam kandungan Elena, laki-laki? Mami yakin ... itu anak Er? Kalau bukan gimana?” tanya Erlangga dengan nada kecewa.“Mami yakin, tapi untuk lebih yakinnya, kamu harus lakukan tes DNA. Juga cuman dua minggu, udah bisa ketahuan anak siapa yang dikandung Elena. Lagi pula, kamu juga nggak bisa gugat cerai Elena, karena dia hamil. Jadi kamu tunggu sampai bayi itu dilahirkan dan selesai masa nifasnya” imbuh Tiara.“Tapi Mi, Er nggak mungkin batal menikahi Bella. Er udah janji sama keluarga Bella untuk menceraikan Elena,” ungkap Erlangga atas kesepakatannya dengan keluarga Bella.“Mami nggak akan memberikan restu! Kecuali, kalian menikah diam-diam tanpa sepengetahuan Elena. Kamu nggak lagi diguna-guna sama Bella dan keluarganya kan? Kok bisa-bisanya kamu yang cinta mati sama Elena bisa berubah drastis,” Tiara curiga atas perubahan sikap Erlangga.“Mami .. Mami ... mana ada sih zaman sekarang guna-guna seperti itu. Er begini karena sangat kecewa dan marah sama Elena. Mami pikir, rasa cinta dan sayang Er bisa hilang begitu aja sama Lena? Sampai saat ini, Er masih sayang sama Elena. Memang awalnya, Er sengaja mau balas dendam dengan menikahi Bella. Waktu itu Lena mau di madu dan terima Bella. Tapi, terakhir Lena malah minta cerai. Berarti kan, ada orang yang menyuruhnya,” ungkap Erlangga dalam suara penuh kecewa.“Pasti Papi kamu yang mau kalian bercerai,” duga Tiara meluncur dari bibirnya.“Menurut Mami, Er sekarang harus bagaimana?” tanya Erlangga.“Untuk sementara ini, biar pengacara Mami untuk jawab gugatan cerai ini. Uhm, kalau memang keluarga Bella memaksa kamu untuk menikah ... menikah siri aja dulu dan kasih tahu alasannya. Perlu lebih 7 bulan lagi untuk menikah karena Elena harus melahirkan dan selesai masa nifasnya,” saran Tiara.Tok... Tok...“Maaf Nyonya ... Tuan Besar minta Nyonya sarapan bersama,” ucap seorang pelayan dari luar kamar Tiara.“Ya! Er ... nanti Mami kirim pesan saja. Kalau gimana kita harus bertemu. Udah dulu ya, Mami ditunggu di ruang makan. Jaga kesehatan,” cicit Tiara menutup pembicaraannya.“Sayang, siapa yang udah telepon pagi-pagi?” tanya Bella, memeluk tubuh bagian belakang Erlangga yang agak terkejut kala berdiri di balkon apartemennya. “Udah bangun?” tanya Erlangga membalikkan tubuhnya dan mengecup kening Bella. “Iya ... tadi ngomong sama siapa? Kok nggak jawab?” tanya Bella bergelayut manja di tangan Erlangga seraya memandang beberapa orang yang berenang dari atas balkon apartemennya. Dan kebetulan pemandangannya bagian bawahnya persis berisi kolam renang.“Ngomong sama Mami ... dia cuma tanya perihal surat gugatan cerai yang hari ini sampai di rumah. Katanya sih, kami bisa bercerai setelah Elena melahirkan dan melewati masa nifasnya,” ucap Erlangga memandang ke arah Bella yang masih asyik memandang orang berenang. “Kok gitu? Emang ada ya, undang-undangnya seperti itu? Kalau udah gitu, mau berapa lama lagi kita bisa nikah? Bisa jadi itu akal-akalan Lena aja,” sungut Bella menoleh ke arah Erlangga dengan wajah masam. Erlangga yang melihat wajah masam Bella pun b
