Home / CEO / Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda / Bab 2 : Cintanya Bella

Share

Bab 2 : Cintanya Bella

Author: Parikesit70
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Sayang, siapa yang udah telepon pagi-pagi?” tanya Bella, memeluk tubuh bagian belakang Erlangga yang agak terkejut kala berdiri di balkon apartemennya.

“Udah bangun?” tanya Erlangga membalikkan tubuhnya dan mengecup kening Bella.

“Iya ... tadi ngomong sama siapa? Kok nggak jawab?” tanya Bella bergelayut manja di tangan Erlangga seraya memandang beberapa orang yang berenang dari atas balkon apartemennya. Dan kebetulan pemandangannya bagian bawahnya persis berisi kolam renang.

“Ngomong sama Mami ... dia cuma tanya perihal surat gugatan cerai yang hari ini sampai di rumah. Katanya sih, kami bisa bercerai setelah Elena melahirkan dan melewati masa nifasnya,” ucap Erlangga memandang ke arah Bella yang masih asyik memandang orang berenang.

“Kok gitu? Emang ada ya, undang-undangnya seperti itu? Kalau udah gitu, mau berapa lama lagi kita bisa nikah? Bisa jadi itu akal-akalan Lena aja,” sungut Bella menoleh ke arah Erlangga dengan wajah masam.

Erlangga yang melihat wajah masam Bella pun balik badan masuk ke dalam ruangan tempat menonton televisi dan berucap, “Ya udah, nanti kita omongin lagi. Gue mau siap-siap dulu. Rencananya, gue mau ketemu mami. Udah elo pesen sarapan dulu. Gue mau mandi.”

Erlangga bergegas melangkahkan kaki menuju kamar dan menggeser pintu kaca kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, dan Bella pun mengikuti langkah Erlangga menuju kamar mandi.

“Er, gue ikut mandi sama elo,” pintanya manja.

“Elo pesen sarapan aja dulu, gue mau boker sekalian mandi,” tolak Erlangga langsung menutup pintu kaca kamar mandinya.

“Pasti elo bohong, kan? Bilang aja elo kagak mau mandi bareng gue!” teriak Bella di depan kamar mandi.

Bugh... Bugh...

“Er ...!” panggil Bella dengan keras, sembari mengetuk pintu kaca dengan telapak tangannya.

“Ya ampun Bella ... ngapaen sih elo sampai segitunya. Gue lagi boker ini!” sahut Erlangga.

“Dasar ... kebiasaan amat sih, selalu aja begitu,” gerutu Bella.

Bella pun keluar kamar dan berjalan menuju ruang tamu yang berada persis di depan kamar untuk menghubungi bagian restoran dari apartemen tempat Erlangga tinggal.

Usai memesan sarapan untuk mereka berdua, Bella kembali masuk ke dalam kamar dan mengetuk pintu kamar mandi yang terbuat dari kaca. “Er ... elo udah selesai boker, kan? Gue masuk yaa.”

“Kagak usahlah Bella ... Gue udah hampir selesai!” tolak Samudra yang paham akan keinginan Bella atas dirinya saat di kamar mandi.

Dengan wajah kesal, Bella pun kembali menggerutu, kala mendengar penolakan Erlangga. Kemudian, gadis cantik itu pun merebahkan diri di tempat tidur lagi.

“Pasti Erlangga bohong sama gue. Firasat gue ... Elena yang telepon pagi tadi. Awas aja kalau si pecun itu sampai jerat Erlangga lagi. Gue bakal abisin dia!” Bella bermonolog dan melihat ke pintu kamar mandi.

Tak lama kemudian, lelaki tampan itu pun keluar dari kamar mandi. Dilihat raut wajah Bella yang tampak kesal melirik ke arahnya. Dan tanpa merasa bersalah, Erlangga pun berkata, “Udah sana, katanya elo mau mandi. Biar gue yang tunggu staf resto bawa sarapannya.”

Bella kembali melirik ke arah Erlangga yang tanpa merasa bersalah memakai pakaiannya dan bersiap keluar dari kamar untuk menunggu sarapan.

