Erlangga pulang dini hari ke rumah dalam keadaan mabuk berat. Sopir yang diminta untuk mengantar pemuda tampan yang terlihat teler itu pun memapah dirinya bersama seorang sekuriti untuk menaiki tangga melingkar dirumah itu untuk sampai di kamarnya yang berada di atas. Sesampai di lantai atas, Imam yang tahu kalau antara Elena dan Erlangga belum bercerai mengetuk pintu kamar tersebut.
Tok ... Tok ... Tok ...Elena yang baru saja memejamkan matanya usai membuatkan susu untuk Sakti yang berada di kamar bawah, terkejut dengan ketukan pada pintu kamarnya.“Siapa yaa...?” tanya Elena beranjak dari tempat tidurnya.“Maaf Nyonya Elena..., Saya sopir yang bawa Tuan Erlangga,” sahutnya pelan di depan pintu kamar Elena.“Erlangga?!”Cklek...!Pintu kamar wanita cantik itu pun terbuka, Elena pun mempersilakan sopir dan sekuriti di rumah itu untuk meletakan tubuh Erlangga yang tampak berantakan dengan bau alkohol serta bau asap rokok pada seluruh baju yang dikenakannya.“Makasih Pak Imam..., Pak Sobirin..., jadi merepotkan,” ucap Elena saat tubuh lelaki tampan yang masih menjadi suami sah nya tak berdaya karena alkohol telah dibaringkan di tempat tidur.“Sama-sama Nyonya...,” jawab keduanya bersamaan dan keluar dari kamar Elena.Elena berjalan menuju tempat tidur. Dipandanginya wajah tampan Erlangga. Diusapnya rambut lebat, kedua pipi dan bibir Erlangga dengan kasih sayang. Dan tanpa disadari bibirnya pun berucap, “Er..., Maaf aku.”Dengan menarik napas panjang Elena mulai membuka kedua sepatu Erlangga. Terlihat ada bekas muntah pada baju lelaki itu, maka Elena pun turun ke lantai bawah, mengambil wadah sebagai tempat untuk menyeka tubuh Erlangga.Sekitar lima menit kemudian, Elena mengambil air hangat di kamar mandinya. Ia pun membuka pakaian Erlangga dan mulai menyeka tubuh lelaki itu dengan waslap, tanpa menyentuh bagian wajahnya.Setelah selesai dengan tubuh bagian atas, Elena terdiam sejenak. Wanita cantik itu ragu-ragu untuk membuka celana jeans dari Erlangga. Beberapa saat Elena termenung dan menatap dada bidang Erlangga.“Aku buka nggak yaa celana jeans nya? Kalau nggak aku buka ... gimana cara aku lap betis dan kakinya? Hmmmm..., Gimana yaa?” tanya Elena pada dirinya sendiri.Namun dalam lubuk hati terdalam, sebenarnya pertanyaan yang ia ucapkan itu sebagai upaya menetralkan perasaannya bila ia membuka bagian celana jeans Erlangga dan tergoda atas hasrat yang mungkin saja mencuat setelah beberapa bulan ia berpuasa menahan hasrat yang ingin disalurkannya. Elena kembali mengelus dada lelaki yang masih menjadi suaminya. Lalu, tanpa bisa dihindari jemari tangannya telah membuka resleting celana Erlangga.Dengan menelan Salivanya diikuti jantungnya yang berdebar tak menentu, Elena pun membuka celana lelaki itu dengan perlahan. Kini yang tersisa hanya celana boxer Erlangga.Tangan Elena menyeka bagian paha, betis dan kaki Erlangga dengan berulang kali menelan salivanya saat matanya tak dapat mengelabui dirinya yang ingin sekali melihat gundukan pada bagian ternikmat milik Erlangga yang masih berbalut boxer nya.Ditatapnya lelaki yang tertidur bertelanjang dada dan hanya menggunakan boxer. Kemudian, Elena yang takut terbawa hasratnya pun, menutup tubuh Erlangga dengan selimut dan ia berbaring disebelah Erlangga dengan masih jantung yang berdetak cukup keras.Elena sama sekali tidak mampu memicingkan matanya barang sekejap usai memandang gundukan di dalam boxer Erlangga. Sampai akhirnya, Elena yang tak kuasa menahan hasratnya memegang bagian luar boxer tersebut dengan jantung yang kian berdebar kuat.Dalam hati Elena pun bergumam, ‘Uhm..., Aku kangen sekali pengen pegang batang kenikmatan ini, Kalau aku pegang kira-kira Erlangga bangun nggak ya? Pasti dia nggak akan bangun, soalnya kan lagi mabuk berat. Ya udah, dari pada aku nggak bisa tidur.., mendingan aku pegang aja batang kenikmatannya.’Setelah berperang dalam dirinya, Elena pun memberanikan diri memasukkan tangannya ke dalam boxer Erlangga dan meraih batang kenikmatan milik lelaki itu dengan mata terpejam dan saliva yang terus ditelannya.