Erlangga dan Elena tampak menghabiskan waktu dengan bersama-sama mengelilingi api unggun. Sikap dan sifat Erlangga yang ramah mulai terlihat saat ia ikut membakar ayam dan Elena tengah ikut membakar jagung.“Ayo sini Ceu Emi ikut bakar jagungnya,” ajak Elena.Sedangkan ketiga lelaki, Dadang, Imam dan Erlangga membakar daging ayamnya. Dadang sengaja membawakan dua kursi rotan untuk diletakkan persis satu langkah dari api unggun dengan tujuan agar saat Erlangga dan Elena lelah, mereka bisa duduk di kursi rotan. “Er..., Jagung bakar punya kamu, pedes apa nggak?” tanya Elena mendekati tempat pembakaran ayam.“Dikit aja pedasnya, Lena. Ini ayam bakar kamu, gosong apa nggak? Hehehehehe...,” tawa Erlangga menggoda.“Awas aja kalau gosong, aku denda,” senyum Elena saat Erlangga menggodanya.Setelah matang, Emi membawa ayam bakar dan jagung bakarnya ke dalam Vila dan diletakkan pada meja makan di dalam Vila.Erlangga dan Elena yang masih berada diluar pun, kian merasakan hawa dingin at
Herlambang yang membawa Elena masuk ke dalam kamar, langsung merebahkan tubuh wanita cantik yang kian bertambah cantik seiring dengan kedewasaan dirinya dan pintarnya ia merawat diri. Setelah itu, Herlambang kembali ke ruang santai dengan membawa selimut tebal dan menyelimuti Erlangga yang tampak kacau berbaring pada permadani yang cukup tebal dengan pemanas di ruangan itu.Herlambang juga memunguti pakaian Elena yang berceceran di atas permadani dan membawanya ke dalam kamar. Sesampai di kamar, Herlambang yang masih berpakaian lengkap hanya mondar-mandir seraya memandang keindahan bentuk tubuh Elena dengan. Jakun yang turun naik. Bahkan, batang kelelakiannya pun telah pula berdiri tegak.Didekatinya tubuh nan elok wanita cantik yang telah membuatnya kecanduan. Teringat masa-masa gila kala mereka melakukan kenikmatan di lantai 14. Hasratnya seketika timbul. Matanya jelalatan memandang bentuk ternikmat yang sangat dirindukannya.Dengan napas menderu, dicium dengan lembut dan sangat
Sesampai di dalam kamar, Elena hanya bisa menangis sembari memegang perutnya. Ia benar-benar sangat terpukul dengan perilaku Herlambang yang dengan sengaja masuk dan tidur di sebelahnya.Dengan terus memegang perutnya Elena menangis dan berdialog pada calon bayinya, “Dek, maafkan mama..., Sekarang papa nggak akan kembali lagi sama kita..., hikss..., Maafkan mama, sayang. Mama terlalu banyak kesalahan sama papa. Mama menyesal, maafkan mama, sayang..., hikss...”Atas rasa sedih dan sesalnya Elena terus berdialog pada jabang bayi yang dikandungnya. Keinginan besarnya untuk tidak bercerai dan kembali pada Erlangga semata karena ia ingin darah daging Erlangga, yang dikandungnya saat ini kelak akan mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sendiri.Namun saat semua harapannya hancur, Elena yang bersikeras untuk kembali pada Erlangga akhirnya mencoba untuk menghubungi lelaki muda nan tampan itu. Tetapi, panggilannya di reject oleh Erlangga.Setelah itu, Elena pun mengirimkan pesan pada Erlan
Bella yang hatinya tengah bergembira pun melangkah ringan memasuki lift untuk menuju ke apartemen lelaki yang dicintai dengan membawa tas kanvas berisikan makanan kesukaan Erlangga dan dirinya.Sesampai di depan pintu kamar apartemen Erlangga, wanita cantik yang tergila-gila dan sangat terobsesi pada Erlangga itu pun memanggil nama Erlangga tanpa mengetuk pintu kamar apartemen lelaki itu dengan suara manjanya.“Er..., Erlangga..., Buka pintunya...,” panggil Bella tanpa mengetuk pintu.Berulang kali Bella memanggil nama pemuda tampan itu, namun tidak ada sahutan dari dalam apartemen, hingga membuat penghuni apartemen disebelah kamar Erlangga yang kebetulan keluar kamar menasihati Bella.“Mbak, diketukan aja pintunya. Mungkin orangnya mandi atau ketiduran,” ucap seorang wanita seumuran Bella.Mendengar ucapan wanita tetangga sebelah apartemen Erlangga membuat raut wajah Bella yang manis menjadi jutek dan menimpali omongan wanita yang sambil lalu melewati dirinya saat berada di depa