“Aneh gue liat elo, Er!” protes Bella dengan melihat kesal ke arah Erlangga yang berlalu, tanpa menimpali ucapannya.

Dengan menahan rasa kesal, Bella pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Erlangga yang telah rapi berpakaian pun meraih gawainya membuka galeri di ponselnya dan melihat photo Elena dengan sesekali tersenyum.

Tok... Tok...

“Tunggu!”

Erlangga melangkah panjang menuju pintu dan mempersilakan pelayan restoran membawakan sarapannya dan meletakan pada meja makan kecil dekat dapur bersih.

“Terima kasih, Mas,” ujar Erlangga dan memberikan satu lembar uang seratus ribu. “Ambil aja kembaliannya.”

“Terima kasih, Bos,” tutur pelayan resto tersebut dan keluar dari apartemen tersebut.

Erlangga pun membuka makanan yang dipesan Bella. Mengambil salah satu kotak, membukanya. Lalu, Erlangga berjalan menuju lemari pendingin, mengambil satu botol sedang air mineral dan kembali ke meja makan untuk menikmati sarapan nasi uduk berikut telur dan ayam goreng.

Bella yang telah selesai membersihkan diri, tampak keluar kamar Erlangga menyelesaikan sarapan paginya. Erlangga yang melihat Bella mendekat pun tersenyum dan berucap, “Udah sarapan dulu, nanti gue anter pulang. Soalnya hari ini mau ketemuan sama nyokap gue.”

“Gue kagak jadi makan!” jawab Bella dengan ketus dan menatap tajam Erlangga.

Erlangga yang merasa telinganya panas mendengar ucapan keras Bella pun bereaksi, “Udah elo pulang aja sendiri pake taxi! Gue rasa ... sementara ini, kagak usah lagi elo ke apartemen gue.”

Bella yang merasa curiga sejak awal Erlangga menerima telepon di pagi hari pun meluapkan emosinya. “Elo itu ... baru Elena telepon aja udah langsung ngusir gue!”

“Maksud elo apa sih?!” Erlangga melotot ke arah Bella yang berdiri di sisi meja makan.

“Jangan belaga bego! Tadi pagi Elena kan, yang telepon elo! Belom apa-apa aja elo udah bohong sama gue. Pake acara bilang kagak bisa cerailah...”

“STOP! Gue kagak ngerti sama otak yang ada di kepala elo itu. Kok bisa-bisanya elo mikir gue bohong dan Elena yang hubungi gue. Kalau elo kagak percaya ... nih! Elo liat siapa yang pagi telepon gue!” hardik Erlangga, menarik tangan Bella dan memberikan ponselnya.

Bella yang selama ini memang tahu karakter keras Erlangga terduduk lesu di meja makan. Lalu, dilihatnya panggilan masuk di pagi hari. Bella yang merasa bersalah atas kecurigaannya mencari Erlangga yang terlihat berdiri di balkon.

Dengan wajah memelas, Bella menghampiri Erlangga yang memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana panjangnya.

“Er ... maaf’in gue. Gue terlalu cemburu sama Elena. Gue takut, elo balik lagi sama Elena. Er, jangan tinggalin gue,” suara parau Bella dengan air mata yang siap meluncur di pipinya mengungkapkan segala keresahan hatinya.

Erlangga yang kasihan pada Bella, memandang gadis cantik itu. Lalu, Erlangga pun berucap, “Bella, apa sebaiknya elo pikir lagi pilih gue jadi laki elo. Gue takut, elo sakit hati. Cobalah berapa hari ini kita kagak usah ketemu.”

“Er, maaf’in gue ... hikss... hikss,” tangis Bella pun pecah seraya memeluk Erlangga.

Erlangga yang mendengar Bella menangis akhirnya luluh dan mengelus punggung gadis cantik itu. Tak sampai hati Erlangga melukai Bella yang selama ini mencintai dirinya dalam diam. Walaupun faktanya Erlangga selalu mencintai Elena, namun itu tak menghapus harapan di hatinya, kalau kelak Erlangga akan mencintainya pula.