“Gimana ini..., Aku jadi pengen...,” ucapnya pelan usai menarik batang kenikmatan Erlangga tanpa diketahui oleh pemiliknya.Kemudian, Elena membuka selimut yang menutupi tubuh Erlangga dan menurunkan boxer nya hingga bagian paha. Setelah itu, Elena yang sudah tak mampu menahan hasratnya, membuka pakaian tidur dan celana dalamnya dengan hanya menggunakan BRA.Kini tangan kanan Elena mulai memainkan bagian daging ternikmat miliknya dengan tangan kiri menarik-narik batang kenikmatan Erlangga. Wanita cantik itu bersensasi hingga mendesah. Seiring dengan hasrat yang kian bergelora, tangan kirinya pun semakin cepat menarik-narik batang kenikmatan milik Erlangga.“Aku harus cium aroma batang kenikmatan itu, biar aku bisa klimaks,” ucapnya bermonolog dan beranjak dari sisi Erlangga ke sisi paha lelaki itu.Melihat batang kenikmatan yang selama ini dirindukannya, Elena pun menciumnya dengan menelan salivanya. Tanpa bisa dihindari, Elena pun menjilati bagian kepala batang kenikmatan Erlangga dan berakhir dengan mengulumnya dengan kuat.Erlangga yang dalam keadaan mabuk berat tidak bisa membuka matanya, namun ia merasakan kenikmatan pada batang lelakinya. Hingga ia pun mengerang penuh nikmat dan membuat batang kenikmatannya mengeras.Tanpa pikir panjang, Elena yang merasakan batang kenikmatan Erlangga bangun dan mengeras pun langsung naik ke atas Erlangga yang masih menutup matanya dan mulai Elena mulai menduduki batang kenikmatan itu dengan jeritan kecilnya.“AAakhhhh....!” pekiknya.Setelah itu, Elena pun menekan, menggoyang dan maju mundur dengan memegang dada Erlangga.“Oouuwwhh..., Eenaakk..., Aaakkhh...,” erang Elena.Erlangga yang kian merasakan kenikmatan yang teramat sangat kala batang kenikmatannya diputar di dalam liang kenikmatan Elen pun memicingkan matanya dan samar-samar dilihat Elena tengah menggenjot kuar dengan meremas bagian dadanya sendiri.“Lenaaaa...? Aarrrghhhh...., nikmaaattt...,” tanyanya diantara rasa nikmat yang dirasa.“Er..., aku pengen..., Eennaakk sekali punyakuu..., Aaakkhh..., isep ini akuuuu..., Oouuwhh...,” pinta Elena yang seolah tak peduli saat Erlangga mengenalinya. Malah ia menarik tangan Erlangga untuk memegang dua gundukan kenyal miliknya dengan mengerang nikmat.Erlangga pun lupa atas semua masalah yang mereka hadapi saat hawa nafsu dan rasa nikmat berada diantara selangkangannya. Seketika tangannya pun meremas kedua gundukan cukup besar punya Elena.Merasa tidak puas dengan hanya meremas, Erlangga yang agak sempoyongan bangun dan kini tubuhnya bersandar pada sandaran tempat tidur untuk bisa menyesap dan memilin kedua gundukan putih bersih Elena disaat wanita itu menghentak-hentakan tubuhnya dengan mengeluarkan batang kenikmatan Erlangga dan memasukkan kembali serta menekan dan menggoyangkannya.Mereka berdua pun saling mencari kenikmatan dan kepuasan pada hubungan intim yang baru pertama kali mereka lakukan sejak beberapa bulan berlalu.Hingga akhirnya, Elena berteriak keras dengan memeluk dan menggigit bahu Erlangga saat bokongnya bergoyang keras dalam pangkuan Erlangga kala mencapai klimaks.“Ouuwhh...., Nikmaaatt..., Er..., Lagiii..., Aakkhh..., Eenaakknya...,” erang Elena saat mengalami klimaks.Sementara itu, karena pengaruh Alkohol, Erlangga yang terus merasakan kenikmatan belum mengeluarkan cairan kenikmatannya, maka Erlangga pun merubah posisi dengan menempatkan Elena dibawahnya.