Tepat pukul sebelas siang, Erlangga pun meluncur ke sebuah Resto milik teman Tiara yang bernama Erwin. Di sepanjang jalan menuju tempat resto tersebut, ia masih saja memikirkan anak yang berada di dalam kandungan Elena. “Gue harus bagaimana untuk ambil darah daging gue di Elena? Kalau ingat semua kejadiannya, nyesel banget gue ke Singapura waktu itu. Kalau aja ... udahlah, kalau emang si Lena kagak suka juga kagak mungkin kejadian.” Erlangga berbicara pada dirinya sendiri, saat perasaan benci timbul di hatinya mengingat perbuatan Herlambang bersama Elena di belakangnya. Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai pun sampai pada sebuah resto milik teman Tiara. Seorang pelayan menyambut kedatangan Erlangga, ketika lelaki tampan itu akan memasuki pintu masuk restoran.“Silakan Kak ... untuk berapa orang? Apa kakak sudah boking meja sebelumnya?” tanya seorang pelayan seraya membukakan pintu dan berhadapan dengan Erlangga. “Belum sih, Mbak. Mungkin mami saya udah pesan meja, kata mami sa
Herlambang yang awalnya telah berangkat ke kantor, akhirnya kembali ke rumah usai menghubungi Dimas yang memberitahukan kalau Tiara tidak ada di rumah sebelum makan siang. “Dimas, apa Nyonya Tiara ada di rumah?” tanya Herlambang. “Maaf Tuan besar, Nyonya keluar rumah sebelum makan siang dengan Imam,” jawab Dimas. “Apa kamu tau dia kemana? Soalnya telepon saya nggak di jawab,” ungkap Herlambang. “Coba saya hubungi Imam, Tuan,” ujar Dimas. “Jangan! Nggak usah, biar aja. Hmmm, apa Elena hari ini nggak ke rumah mamanya?” tanya Herlambang kembali. “Betul Tuan, Nyonya Elena ada di rumah,” ucap Dimas. “Oh, Ok! Terima kasih,” tutur Herlambang menutup pembicaraan diantara mereka. Sekitar pukul dua siang, mobil yang dikendarai oleh Herlambang pun sampai di rumah. Herlambang melangkah panjang memasuki rumah mewah tersebut dan menaiki tangga menuju kamarnya. Disaat Herlambang melintasi kamar Elena, samar-samar terdengar suara televisi. Kemudian, Herlambang pun meraih gagang pintu kamar te
Sekitar jam 8 pagi, suara ponsel Erlangga berdering. Hal itu membuat lelaki tampan yang pagi itu masih terlelap dalam kantuknya memicingkan matanya dan meraih ponsel pada nakas sebelah tempat tidurnya.“Halo,” sapa Erlangga dengan kedua mata yang masih terpejam tanpa melihat nama yang ada di depan layar ponselnya.“Er ... Jam berapa ke rumah? Papimu udah ke Bandara dan Elena ada di rumah,” ujar Tiara menghubungi putranya.“Ya Mii..., Er mau mandi dulu,” jawab Erlangga.“Udahlah cuci muka aja. Nanti disini mandinya..., Biar kita bisa sarapan bersama Elena,” perintah Tiara.“Aduh..., Mami ini, Er risih..., lagi pula Er masih belom bis...”“Erlangga...! Tolong untuk kali ini kamu ikuti apa kata Mami! Apa Bella disana..., makanya kamu merasa keberatan dengan saran Mami?” tanya Tiara curiga atas keberadaan Bella di apartemen putranya.“Bella nggak tidur disini..., Ya udah sekarang Er cuci m.ka, langsung ke rumah,” sahut Erlangga tanpa ingin membantah perintah Tiara.Erlangga pun me