“Ya udah, sekarang elo sarapan dulu. Nanti gue anter pulang. Biar nanti nyokap gue kagak terlalu lama nunggu gue di tempat biasa kita ketemu,” ajak Erlangga merangkul bahu Bella.

Mereka pun masuk ke dalam ruang makan. Bella akhirnya sarapan ditemani oleh Erlangga yang duduk di sebelahnya. Nada bip pesan masuk pada ponsel Erlangga pun terdengar.

[Pesan masuk Mami : Er, kita bertemu di tempat resto Om Erwin waktu makan siang. Mami sekalian mau diskusi sama dia]

[Pesan keluar Erlangga : Ya Mii...]

Bella yang merasa terlalu berpikir negatif dan selalu cemburu setiap mendengar nama Elena pun kembali berucap, “Er, maaf’in gue.”

“Iya ... gue harap ini untuk yang terakhir kali elo ngambek nggak karuan seperti ini. Cobalah elo percaya sama diri elo sendiri,” pinta Erlangga mengusap lembut kepala Bella.

“Er, gue cuman takut elo tinggalin gue. Rasanya gue bisa gila kalau kehilangan elo,” rajuk Bella memainkan bulu halus pada lengan Erlangga.

“Bel, elo itu kalau ngomong jangan sembarang seperti itu. Ayo! Sekarang gue anter elo pulang,” ajak Erlangga beranjak dari tempat duduknya.

“Kalau elo udah selesai ketemuan sama nyokap, nanti elo jemput gue lagi kan?” tanya Bella meraih lengan Erlangga yang telah melangkah terlebih dahulu ke pintu keluar apartemen itu.

Erlangga yang ditanya tak memberikan jawaban atas keinginan Bella. Memahami Erlangga yang tidak bisa di paksa membuat Bella hanya bisa terdiam. Sampai akhirnya, Erlangga menggenggam erat tangan Bella berjalan menuju lift tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Pikiran Erlangga tengah bercabang memikirkan bayi dalam kandungan Elena dan akan diri Bella yang kian mencintainya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Siap kak Franita.. Lanjut nggih makasih segudang (⁠✷⁠‿⁠✷⁠)and Love you full (⁠。⁠♡⁠‿⁠♡⁠。⁠)
goodnovel comment avatar
Franita
Erlangga udah dewasa, udah lulus kuliah udah gak usah disetir Tiara lagi. Elena juga masih sok jual mahal dng om Her.. karakter udah pada dewasa jadi jangan dibuat kek jaman SMA ya Thor. Harusnya lebih berani, biar makin Hot kisahnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 3 : Nasihat untuk Jadi Lelaki

    Tepat pukul sebelas siang, Erlangga pun meluncur ke sebuah Resto milik teman Tiara yang bernama Erwin. Di sepanjang jalan menuju tempat resto tersebut, ia masih saja memikirkan anak yang berada di dalam kandungan Elena. “Gue harus bagaimana untuk ambil darah daging gue di Elena? Kalau ingat semua kejadiannya, nyesel banget gue ke Singapura waktu itu. Kalau aja ... udahlah, kalau emang si Lena kagak suka juga kagak mungkin kejadian.” Erlangga berbicara pada dirinya sendiri, saat perasaan benci timbul di hatinya mengingat perbuatan Herlambang bersama Elena di belakangnya. Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai pun sampai pada sebuah resto milik teman Tiara. Seorang pelayan menyambut kedatangan Erlangga, ketika lelaki tampan itu akan memasuki pintu masuk restoran.“Silakan Kak ... untuk berapa orang? Apa kakak sudah boking meja sebelumnya?” tanya seorang pelayan seraya membukakan pintu dan berhadapan dengan Erlangga. “Belum sih, Mbak. Mungkin mami saya udah pesan meja, kata mami sa