“Aku belom keluar..., Buka lebar..., taruh kakimu kesini...,” perintah Erlangga yang menempatkan kaki Elena pada bagian bahu.Setelah itu, Erlangga pun menghunjamkan batang kenikmatannya dengan kasar dan cepat ke dalam liang kenikmatan milik Elena, hingga tubuhnya pun bergetar kuat.“Aaakkhh...., Terusss..., Eennaakk..., Aakkhh..., Lebih cepettt..., Ooohhh..., Nikmatnyaaa...,” erang Elena yang melingkarkan kakinya pada bagian leher Erlangga dan sesekali bokongnya diangkat tinggi dan diputarnya saat batang kenikmatan Erlangga menusuk dalam.“Aarrggghhh..., Lenaaaa..., Aarrggghhh..., Eenaakknya, barangku seperti ke tarik, AAakhhhh...., Goyaaang..., AAakhhhh..., Aku keluaarr..., Nikmatnya...,” erang Erlangga saat Elena bergoyang dan bokongnya membenamkan seluruh batang kenikmatan Erlangga untuk mencapai klimaks kedua kali.Setelah itu, keduanya pun terkapar dan terlelap tanpa balutan benang dengan berpelukan dalam keadaan lelah dan Erlangga setengah mabuk memandang Elena dan mencium lembut wanita cantik yang telah terlelap usai puas mencapai klimaks hingga dua kali.Setiap hari Dimas datang ke rumah Herlambang sekitar pukul 6 pagi untuk memberikan instruksi pada ke empat pelayan, satu orang sopir pribadi Tiara dan satu tukang kebun di rumah besar itu. Sedangkan sopir pribadi Herlambang, biasanya akan libur ketika Tuan besarnya tidak ke kantor seperti saat ini.Usai memberikan instruksi pada semua pelayan di rumah itu, sopir pribadi Tiara yang bernama Imam pun berbicara pada Dimas.“Pagi Pak Dimas, saya mau lapor,” bisik Imam saat mendekat Dimas.“Lapor apa?” tanya Dimas menatap selidik Imam.“Uhm, semalam Tuan muda Erlangga mabuk dan...”“Mabuk?” tanya Dimas melangkah ke samping rumah mewah itu dan diikuti oleh Imam.“Sekarang kamu bisa cerita,” pinta Dimas berdiri diantara pohon palem yang cukup tinggi.“Kemarin saya antar Tuan muda bertemu teman-temannya di tempat ngopi sampai jam 8 malam. Setelah itu, mereka bersama-sama pergi ke Night Club dan pulang dini hari dalam keadaan mabuk berat, Pak,” cerita Imam.“Apa Nyonya Tiara tau?” tanya
Elena turun dari lantai atas menuju ke ruang makan disambut dengan wajah ramah dan senyum semeringah Tiara, setelah ia mendengar cerita Darsih tentang hal yang sudah diduganya.“Pagi Lena..., apa Erlangga sudah bangun?” tanya Tiara tersenyum.“Udah, sekarang lagi mandi,” jawab Elena agak malu dan merasa Tiara telah mengetahui hal yang ia lakukan bersama Erlangga.“Wati...! Siapkan nasi goreng seafood nya,” perintah Tiara. Seorang pelayan yang dipanggil dan diperintah Tiara pun, bergegas untuk menyiapkan yang diminta tanpa berkata sepatah kata pun, Wati hanya menganggukkan kepala dan menata makanan di atas meja makan yang cukup besar.Setelah itu, pelayan pun menyiapkan minuman mineral dalam gelas bening panjang beserta segelas jus yang masing-masing telah dipesan oleh Tiara. Tanpa diberitahu, Wati pun berdiri di dekat meja makan yang berjarak 3 langkah dari tempatnya berdiri.Tiara meraih telepon direct yang berada di ruang makan tersebut untuk menghubungi Dimas, sang kepala pe