“Lena, duduklah,” perintah Tiara pada Elena yang terpaku menatap Erlangga.Tanpa berkata-kata Elena duduk di sisi kanan meja makan. Erlangga pun duduk di sisi kiri, sementara Tiara duduk di bagian tengah. Kemudian, Tiara memanggil seorang pelayan untuk melayani mereka.“Suti...! Siapkan jus apel, jus alpukat dan jus wortel.”“Baik Nyonya besar,” jawab Suti menganggukkan kepalanya dan berlalu dari meja makan.“Ayo, makanlah...,” ajak Tiara melihat ke arah Elena dan Erlangga.Terdengar denting sendok dan garpu dengan lembut tanpa terdengar obrolan diantara mereka bertiga. Suti membawakan 3 buah jus dan berdiri menunggu perintah Tiara. Sekitar 10 menit usai Suti berdiri dengan membawa nampan berisi 3 gelas jus. Tiara pun memerintahkan pelayannya untuk membawa ketiga jus tersebut ke taman belakang rumah.“Suti, kamu bawa jus itu ke taman sekarang,” perintah Tiara yang beranjak dari meja makan.“Ayo Er..., Lena...,” ajak Tiara.Tiara jalan terlebih dahulu, setelah itu Elena pun ber
Erlangga pulang dini hari ke rumah dalam keadaan mabuk berat. Sopir yang diminta untuk mengantar pemuda tampan yang terlihat teler itu pun memapah dirinya bersama seorang sekuriti untuk menaiki tangga melingkar dirumah itu untuk sampai di kamarnya yang berada di atas. Sesampai di lantai atas, Imam yang tahu kalau antara Elena dan Erlangga belum bercerai mengetuk pintu kamar tersebut.Tok ... Tok ... Tok ...Elena yang baru saja memejamkan matanya usai membuatkan susu untuk Sakti yang berada di kamar bawah, terkejut dengan ketukan pada pintu kamarnya.“Siapa yaa...?” tanya Elena beranjak dari tempat tidurnya.“Maaf Nyonya Elena..., Saya sopir yang bawa Tuan Erlangga,” sahutnya pelan di depan pintu kamar Elena.“Erlangga?!” Cklek...!Pintu kamar wanita cantik itu pun terbuka, Elena pun mempersilakan sopir dan sekuriti di rumah itu untuk meletakan tubuh Erlangga yang tampak berantakan dengan bau alkohol serta bau asap rokok pada seluruh baju yang dikenakannya.“Makasih Pak Imam.
Setiap hari Dimas datang ke rumah Herlambang sekitar pukul 6 pagi untuk memberikan instruksi pada ke empat pelayan, satu orang sopir pribadi Tiara dan satu tukang kebun di rumah besar itu. Sedangkan sopir pribadi Herlambang, biasanya akan libur ketika Tuan besarnya tidak ke kantor seperti saat ini.Usai memberikan instruksi pada semua pelayan di rumah itu, sopir pribadi Tiara yang bernama Imam pun berbicara pada Dimas.“Pagi Pak Dimas, saya mau lapor,” bisik Imam saat mendekat Dimas.“Lapor apa?” tanya Dimas menatap selidik Imam.“Uhm, semalam Tuan muda Erlangga mabuk dan...”“Mabuk?” tanya Dimas melangkah ke samping rumah mewah itu dan diikuti oleh Imam.“Sekarang kamu bisa cerita,” pinta Dimas berdiri diantara pohon palem yang cukup tinggi.“Kemarin saya antar Tuan muda bertemu teman-temannya di tempat ngopi sampai jam 8 malam. Setelah itu, mereka bersama-sama pergi ke Night Club dan pulang dini hari dalam keadaan mabuk berat, Pak,” cerita Imam.“Apa Nyonya Tiara tau?” tanya
Elena turun dari lantai atas menuju ke ruang makan disambut dengan wajah ramah dan senyum semeringah Tiara, setelah ia mendengar cerita Darsih tentang hal yang sudah diduganya.“Pagi Lena..., apa Erlangga sudah bangun?” tanya Tiara tersenyum.“Udah, sekarang lagi mandi,” jawab Elena agak malu dan merasa Tiara telah mengetahui hal yang ia lakukan bersama Erlangga.