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 4 : Hubungan Her & Er

    Herlambang yang awalnya telah berangkat ke kantor, akhirnya kembali ke rumah usai menghubungi Dimas yang memberitahukan kalau Tiara tidak ada di rumah sebelum makan siang. “Dimas, apa Nyonya Tiara ada di rumah?” tanya Herlambang. “Maaf Tuan besar, Nyonya keluar rumah sebelum makan siang dengan Imam,” jawab Dimas. “Apa kamu tau dia kemana? Soalnya telepon saya nggak di jawab,” ungkap Herlambang. “Coba saya hubungi Imam, Tuan,” ujar Dimas. “Jangan! Nggak usah, biar aja. Hmmm, apa Elena hari ini nggak ke rumah mamanya?” tanya Herlambang kembali. “Betul Tuan, Nyonya Elena ada di rumah,” ucap Dimas. “Oh, Ok! Terima kasih,” tutur Herlambang menutup pembicaraan diantara mereka. Sekitar pukul dua siang, mobil yang dikendarai oleh Herlambang pun sampai di rumah. Herlambang melangkah panjang memasuki rumah mewah tersebut dan menaiki tangga menuju kamarnya. Disaat Herlambang melintasi kamar Elena, samar-samar terdengar suara televisi. Kemudian, Herlambang pun meraih gagang pintu kamar te

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 5 : Kangen & Benci

    Sekitar jam 8 pagi, suara ponsel Erlangga berdering. Hal itu membuat lelaki tampan yang pagi itu masih terlelap dalam kantuknya memicingkan matanya dan meraih ponsel pada nakas sebelah tempat tidurnya.“Halo,” sapa Erlangga dengan kedua mata yang masih terpejam tanpa melihat nama yang ada di depan layar ponselnya.“Er ... Jam berapa ke rumah? Papimu udah ke Bandara dan Elena ada di rumah,” ujar Tiara menghubungi putranya.“Ya Mii..., Er mau mandi dulu,” jawab Erlangga.“Udahlah cuci muka aja. Nanti disini mandinya..., Biar kita bisa sarapan bersama Elena,” perintah Tiara.“Aduh..., Mami ini, Er risih..., lagi pula Er masih belom bis...”“Erlangga...! Tolong untuk kali ini kamu ikuti apa kata Mami! Apa Bella disana..., makanya kamu merasa keberatan dengan saran Mami?” tanya Tiara curiga atas keberadaan Bella di apartemen putranya.“Bella nggak tidur disini..., Ya udah sekarang Er cuci m.ka, langsung ke rumah,” sahut Erlangga tanpa ingin membantah perintah Tiara.Erlangga pun me

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 6 : Tensi Tinggi Erlangga

    “Lena, duduklah,” perintah Tiara pada Elena yang terpaku menatap Erlangga.Tanpa berkata-kata Elena duduk di sisi kanan meja makan. Erlangga pun duduk di sisi kiri, sementara Tiara duduk di bagian tengah. Kemudian, Tiara memanggil seorang pelayan untuk melayani mereka.“Suti...! Siapkan jus apel, jus alpukat dan jus wortel.”“Baik Nyonya besar,” jawab Suti menganggukkan kepalanya dan berlalu dari meja makan.“Ayo, makanlah...,” ajak Tiara melihat ke arah Elena dan Erlangga.Terdengar denting sendok dan garpu dengan lembut tanpa terdengar obrolan diantara mereka bertiga. Suti membawakan 3 buah jus dan berdiri menunggu perintah Tiara. Sekitar 10 menit usai Suti berdiri dengan membawa nampan berisi 3 gelas jus. Tiara pun memerintahkan pelayannya untuk membawa ketiga jus tersebut ke taman belakang rumah.“Suti, kamu bawa jus itu ke taman sekarang,” perintah Tiara yang beranjak dari meja makan.“Ayo Er..., Lena...,” ajak Tiara.Tiara jalan terlebih dahulu, setelah itu Elena pun ber