Perjalanan dari Jakarta ke daerah puncak memakan waktu sekitar 2 sampai 3 jam. Itu pun tergantung dari kondisi jalan saat itu. Apalagi, hari ini adalah hari kerja jadi jelas saja jalan akan padat merapat. Saat mendekati area puncak, terdengar dering ponsel Erlangga. Sementara Elena sendiri yang duduk di bangku belakang tampak hanya membaca sebuah novel untuk menemani sepanjang perjalanan ke puncak. Tetapi, saat Erlangga menjawab panggilan dari ponselnya, dada Elena mendesir. Ada rasa sakit, marah dan kesal pada sosok Bella yang sudah diketahuinya selalu mengejar-ngejar Erlangga. “Ya Bel..., Ada apa?” tanya Erlangga melihat ke arah spion tengah sembari mengamati Elena yang masih membaca sebuah novel. Elena yang terganggu saat Erlangga memanggil nama wanita itu, sengaja tetap membaca novel dengan telinga yang dipasang untuk mendengarkan pembicaraan sepihak dari Erlangga karena, suaminya menggunakan earphone, hingga Elena tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Bella, selingkuhan Erlan
Erlangga dan Elena pun kembali menikmati kebersamaan mereka hingga petang dan Erlangga kembali mengirimkan hasil rekaman tersebut ketika Elena tengah membersihkan dirinya. Setelah puas dengan aksinya, ia pun keluar dari dalam kamar menemui Dadang yang sedang bersiap-siap membuat api unggun. Terlebih cuacanya begitu cerah.“Mang, apa mami dan papi sering ke Vila ini?” tanya Erlangga saat menemui penjaga Vila itu di bagian teras Vila.“Beberapa kali Nyonya dan Tuan besar juga Tuan muda kemari waktu renovasi,” tuturnya langsung berdiri dan mempersilakan Erlangga untuk duduk di kursi kayu depan teras.“Tuan muda siapa?” tanya Erlangga penasaran seraya mengernyitkan dahinya.Dadang yang bingung dengan pertanyaan Erlangga justru balik bertanya pada lelaki tersebut, “Maaf Tuan Erlangga, bukannya yang beberapa kali Jitu anaknya Tuan sendiri?” “Siapa?” tanya Erlangga yang telah cukup lama mengeluarkan nama Sakti dalam hati dan pikirannya.“Kalau nggak salah namanya Tuan Sakti. Kata Nyon
Erlangga dan Elena tampak menghabiskan waktu dengan bersama-sama mengelilingi api unggun. Sikap dan sifat Erlangga yang ramah mulai terlihat saat ia ikut membakar ayam dan Elena tengah ikut membakar jagung.“Ayo sini Ceu Emi ikut bakar jagungnya,” ajak Elena.Sedangkan ketiga lelaki, Dadang, Imam dan Erlangga membakar daging ayamnya. Dadang sengaja membawakan dua kursi rotan untuk diletakkan persis satu langkah dari api unggun dengan tujuan agar saat Erlangga dan Elena lelah, mereka bisa duduk di kursi rotan. “Er..., Jagung bakar punya kamu, pedes apa nggak?” tanya Elena mendekati tempat pembakaran ayam.“Dikit aja pedasnya, Lena. Ini ayam bakar kamu, gosong apa nggak? Hehehehehe...,” tawa Erlangga menggoda.“Awas aja kalau gosong, aku denda,” senyum Elena saat Erlangga menggodanya.Setelah matang, Emi membawa ayam bakar dan jagung bakarnya ke dalam Vila dan diletakkan pada meja makan di dalam Vila.Erlangga dan Elena yang masih berada diluar pun, kian merasakan hawa dingin at
Herlambang yang membawa Elena masuk ke dalam kamar, langsung merebahkan tubuh wanita cantik yang kian bertambah cantik seiring dengan kedewasaan dirinya dan pintarnya ia merawat diri. Setelah itu, Herlambang kembali ke ruang santai dengan membawa selimut tebal dan menyelimuti Erlangga yang tampak kacau berbaring pada permadani yang cukup tebal dengan pemanas di ruangan itu.Herlambang juga memunguti pakaian Elena yang berceceran di atas permadani dan membawanya ke dalam kamar. Sesampai di kamar, Herlambang yang masih berpakaian lengkap hanya mondar-mandir seraya memandang keindahan bentuk tubuh Elena dengan. Jakun yang turun naik. Bahkan, batang kelelakiannya pun telah pula berdiri tegak.Didekatinya tubuh nan elok wanita cantik yang telah membuatnya kecanduan. Teringat masa-masa gila kala mereka melakukan kenikmatan di lantai 14. Hasratnya seketika timbul. Matanya jelalatan memandang bentuk ternikmat yang sangat dirindukannya.Dengan napas menderu, dicium dengan lembut dan sangat