“Wati...! Siapkan nasi goreng seafood nya,” perintah Tiara. Seorang pelayan yang dipanggil dan diperintah Tiara pun, bergegas untuk menyiapkan yang diminta tanpa berkata sepatah kata pun, Wati hanya menganggukkan kepala dan menata makanan di atas meja makan yang cukup besar.Setelah itu, pelayan pun menyiapkan minuman mineral dalam gelas bening panjang beserta segelas jus yang masing-masing telah dipesan oleh Tiara. Tanpa diberitahu, Wati pun berdiri di dekat meja makan yang berjarak 3 langkah dari tempatnya berdiri.Tiara meraih telepon direct yang berada di ruang makan tersebut untuk menghubungi Dimas, sang kepala pe
Erlangga yang mengetahui kedatangan Herlambang, membuat lelaki tampan itu uring-uringan. Di rumah, Erlangga yang tak pernah membentak Bella atas kesalahan kecil yang diperbuatnya, di pagi hari itu saat lelaki tampan itu akan ke kantor, membuat Bella menangis atas hal kecil yang tak diduganya.“Lain kali, kamu itu mikir! Masa iya aku ke kantor pakai pakaian ini? Apa kamu pikir ini cocok aku pakai? Padahal sejak awal kamu pilihkan pakaian ini, aku sudah ngomong..., singkirkan dari lemari pakaianku! Dasar perempuan nggak bisa buat suami bahagia!” teriak Erlangga pada Bella kala wanita cantik itu mengambilkan pakaian yang tak disuka oleh Erlangga.Elizabeth yang mendengar putrinya dibentak oleh Erlangga pun masuk ke dalam kamar itu dan menegur menantunya, “Ada apa sih sama kamu? Masalah pakaian saja sampai memaki-maki Bella! Apa putriku kurang baik mengurus putramu?!” Erlangga yang terkejut dengan kehadiran Elizabeth yang datang ke kamar mereka pun melirik ke arah wanita yang telah cukup
Perselingkuhan yang dimulai oleh libido yang tak tersalurkan oleh Elena, membawanya dalam pusaran ketakutan dan hasrat yang kian tak terbendungkan. Karena sejak saat itu, mereka sering melakukan hubungan intim di ruang kerja Erlangga. Terlebih, Bella kini sudah sangat percaya pada Erlangga sejak sang suami mempunyai sekretaris seorang lelaki.Seperti pagi ini, Erlangga berpamitan di pagi hari dengan alasan akan ada kunjungan dari investor sehingga ia harus mengecek seluruh data yang diminta oleh investor tersebut. Dan Erlangga juga meminta pada Elena untuk datang pukul 7 pagi, dengan alasan yang sama. Maka, saat Erlangga telah berada di ruangan kerjanya, lelaki tampan yang telah mempersiapkan diri dengan meminum vitamin dan suplemen serta obat kuat pun, menunggu kedatangan Elena.Tok ... Tok ... Tok ...“Ya masuk,” ucap Erlangga seraya tersenyum lebar kala melihat jam baru menunjukkan pukul 7 kurang sepuluh menit.Lelaki tampan itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Elena y
Kepergian Herlambang dalam menjajaki pembukaan perusahaan baru atas nama putranya Sakti, membuat Elena merasa kesepian saat berada di rumah. Wanita cantik itu lebih suka menghabiskan waktu di kantor, karena lebih cepat waktu berlalu dibandingkan saat ia berada di rumah. Terlebih saat ini, Sakti yang kini telah berusia 9 tahun, lebih banyak kegiatan ekstra di sekolah atau pun di tempat bimbel serta tempat olah raga.Seperti saat ini, setelah dua minggu berlalu, Elena yang merasa kesepian karena sang putra harus melakukan kegiatan olah raga memilih untuk ke rumah Herlina. Di rumah Herlina, Elena biasanya mengobrol banyak hal pada sang mama yang telah semakin menua.“Lena..., mama kangen sekali sama Jamila. Apa kamu bisa menghubungi Jamila?” tanya Herlina.“Ya Maa.., sekarang Lena hubungi Mila,” jawab Elena.Satu jam kemudian, Jamila yang diminta datang ke rumah Herlina pun, menyambangi wanita yang telah dianggap mamanya pula. Mereka bercengkerama dan bercerita pada masa tinggal di sebua