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 7 : Hasrat yang Memabukkan

    Erlangga pulang dini hari ke rumah dalam keadaan mabuk berat. Sopir yang diminta untuk mengantar pemuda tampan yang terlihat teler itu pun memapah dirinya bersama seorang sekuriti untuk menaiki tangga melingkar dirumah itu untuk sampai di kamarnya yang berada di atas. Sesampai di lantai atas, Imam yang tahu kalau antara Elena dan Erlangga belum bercerai mengetuk pintu kamar tersebut.Tok ... Tok ... Tok ...Elena yang baru saja memejamkan matanya usai membuatkan susu untuk Sakti yang berada di kamar bawah, terkejut dengan ketukan pada pintu kamarnya.“Siapa yaa...?” tanya Elena beranjak dari tempat tidurnya.“Maaf Nyonya Elena..., Saya sopir yang bawa Tuan Erlangga,” sahutnya pelan di depan pintu kamar Elena.“Erlangga?!” Cklek...!Pintu kamar wanita cantik itu pun terbuka, Elena pun mempersilakan sopir dan sekuriti di rumah itu untuk meletakan tubuh Erlangga yang tampak berantakan dengan bau alkohol serta bau asap rokok pada seluruh baju yang dikenakannya.“Makasih Pak Imam.

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 8 : Ketagihan

    Setiap hari Dimas datang ke rumah Herlambang sekitar pukul 6 pagi untuk memberikan instruksi pada ke empat pelayan, satu orang sopir pribadi Tiara dan satu tukang kebun di rumah besar itu. Sedangkan sopir pribadi Herlambang, biasanya akan libur ketika Tuan besarnya tidak ke kantor seperti saat ini.Usai memberikan instruksi pada semua pelayan di rumah itu, sopir pribadi Tiara yang bernama Imam pun berbicara pada Dimas.“Pagi Pak Dimas, saya mau lapor,” bisik Imam saat mendekat Dimas.“Lapor apa?” tanya Dimas menatap selidik Imam.“Uhm, semalam Tuan muda Erlangga mabuk dan...”“Mabuk?” tanya Dimas melangkah ke samping rumah mewah itu dan diikuti oleh Imam.“Sekarang kamu bisa cerita,” pinta Dimas berdiri diantara pohon palem yang cukup tinggi.“Kemarin saya antar Tuan muda bertemu teman-temannya di tempat ngopi sampai jam 8 malam. Setelah itu, mereka bersama-sama pergi ke Night Club dan pulang dini hari dalam keadaan mabuk berat, Pak,” cerita Imam.“Apa Nyonya Tiara tau?” tanya

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 9 : Rencana Tiara

    Elena turun dari lantai atas menuju ke ruang makan disambut dengan wajah ramah dan senyum semeringah Tiara, setelah ia mendengar cerita Darsih tentang hal yang sudah diduganya.“Pagi Lena..., apa Erlangga sudah bangun?” tanya Tiara tersenyum.“Udah, sekarang lagi mandi,” jawab Elena agak malu dan merasa Tiara telah mengetahui hal yang ia lakukan bersama Erlangga.“Wati...! Siapkan nasi goreng seafood nya,” perintah Tiara. Seorang pelayan yang dipanggil dan diperintah Tiara pun, bergegas untuk menyiapkan yang diminta tanpa berkata sepatah kata pun, Wati hanya menganggukkan kepala dan menata makanan di atas meja makan yang cukup besar.Setelah itu, pelayan pun menyiapkan minuman mineral dalam gelas bening panjang beserta segelas jus yang masing-masing telah dipesan oleh Tiara. Tanpa diberitahu, Wati pun berdiri di dekat meja makan yang berjarak 3 langkah dari tempatnya berdiri.Tiara meraih telepon direct yang berada di ruang makan tersebut untuk menghubungi Dimas, sang kepala pe

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 10 : Video Uh Ah Erlangga & Elena