Sesampai di dalam kamar, Elena hanya bisa menangis sembari memegang perutnya. Ia benar-benar sangat terpukul dengan perilaku Herlambang yang dengan sengaja masuk dan tidur di sebelahnya.Dengan terus memegang perutnya Elena menangis dan berdialog pada calon bayinya, “Dek, maafkan mama..., Sekarang papa nggak akan kembali lagi sama kita..., hikss..., Maafkan mama, sayang. Mama terlalu banyak kesalahan sama papa. Mama menyesal, maafkan mama, sayang..., hikss...”Atas rasa sedih dan sesalnya Elena terus berdialog pada jabang bayi yang dikandungnya. Keinginan besarnya untuk tidak bercerai dan kembali pada Erlangga semata karena ia ingin darah daging Erlangga, yang dikandungnya saat ini kelak akan mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sendiri.Namun saat semua harapannya hancur, Elena yang bersikeras untuk kembali pada Erlangga akhirnya mencoba untuk menghubungi lelaki muda nan tampan itu. Tetapi, panggilannya di reject oleh Erlangga.Setelah itu, Elena pun mengirimkan pesan pada Erlan
Bella yang hatinya tengah bergembira pun melangkah ringan memasuki lift untuk menuju ke apartemen lelaki yang dicintai dengan membawa tas kanvas berisikan makanan kesukaan Erlangga dan dirinya.Sesampai di depan pintu kamar apartemen Erlangga, wanita cantik yang tergila-gila dan sangat terobsesi pada Erlangga itu pun memanggil nama Erlangga tanpa mengetuk pintu kamar apartemen lelaki itu dengan suara manjanya.“Er..., Erlangga..., Buka pintunya...,” panggil Bella tanpa mengetuk pintu.Berulang kali Bella memanggil nama pemuda tampan itu, namun tidak ada sahutan dari dalam apartemen, hingga membuat penghuni apartemen disebelah kamar Erlangga yang kebetulan keluar kamar menasihati Bella.“Mbak, diketukan aja pintunya. Mungkin orangnya mandi atau ketiduran,” ucap seorang wanita seumuran Bella.Mendengar ucapan wanita tetangga sebelah apartemen Erlangga membuat raut wajah Bella yang manis menjadi jutek dan menimpali omongan wanita yang sambil lalu melewati dirinya saat berada di depa
Erlangga yang mengetahui kedatangan Herlambang, membuat lelaki tampan itu uring-uringan. Di rumah, Erlangga yang tak pernah membentak Bella atas kesalahan kecil yang diperbuatnya, di pagi hari itu saat lelaki tampan itu akan ke kantor, membuat Bella menangis atas hal kecil yang tak diduganya.“Lain kali, kamu itu mikir! Masa iya aku ke kantor pakai pakaian ini? Apa kamu pikir ini cocok aku pakai? Padahal sejak awal kamu pilihkan pakaian ini, aku sudah ngomong..., singkirkan dari lemari pakaianku! Dasar perempuan nggak bisa buat suami bahagia!” teriak Erlangga pada Bella kala wanita cantik itu mengambilkan pakaian yang tak disuka oleh Erlangga.Elizabeth yang mendengar putrinya dibentak oleh Erlangga pun masuk ke dalam kamar itu dan menegur menantunya, “Ada apa sih sama kamu? Masalah pakaian saja sampai memaki-maki Bella! Apa putriku kurang baik mengurus putramu?!” Erlangga yang terkejut dengan kehadiran Elizabeth yang datang ke kamar mereka pun melirik ke arah wanita yang telah cukup
Perselingkuhan yang dimulai oleh libido yang tak tersalurkan oleh Elena, membawanya dalam pusaran ketakutan dan hasrat yang kian tak terbendungkan. Karena sejak saat itu, mereka sering melakukan hubungan intim di ruang kerja Erlangga. Terlebih, Bella kini sudah sangat percaya pada Erlangga sejak sang suami mempunyai sekretaris seorang lelaki.Seperti pagi ini, Erlangga berpamitan di pagi hari dengan alasan akan ada kunjungan dari investor sehingga ia harus mengecek seluruh data yang diminta oleh investor tersebut. Dan Erlangga juga meminta pada Elena untuk datang pukul 7 pagi, dengan alasan yang sama. Maka, saat Erlangga telah berada di ruangan kerjanya, lelaki tampan yang telah mempersiapkan diri dengan meminum vitamin dan suplemen serta obat kuat pun, menunggu kedatangan Elena.Tok ... Tok ... Tok ...“Ya masuk,” ucap Erlangga seraya tersenyum lebar kala melihat jam baru menunjukkan pukul 7 kurang sepuluh menit.Lelaki tampan itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Elena y