Usai makan, Elena pun masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri. Sementara, Herlambang tengah meminta pada Dadang untuk mencari mobil yang bisa disewa dan mengantar mereka pulang ke Jakarta.“Dadang, coba kamu cari tempat persewaan mobil yang ada sopirnya, biar bisa antar ke Jakarta. Kalau ada, cari mobil sekelas Rubicon, Pajero dan Alphard. Kalau nggak ada ya, di bawah itu juga boleh,” perintah Herlambang.“Baik Tuan besar,” ucap Dadang keluar Vila.Setelah itu, Herlambang menemui Emi yang sedang membuat keredok pesanan Elena.“Emi, apa pesanan Elena sudah selesai?” tanya Herlambang.“Sudah selesai, Tuan,” ucapnya.“Apa ada stroberi yang bisa dipetik?” tanya Herlambang.“Ada Tuan, apa saya petik sekarang?” tanya Emi kembali.“Ya, kamu petik, cari yang bagus-bagus,” titah Herlambang.Emi pun menganggukkan kepalanya dan berlalu dari hadapan Herlambang, menuju kebon stroberi yang berada di sebelah Vila tersebut. Setelah itu, Herlambang pun masuk ke dalam kamar untuk mengajak El
Elena dan Herlambang pulang ke Jakarta dengan menggunakan mobil Alphard yang disewa bersama sopirnya. Selama dalam perjalanan pulang ke Jakarta, Elena banyak bercerita tentang penyakit mamanya yang kambuh-kambuhan karena usia dan tentang Setya yang ingin masuk polisi dengan mengikuti rentetan latihan fisik.Elena yang awalnya mengambil jarak dengan Herlambang, kini tampak telah memberikan ruang pada lelaki dewasa nan tampan itu untuk semakin mendekatinya, sejak kejadian di dalam kamar mandi hari ini dan tampak hubungan mereka telah mencair kembali.“Gimana kabar mama? Sudah lama sejak kejadian waktu itu, aku merasa nggak enak untuk mampir ke rumah mama,” tutur Herlambang dengan tangan merangkul tubuh Elena.“Mama masih terus terapi. Mungkin karena udah bertambah tua, makanya mama dinyatakan sakit diabetes. Sekarang ini mama tambah kurus,” jawab Elena menoleh ke wajah Herlambang yang berada disisi kirinya.“Kapan-kapan aku akan bertemu mama, bolehkan?” tanya Herlambang mengecup dah
Erlangga yang saat ini sedang bersama Bella pun, akhirnya menghubungi Tiara yang telah berkali-kali menghubungi dirinya.“Ada apa Mii?” tanya Erlangga saat ia menghubungi Tiara dengan mengelus punggung Bella yang tertidur pulas dalam keadaan tanpa busana.“Ada apa? Justru Mami yang mau tanya sama kamu! Ada apa sebenernya? Kata Imam kamu balik ke Apartemen tanpa Elena,” tanya Tiara dengan intonasi meninggi.Sejenak Erlangga dan Tiara terdiam. Lalu Erlangga pun menjawab semua pertanyaan Tiara secara rinci.“Semua yang terjadi saat ini adalah salah Mami! Dan Mami juga ngasih jal...”“Wait! Tunggu...!” potong Tiara atas kesalahan yang dilimpahkan Erlangga padanya.“Mami nggak merasa, kalau sejak awal kesalahan Mami?” tanya Erlangga dengan intonasi mengejek.“Er, memang untuk peristiwa pertama salah Mami, dan Mami juga udah minta maaf. Masalah kesalahan ke dua itu, jangan salahkan Mami. Semua itu karena papimu yang terus membujuk Elena untuk mau menikah sama dia,” bantah Tiara atas
Suti, seorang pelayan rumah mewah milik Herlambang yang berada di teras dan melihat kedatangan Herlambang dan Elena saat baru memasuki gerbang, langsung berlari masuk ke dalam rumah dan mengetuk pintu Aprilia.Tok ... Tok ... Tok“Nyonya ... Nyonya Tiara.” Panggil Suti dari depan pintu majikan.“Ya ada apa?!” tanya Tiara dari dalam kamar.“Nyonya Tuan Herlambang dan Nyonya Elena udah datang dan mereka...”Ceklek!“Dimana sekarang mereka?!” sambar Tiara memotong ucapan pelayannya dan membuka pintu kamarnya.“Sepertinya baru sampai teras, Nyonya besar,” ucapnya kembali masih berdiri mematung saat Tiara memandang Suti yang menunduk di hadapannya.“Oh, baik.”Tiara membisikkan sesuatu ke telinga Suti dan bergegas berjalan menuju teras. Diikuti oleh Suti yang mengekor dibelakang Tiara. Tepat saat berada di teras, dilihat olehnya Elena tengah berjalan menuju anak tangga teras sedangkan Herlambang tampak masih bercakap-cakap dengan Dimas di halaman pintu gerbang bagian dalam.Saat