    Perjalanan dari Jakarta ke daerah puncak memakan waktu sekitar 2 sampai 3 jam. Itu pun tergantung dari kondisi jalan saat itu. Apalagi, hari ini adalah hari kerja jadi jelas saja jalan akan padat merapat. Saat mendekati area puncak, terdengar dering ponsel Erlangga. Sementara Elena sendiri yang duduk di bangku belakang tampak hanya membaca sebuah novel untuk menemani sepanjang perjalanan ke puncak. Tetapi, saat Erlangga menjawab panggilan dari ponselnya, dada Elena mendesir. Ada rasa sakit, marah dan kesal pada sosok Bella yang sudah diketahuinya selalu mengejar-ngejar Erlangga. “Ya Bel..., Ada apa?” tanya Erlangga melihat ke arah spion tengah sembari mengamati Elena yang masih membaca sebuah novel. Elena yang terganggu saat Erlangga memanggil nama wanita itu, sengaja tetap membaca novel dengan telinga yang dipasang untuk mendengarkan pembicaraan sepihak dari Erlangga karena, suaminya menggunakan earphone, hingga Elena tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Bella, selingkuhan Erlan

Latest chapter

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 90 : Erlangga & Elena Tewas?!

    Erlangga yang mengetahui kedatangan Herlambang, membuat lelaki tampan itu uring-uringan. Di rumah, Erlangga yang tak pernah membentak Bella atas kesalahan kecil yang diperbuatnya, di pagi hari itu saat lelaki tampan itu akan ke kantor, membuat Bella menangis atas hal kecil yang tak diduganya.“Lain kali, kamu itu mikir! Masa iya aku ke kantor pakai pakaian ini? Apa kamu pikir ini cocok aku pakai? Padahal sejak awal kamu pilihkan pakaian ini, aku sudah ngomong..., singkirkan dari lemari pakaianku! Dasar perempuan nggak bisa buat suami bahagia!” teriak Erlangga pada Bella kala wanita cantik itu mengambilkan pakaian yang tak disuka oleh Erlangga.Elizabeth yang mendengar putrinya dibentak oleh Erlangga pun masuk ke dalam kamar itu dan menegur menantunya, “Ada apa sih sama kamu? Masalah pakaian saja sampai memaki-maki Bella! Apa putriku kurang baik mengurus putramu?!” Erlangga yang terkejut dengan kehadiran Elizabeth yang datang ke kamar mereka pun melirik ke arah wanita yang telah cukup

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 89 : Herlambang datang Elena kelelahan

    Perselingkuhan yang dimulai oleh libido yang tak tersalurkan oleh Elena, membawanya dalam pusaran ketakutan dan hasrat yang kian tak terbendungkan. Karena sejak saat itu, mereka sering melakukan hubungan intim di ruang kerja Erlangga. Terlebih, Bella kini sudah sangat percaya pada Erlangga sejak sang suami mempunyai sekretaris seorang lelaki.Seperti pagi ini, Erlangga berpamitan di pagi hari dengan alasan akan ada kunjungan dari investor sehingga ia harus mengecek seluruh data yang diminta oleh investor tersebut. Dan Erlangga juga meminta pada Elena untuk datang pukul 7 pagi, dengan alasan yang sama. Maka, saat Erlangga telah berada di ruangan kerjanya, lelaki tampan yang telah mempersiapkan diri dengan meminum vitamin dan suplemen serta obat kuat pun, menunggu kedatangan Elena.Tok ... Tok ... Tok ...“Ya masuk,” ucap Erlangga seraya tersenyum lebar kala melihat jam baru menunjukkan pukul 7 kurang sepuluh menit.Lelaki tampan itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Elena y

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 88 : Hasrat Liar Elena

    Kepergian Herlambang dalam menjajaki pembukaan perusahaan baru atas nama putranya Sakti, membuat Elena merasa kesepian saat berada di rumah. Wanita cantik itu lebih suka menghabiskan waktu di kantor, karena lebih cepat waktu berlalu dibandingkan saat ia berada di rumah. Terlebih saat ini, Sakti yang kini telah berusia 9 tahun, lebih banyak kegiatan ekstra di sekolah atau pun di tempat bimbel serta tempat olah raga.Seperti saat ini, setelah dua minggu berlalu, Elena yang merasa kesepian karena sang putra harus melakukan kegiatan olah raga memilih untuk ke rumah Herlina. Di rumah Herlina, Elena biasanya mengobrol banyak hal pada sang mama yang telah semakin menua.“Lena..., mama kangen sekali sama Jamila. Apa kamu bisa menghubungi Jamila?” tanya Herlina.“Ya Maa.., sekarang Lena hubungi Mila,” jawab Elena.Satu jam kemudian, Jamila yang diminta datang ke rumah Herlina pun, menyambangi wanita yang telah dianggap mamanya pula. Mereka bercengkerama dan bercerita pada masa tinggal di sebua