Kepergian Herlambang dalam menjajaki pembukaan perusahaan baru atas nama putranya Sakti, membuat Elena merasa kesepian saat berada di rumah. Wanita cantik itu lebih suka menghabiskan waktu di kantor, karena lebih cepat waktu berlalu dibandingkan saat ia berada di rumah. Terlebih saat ini, Sakti yang kini telah berusia 9 tahun, lebih banyak kegiatan ekstra di sekolah atau pun di tempat bimbel serta tempat olah raga.Seperti saat ini, setelah dua minggu berlalu, Elena yang merasa kesepian karena sang putra harus melakukan kegiatan olah raga memilih untuk ke rumah Herlina. Di rumah Herlina, Elena biasanya mengobrol banyak hal pada sang mama yang telah semakin menua.“Lena..., mama kangen sekali sama Jamila. Apa kamu bisa menghubungi Jamila?” tanya Herlina.“Ya Maa.., sekarang Lena hubungi Mila,” jawab Elena.Satu jam kemudian, Jamila yang diminta datang ke rumah Herlina pun, menyambangi wanita yang telah dianggap mamanya pula. Mereka bercengkerama dan bercerita pada masa tinggal di sebua
Sejak Erlangga mengajak makan siang Elena, hubungan mereka kian akrab. Keakraban mereka tanpa diketahui pasangan masing-masing telah terjalin selama 2 tahun sejak Elena menjadi kepala cabang dari perusahaan EDC tersebut. Namun, selama ini keakraban mereka hanya sebagai atasan dan bawahan, ayah dan ibu dari seorang pewaris utama. Dan mereka juga sering bercerita tentang rumah tangga masing-masing dengan kebahagiaan masing-masing serta membicarakan tumbuh kembang Satrya di bawah pengawasan Bella, ketika mereka makan bersama di saat Herlambang keluar kota. Hal ini mereka lakukan, agar tidak adanya kesalahpahaman atas hubungan yang kini terjalin di antara mereka. Seperti saat ini usai mereka mengikuti rapat di sebuah Bank Swasta, mereka pun makan bersama pada sebuah restoran. Di momen ini, Elena mulai mengeluhkan perihal diri Herlambang pada Erlangga. Dan hal itu jelas membuat Erlangga terkejut. Karena selama ini, Elena sangat bersemangat jika membicarakan tentang Herlambang yang sering
Erlangga yang sejak awal ingin memutuskan hubungan dengan Anggun akhirnya dapat dengan mudah melempar wanita yang semakin ingin memilikinya. Sementara, Elena yang telah dua kali ditolong Erlangga saat menghadapi kendala di tempatnya bekerja merasa berhutang budi atas segala tindakan yang telah dilakukan oleh Erlangga pada dirinya. Maka, usai pemecatan yang dilakukan langsung oleh HRD, Erlangga memanfaatkan kejadian itu dengan mengajak Elena untuk keluar makan bersama, kala wanita nan cantik jelita itu sedang menghadap di ruang kerjanya. “Terima kasih Pak, sudah menolong saya dari kekasaran sekretaris Bapak,” ucap Elena tersenyum samar.“Sama-sama. Memang selama ini, aku sempat dengar beberapa staf komplain ke HRD perihal perangai Anggun yang arogan dan kurang bisa diajak kerja sama. Finalnya ya tadi itu. Berarti dia itu orang yang nggak bisa menghormati orang lain, terlebih orang baru seperti kamu,” tutur Erlangga basa-basi dengan memikirkan siasat agar Elena bisa diajak makan bersam