Erlangga yang mengetahui kedatangan Herlambang, membuat lelaki tampan itu uring-uringan. Di rumah, Erlangga yang tak pernah membentak Bella atas kesalahan kecil yang diperbuatnya, di pagi hari itu saat lelaki tampan itu akan ke kantor, membuat Bella menangis atas hal kecil yang tak diduganya.“Lain kali, kamu itu mikir! Masa iya aku ke kantor pakai pakaian ini? Apa kamu pikir ini cocok aku pakai? Padahal sejak awal kamu pilihkan pakaian ini, aku sudah ngomong..., singkirkan dari lemari pakaianku! Dasar perempuan nggak bisa buat suami bahagia!” teriak Erlangga pada Bella kala wanita cantik itu mengambilkan pakaian yang tak disuka oleh Erlangga.Elizabeth yang mendengar putrinya dibentak oleh Erlangga pun masuk ke dalam kamar itu dan menegur menantunya, “Ada apa sih sama kamu? Masalah pakaian saja sampai memaki-maki Bella! Apa putriku kurang baik mengurus putramu?!” Erlangga yang terkejut dengan kehadiran Elizabeth yang datang ke kamar mereka pun melirik ke arah wanita yang telah cukup
Perselingkuhan yang dimulai oleh libido yang tak tersalurkan oleh Elena, membawanya dalam pusaran ketakutan dan hasrat yang kian tak terbendungkan. Karena sejak saat itu, mereka sering melakukan hubungan intim di ruang kerja Erlangga. Terlebih, Bella kini sudah sangat percaya pada Erlangga sejak sang suami mempunyai sekretaris seorang lelaki.Seperti pagi ini, Erlangga berpamitan di pagi hari dengan alasan akan ada kunjungan dari investor sehingga ia harus mengecek seluruh data yang diminta oleh investor tersebut. Dan Erlangga juga meminta pada Elena untuk datang pukul 7 pagi, dengan alasan yang sama. Maka, saat Erlangga telah berada di ruangan kerjanya, lelaki tampan yang telah mempersiapkan diri dengan meminum vitamin dan suplemen serta obat kuat pun, menunggu kedatangan Elena.Tok ... Tok ... Tok ...“Ya masuk,” ucap Erlangga seraya tersenyum lebar kala melihat jam baru menunjukkan pukul 7 kurang sepuluh menit.Lelaki tampan itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Elena y
Kepergian Herlambang dalam menjajaki pembukaan perusahaan baru atas nama putranya Sakti, membuat Elena merasa kesepian saat berada di rumah. Wanita cantik itu lebih suka menghabiskan waktu di kantor, karena lebih cepat waktu berlalu dibandingkan saat ia berada di rumah. Terlebih saat ini, Sakti yang kini telah berusia 9 tahun, lebih banyak kegiatan ekstra di sekolah atau pun di tempat bimbel serta tempat olah raga.Seperti saat ini, setelah dua minggu berlalu, Elena yang merasa kesepian karena sang putra harus melakukan kegiatan olah raga memilih untuk ke rumah Herlina. Di rumah Herlina, Elena biasanya mengobrol banyak hal pada sang mama yang telah semakin menua.“Lena..., mama kangen sekali sama Jamila. Apa kamu bisa menghubungi Jamila?” tanya Herlina.“Ya Maa.., sekarang Lena hubungi Mila,” jawab Elena.Satu jam kemudian, Jamila yang diminta datang ke rumah Herlina pun, menyambangi wanita yang telah dianggap mamanya pula. Mereka bercengkerama dan bercerita pada masa tinggal di sebua
Sejak Erlangga mengajak makan siang Elena, hubungan mereka kian akrab. Keakraban mereka tanpa diketahui pasangan masing-masing telah terjalin selama 2 tahun sejak Elena menjadi kepala cabang dari perusahaan EDC tersebut. Namun, selama ini keakraban mereka hanya sebagai atasan dan bawahan, ayah dan ibu dari seorang pewaris utama. Dan mereka juga sering bercerita tentang rumah tangga masing-masing dengan kebahagiaan masing-masing serta membicarakan tumbuh kembang Satrya di bawah pengawasan Bella, ketika mereka makan bersama di saat Herlambang keluar kota. Hal ini mereka lakukan, agar tidak adanya kesalahpahaman atas hubungan yang kini terjalin di antara mereka. Seperti saat ini usai mereka mengikuti rapat di sebuah Bank Swasta, mereka pun makan bersama pada sebuah restoran. Di momen ini, Elena mulai mengeluhkan perihal diri Herlambang pada Erlangga. Dan hal itu jelas membuat Erlangga terkejut. Karena selama ini, Elena sangat bersemangat jika membicarakan tentang Herlambang yang sering