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 87 : Curhat & Hasrat Elena

    Sejak Erlangga mengajak makan siang Elena, hubungan mereka kian akrab. Keakraban mereka tanpa diketahui pasangan masing-masing telah terjalin selama 2 tahun sejak Elena menjadi kepala cabang dari perusahaan EDC tersebut. Namun, selama ini keakraban mereka hanya sebagai atasan dan bawahan, ayah dan ibu dari seorang pewaris utama. Dan mereka juga sering bercerita tentang rumah tangga masing-masing dengan kebahagiaan masing-masing serta membicarakan tumbuh kembang Satrya di bawah pengawasan Bella, ketika mereka makan bersama di saat Herlambang keluar kota. Hal ini mereka lakukan, agar tidak adanya kesalahpahaman atas hubungan yang kini terjalin di antara mereka. Seperti saat ini usai mereka mengikuti rapat di sebuah Bank Swasta, mereka pun makan bersama pada sebuah restoran. Di momen ini, Elena mulai mengeluhkan perihal diri Herlambang pada Erlangga. Dan hal itu jelas membuat Erlangga terkejut. Karena selama ini, Elena sangat bersemangat jika membicarakan tentang Herlambang yang sering

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   BAB 86 : Elena & Erlangga CLBK ?

    Erlangga yang sejak awal ingin memutuskan hubungan dengan Anggun akhirnya dapat dengan mudah melempar wanita yang semakin ingin memilikinya. Sementara, Elena yang telah dua kali ditolong Erlangga saat menghadapi kendala di tempatnya bekerja merasa berhutang budi atas segala tindakan yang telah dilakukan oleh Erlangga pada dirinya. Maka, usai pemecatan yang dilakukan langsung oleh HRD, Erlangga memanfaatkan kejadian itu dengan mengajak Elena untuk keluar makan bersama, kala wanita nan cantik jelita itu sedang menghadap di ruang kerjanya. “Terima kasih Pak, sudah menolong saya dari kekasaran sekretaris Bapak,” ucap Elena tersenyum samar.“Sama-sama. Memang selama ini, aku sempat dengar beberapa staf komplain ke HRD perihal perangai Anggun yang arogan dan kurang bisa diajak kerja sama. Finalnya ya tadi itu. Berarti dia itu orang yang nggak bisa menghormati orang lain, terlebih orang baru seperti kamu,” tutur Erlangga basa-basi dengan memikirkan siasat agar Elena bisa diajak makan bersam

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 85 : Anggun Cemburu pada Elena

    Sejak Elena bekerja di perusahaan milik keluarga Erlangga dan Herlambang, lelaki tampan itu sudah membuka percakapan untuk memberitahukan istrinya perihal Elena. Namun, setiap kali Erlangga membuka percakapan tentang Elena. Bella selalu menolaknya dan hal itu telah dilakukan beberapa kali, hingga akhirnya Elena telah bekerja di bawah kepemimpinan Erlangga selama tiga bulan.Erlangga kembali memberitahukan Bella perihal Elena pada pagi hari sebelum lelaki tampan itu berangkat ke kantornya di sebuah meja makan saat mereka sarapan pagi. “Sayang, aku ingin memberitahu kamu tentang Elena,” ucap Erlangga saat menyelesaikan suapan terakhir sarapannya.“Aku nggak mau tau!” ujarnya sembari meletakkan gelas usai ia meneguk air mineral yang ada dalam gelas panjang bening miliknya.“Sayang ... Mau nggak mau kamu harus mendengar penjelasanku sebelum kamu menuduhku macam-macam,” ujar Erlangga menyeka bibirnya dengan serbet putih.“Menuduh...? Maksudnya menuduh siapa?” tanya Bella menghentikan sua