Sejak Elena bekerja di perusahaan milik keluarga Erlangga dan Herlambang, lelaki tampan itu sudah membuka percakapan untuk memberitahukan istrinya perihal Elena. Namun, setiap kali Erlangga membuka percakapan tentang Elena. Bella selalu menolaknya dan hal itu telah dilakukan beberapa kali, hingga akhirnya Elena telah bekerja di bawah kepemimpinan Erlangga selama tiga bulan.Erlangga kembali memberitahukan Bella perihal Elena pada pagi hari sebelum lelaki tampan itu berangkat ke kantornya di sebuah meja makan saat mereka sarapan pagi. “Sayang, aku ingin memberitahu kamu tentang Elena,” ucap Erlangga saat menyelesaikan suapan terakhir sarapannya.“Aku nggak mau tau!” ujarnya sembari meletakkan gelas usai ia meneguk air mineral yang ada dalam gelas panjang bening miliknya.“Sayang ... Mau nggak mau kamu harus mendengar penjelasanku sebelum kamu menuduhku macam-macam,” ujar Erlangga menyeka bibirnya dengan serbet putih.“Menuduh...? Maksudnya menuduh siapa?” tanya Bella menghentikan sua
Tiga bulan setelah Elena menyandang gelar sarjana manajemen and Business, wanita cantik itu pun mulai memberanikan diri untuk terjun langsung dalam bisnis yang digeluti oleh Herlambang setelah suami tercintanya menjelaskan secara rinci perusahaan yang selama ini dimiliki oleh Erlangga dan dirinya. Dimana, perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan beberapa Bank yang menawarkan jasa dalam pengembangan digital seperti mesin EDC.Selama ini, perusahaan tersebut telah menjadi distributor utama mesin EDC, sebuah mesin yang digunakan untuk bertransaksi di beberapa merchant seperti resto, butik, swalayan termasuk hotel-hotel. Kalau selama ini, perusahaan ini hanya sebagai pemasok mesin EDC atau mesin gesek untuk transaksi yang dilakukan beberapa merchant terkait, kini sejak kehadiran Erlangga dan menyandang sebagai CEO, lelaki tampan itu melakukan terobosan baru dengan mendirikan anak perusahaan yang mengelola mesin EDC berikut System IT yang dikembangkan sebagai inovasi dari mesin EDC ya
Bella yang telah kesal dengan Elena tak mampu melampiaskan kemarahannya pada wanita cantik itu. Untuk melampiaskan kekesalannya pada Erlangga pun, bukan suatu yang bisa ia lampiaskan. Apa lagi mengikuti cara Elizabeth. Kalau saja dirinya tidak mandul, mungkin ia sudah memaki-maki dan melampiaskan kekesalannya pada Erlangga dan Elena. “Sekarang, Bella harus gimana Maa?” tanya wanita cantik nan judes itu sembari memegang dan memijat-mijat dahinya.“Kasih aja foto ini, tanya baik-baik pada Erlangga. Kenapa dia harus bohong jika harus bertemu dengan Elena? Dengan begitu, Erlangga akan semakin menghormati dan menganggap dirimu memang berkelas. Jangan marah-marah ... Pakai akalmu,” nasihat Elizabeth.“Mama sih, gampang. Pakai akal ... Mama aja yang tahu Papa nikah sama sekretarisnya langsung labrak dan buat Papa malu di kantornya dan lebih memilih wanita itu...,” cibir Bella yang kesal atas nasihat Elizabeth.“Bella, kenapa Mama minta cerai? Karena untuk apa juga Mama urus Papa kamu yang u
Bella yang penasaran atas cerita Elizabeth atas diri Erlangga sedikitnya merasa penasaran atas apa yang dikatakan mamanya. Karena itu, usai ia melakukan Nail pada kuku jemari tangan dan kakinya, wanita cantik itu dengan keraguan di hatinya beberapa kali meraih ponselnya dan meletakkannya kembali dengan bermonolog.“Aku nggak bisa curiga seperti itu terus menerus sama Erlangga. Kalau ternyata kecurigaanku salah dan apa yang dituduhkan mamaku hanya berita kebohongan, bagaimana cara aku mempertahankan mama tinggal disini?” tanyanya pada diri sendiri.Bella yang ragu untuk menghubungi Erlangga, kembali meletakkan ponselnya untuk ke sekian kalinya. Hingga akhirnya, wanita cantik itu memanggil Indah yang biasanya sedang menonton televisi di kamar Satrya.“Indah...! Indah...!” panggil Bella setengah berteriak hingga membuat beberapa pelayan di rumah itu, berlari ke ruang keluarga.Melihat dua orang pelayan di rumah itu tergopoh-gopoh berlari ke arah Bella yang ada di ruang keluarga, membuat