Sejak Erlangga mengajak makan siang Elena, hubungan mereka kian akrab. Keakraban mereka tanpa diketahui pasangan masing-masing telah terjalin selama 2 tahun sejak Elena menjadi kepala cabang dari perusahaan EDC tersebut. Namun, selama ini keakraban mereka hanya sebagai atasan dan bawahan, ayah dan ibu dari seorang pewaris utama. Dan mereka juga sering bercerita tentang rumah tangga masing-masing dengan kebahagiaan masing-masing serta membicarakan tumbuh kembang Satrya di bawah pengawasan Bella, ketika mereka makan bersama di saat Herlambang keluar kota. Hal ini mereka lakukan, agar tidak adanya kesalahpahaman atas hubungan yang kini terjalin di antara mereka. Seperti saat ini usai mereka mengikuti rapat di sebuah Bank Swasta, mereka pun makan bersama pada sebuah restoran. Di momen ini, Elena mulai mengeluhkan perihal diri Herlambang pada Erlangga. Dan hal itu jelas membuat Erlangga terkejut. Karena selama ini, Elena sangat bersemangat jika membicarakan tentang Herlambang yang sering
Erlangga yang sejak awal ingin memutuskan hubungan dengan Anggun akhirnya dapat dengan mudah melempar wanita yang semakin ingin memilikinya. Sementara, Elena yang telah dua kali ditolong Erlangga saat menghadapi kendala di tempatnya bekerja merasa berhutang budi atas segala tindakan yang telah dilakukan oleh Erlangga pada dirinya. Maka, usai pemecatan yang dilakukan langsung oleh HRD, Erlangga memanfaatkan kejadian itu dengan mengajak Elena untuk keluar makan bersama, kala wanita nan cantik jelita itu sedang menghadap di ruang kerjanya. “Terima kasih Pak, sudah menolong saya dari kekasaran sekretaris Bapak,” ucap Elena tersenyum samar.“Sama-sama. Memang selama ini, aku sempat dengar beberapa staf komplain ke HRD perihal perangai Anggun yang arogan dan kurang bisa diajak kerja sama. Finalnya ya tadi itu. Berarti dia itu orang yang nggak bisa menghormati orang lain, terlebih orang baru seperti kamu,” tutur Erlangga basa-basi dengan memikirkan siasat agar Elena bisa diajak makan bersam
Sejak Elena bekerja di perusahaan milik keluarga Erlangga dan Herlambang, lelaki tampan itu sudah membuka percakapan untuk memberitahukan istrinya perihal Elena. Namun, setiap kali Erlangga membuka percakapan tentang Elena. Bella selalu menolaknya dan hal itu telah dilakukan beberapa kali, hingga akhirnya Elena telah bekerja di bawah kepemimpinan Erlangga selama tiga bulan.Erlangga kembali memberitahukan Bella perihal Elena pada pagi hari sebelum lelaki tampan itu berangkat ke kantornya di sebuah meja makan saat mereka sarapan pagi. “Sayang, aku ingin memberitahu kamu tentang Elena,” ucap Erlangga saat menyelesaikan suapan terakhir sarapannya.“Aku nggak mau tau!” ujarnya sembari meletakkan gelas usai ia meneguk air mineral yang ada dalam gelas panjang bening miliknya.“Sayang ... Mau nggak mau kamu harus mendengar penjelasanku sebelum kamu menuduhku macam-macam,” ujar Erlangga menyeka bibirnya dengan serbet putih.“Menuduh...? Maksudnya menuduh siapa?” tanya Bella menghentikan sua