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 84 : Elena digoda Erlangga membela

    Tiga bulan setelah Elena menyandang gelar sarjana manajemen and Business, wanita cantik itu pun mulai memberanikan diri untuk terjun langsung dalam bisnis yang digeluti oleh Herlambang setelah suami tercintanya menjelaskan secara rinci perusahaan yang selama ini dimiliki oleh Erlangga dan dirinya. Dimana, perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan beberapa Bank yang menawarkan jasa dalam pengembangan digital seperti mesin EDC.Selama ini, perusahaan tersebut telah menjadi distributor utama mesin EDC, sebuah mesin yang digunakan untuk bertransaksi di beberapa merchant seperti resto, butik, swalayan termasuk hotel-hotel. Kalau selama ini, perusahaan ini hanya sebagai pemasok mesin EDC atau mesin gesek untuk transaksi yang dilakukan beberapa merchant terkait, kini sejak kehadiran Erlangga dan menyandang sebagai CEO, lelaki tampan itu melakukan terobosan baru dengan mendirikan anak perusahaan yang mengelola mesin EDC berikut System IT yang dikembangkan sebagai inovasi dari mesin EDC ya

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 83 : Permintaan Maaf Erlangga

    Bella yang telah kesal dengan Elena tak mampu melampiaskan kemarahannya pada wanita cantik itu. Untuk melampiaskan kekesalannya pada Erlangga pun, bukan suatu yang bisa ia lampiaskan. Apa lagi mengikuti cara Elizabeth. Kalau saja dirinya tidak mandul, mungkin ia sudah memaki-maki dan melampiaskan kekesalannya pada Erlangga dan Elena. “Sekarang, Bella harus gimana Maa?” tanya wanita cantik nan judes itu sembari memegang dan memijat-mijat dahinya.“Kasih aja foto ini, tanya baik-baik pada Erlangga. Kenapa dia harus bohong jika harus bertemu dengan Elena? Dengan begitu, Erlangga akan semakin menghormati dan menganggap dirimu memang berkelas. Jangan marah-marah ... Pakai akalmu,” nasihat Elizabeth.“Mama sih, gampang. Pakai akal ... Mama aja yang tahu Papa nikah sama sekretarisnya langsung labrak dan buat Papa malu di kantornya dan lebih memilih wanita itu...,” cibir Bella yang kesal atas nasihat Elizabeth.“Bella, kenapa Mama minta cerai? Karena untuk apa juga Mama urus Papa kamu yang u

  • Harta Tahta Berdarah Dua Tuan Muda   Bab 82 : Semua kebohongan Erlangga

    Bella yang penasaran atas cerita Elizabeth atas diri Erlangga sedikitnya merasa penasaran atas apa yang dikatakan mamanya. Karena itu, usai ia melakukan Nail pada kuku jemari tangan dan kakinya, wanita cantik itu dengan keraguan di hatinya beberapa kali meraih ponselnya dan meletakkannya kembali dengan bermonolog.“Aku nggak bisa curiga seperti itu terus menerus sama Erlangga. Kalau ternyata kecurigaanku salah dan apa yang dituduhkan mamaku hanya berita kebohongan, bagaimana cara aku mempertahankan mama tinggal disini?” tanyanya pada diri sendiri.Bella yang ragu untuk menghubungi Erlangga, kembali meletakkan ponselnya untuk ke sekian kalinya. Hingga akhirnya, wanita cantik itu memanggil Indah yang biasanya sedang menonton televisi di kamar Satrya.“Indah...! Indah...!” panggil Bella setengah berteriak hingga membuat beberapa pelayan di rumah itu, berlari ke ruang keluarga.Melihat dua orang pelayan di rumah itu tergopoh-gopoh berlari ke arah Bella yang ada di ruang keluarga, membuat

DMCA.com Protection Status