Tiga bulan setelah Elena menyandang gelar sarjana manajemen and Business, wanita cantik itu pun mulai memberanikan diri untuk terjun langsung dalam bisnis yang digeluti oleh Herlambang setelah suami tercintanya menjelaskan secara rinci perusahaan yang selama ini dimiliki oleh Erlangga dan dirinya. Dimana, perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan beberapa Bank yang menawarkan jasa dalam pengembangan digital seperti mesin EDC.Selama ini, perusahaan tersebut telah menjadi distributor utama mesin EDC, sebuah mesin yang digunakan untuk bertransaksi di beberapa merchant seperti resto, butik, swalayan termasuk hotel-hotel. Kalau selama ini, perusahaan ini hanya sebagai pemasok mesin EDC atau mesin gesek untuk transaksi yang dilakukan beberapa merchant terkait, kini sejak kehadiran Erlangga dan menyandang sebagai CEO, lelaki tampan itu melakukan terobosan baru dengan mendirikan anak perusahaan yang mengelola mesin EDC berikut System IT yang dikembangkan sebagai inovasi dari mesin EDC ya
Bella yang telah kesal dengan Elena tak mampu melampiaskan kemarahannya pada wanita cantik itu. Untuk melampiaskan kekesalannya pada Erlangga pun, bukan suatu yang bisa ia lampiaskan. Apa lagi mengikuti cara Elizabeth. Kalau saja dirinya tidak mandul, mungkin ia sudah memaki-maki dan melampiaskan kekesalannya pada Erlangga dan Elena. “Sekarang, Bella harus gimana Maa?” tanya wanita cantik nan judes itu sembari memegang dan memijat-mijat dahinya.“Kasih aja foto ini, tanya baik-baik pada Erlangga. Kenapa dia harus bohong jika harus bertemu dengan Elena? Dengan begitu, Erlangga akan semakin menghormati dan menganggap dirimu memang berkelas. Jangan marah-marah ... Pakai akalmu,” nasihat Elizabeth.“Mama sih, gampang. Pakai akal ... Mama aja yang tahu Papa nikah sama sekretarisnya langsung labrak dan buat Papa malu di kantornya dan lebih memilih wanita itu...,” cibir Bella yang kesal atas nasihat Elizabeth.“Bella, kenapa Mama minta cerai? Karena untuk apa juga Mama urus Papa kamu yang u
Bella yang penasaran atas cerita Elizabeth atas diri Erlangga sedikitnya merasa penasaran atas apa yang dikatakan mamanya. Karena itu, usai ia melakukan Nail pada kuku jemari tangan dan kakinya, wanita cantik itu dengan keraguan di hatinya beberapa kali meraih ponselnya dan meletakkannya kembali dengan bermonolog.“Aku nggak bisa curiga seperti itu terus menerus sama Erlangga. Kalau ternyata kecurigaanku salah dan apa yang dituduhkan mamaku hanya berita kebohongan, bagaimana cara aku mempertahankan mama tinggal disini?” tanyanya pada diri sendiri.Bella yang ragu untuk menghubungi Erlangga, kembali meletakkan ponselnya untuk ke sekian kalinya. Hingga akhirnya, wanita cantik itu memanggil Indah yang biasanya sedang menonton televisi di kamar Satrya.“Indah...! Indah...!” panggil Bella setengah berteriak hingga membuat beberapa pelayan di rumah itu, berlari ke ruang keluarga.Melihat dua orang pelayan di rumah itu tergopoh-gopoh berlari ke arah Bella yang ada di ruang keluarga, membuat