Erlangga yang sejak awal ingin memutuskan hubungan dengan Anggun akhirnya dapat dengan mudah melempar wanita yang semakin ingin memilikinya. Sementara, Elena yang telah dua kali ditolong Erlangga saat menghadapi kendala di tempatnya bekerja merasa berhutang budi atas segala tindakan yang telah dilakukan oleh Erlangga pada dirinya. Maka, usai pemecatan yang dilakukan langsung oleh HRD, Erlangga memanfaatkan kejadian itu dengan mengajak Elena untuk keluar makan bersama, kala wanita nan cantik jelita itu sedang menghadap di ruang kerjanya. “Terima kasih Pak, sudah menolong saya dari kekasaran sekretaris Bapak,” ucap Elena tersenyum samar.“Sama-sama. Memang selama ini, aku sempat dengar beberapa staf komplain ke HRD perihal perangai Anggun yang arogan dan kurang bisa diajak kerja sama. Finalnya ya tadi itu. Berarti dia itu orang yang nggak bisa menghormati orang lain, terlebih orang baru seperti kamu,” tutur Erlangga basa-basi dengan memikirkan siasat agar Elena bisa diajak makan bersam
Sejak Elena bekerja di perusahaan milik keluarga Erlangga dan Herlambang, lelaki tampan itu sudah membuka percakapan untuk memberitahukan istrinya perihal Elena. Namun, setiap kali Erlangga membuka percakapan tentang Elena. Bella selalu menolaknya dan hal itu telah dilakukan beberapa kali, hingga akhirnya Elena telah bekerja di bawah kepemimpinan Erlangga selama tiga bulan.Erlangga kembali memberitahukan Bella perihal Elena pada pagi hari sebelum lelaki tampan itu berangkat ke kantornya di sebuah meja makan saat mereka sarapan pagi. “Sayang, aku ingin memberitahu kamu tentang Elena,” ucap Erlangga saat menyelesaikan suapan terakhir sarapannya.“Aku nggak mau tau!” ujarnya sembari meletakkan gelas usai ia meneguk air mineral yang ada dalam gelas panjang bening miliknya.“Sayang ... Mau nggak mau kamu harus mendengar penjelasanku sebelum kamu menuduhku macam-macam,” ujar Erlangga menyeka bibirnya dengan serbet putih.“Menuduh...? Maksudnya menuduh siapa?” tanya Bella menghentikan sua
Tiga bulan setelah Elena menyandang gelar sarjana manajemen and Business, wanita cantik itu pun mulai memberanikan diri untuk terjun langsung dalam bisnis yang digeluti oleh Herlambang setelah suami tercintanya menjelaskan secara rinci perusahaan yang selama ini dimiliki oleh Erlangga dan dirinya. Dimana, perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan beberapa Bank yang menawarkan jasa dalam pengembangan digital seperti mesin EDC.Selama ini, perusahaan tersebut telah menjadi distributor utama mesin EDC, sebuah mesin yang digunakan untuk bertransaksi di beberapa merchant seperti resto, butik, swalayan termasuk hotel-hotel. Kalau selama ini, perusahaan ini hanya sebagai pemasok mesin EDC atau mesin gesek untuk transaksi yang dilakukan beberapa merchant terkait, kini sejak kehadiran Erlangga dan menyandang sebagai CEO, lelaki tampan itu melakukan terobosan baru dengan mendirikan anak perusahaan yang mengelola mesin EDC berikut System IT yang dikembangkan sebagai inovasi dari mesin EDC ya
Bella yang telah kesal dengan Elena tak mampu melampiaskan kemarahannya pada wanita cantik itu. Untuk melampiaskan kekesalannya pada Erlangga pun, bukan suatu yang bisa ia lampiaskan. Apa lagi mengikuti cara Elizabeth. Kalau saja dirinya tidak mandul, mungkin ia sudah memaki-maki dan melampiaskan kekesalannya pada Erlangga dan Elena. “Sekarang, Bella harus gimana Maa?” tanya wanita cantik nan judes itu sembari memegang dan memijat-mijat dahinya.“Kasih aja foto ini, tanya baik-baik pada Erlangga. Kenapa dia harus bohong jika harus bertemu dengan Elena? Dengan begitu, Erlangga akan semakin menghormati dan menganggap dirimu memang berkelas. Jangan marah-marah ... Pakai akalmu,” nasihat Elizabeth.“Mama sih, gampang. Pakai akal ... Mama aja yang tahu Papa nikah sama sekretarisnya langsung labrak dan buat Papa malu di kantornya dan lebih memilih wanita itu...,” cibir Bella yang kesal atas nasihat Elizabeth.“Bella, kenapa Mama minta cerai? Karena untuk apa juga Mama urus Papa kamu yang u
Bella yang penasaran atas cerita Elizabeth atas diri Erlangga sedikitnya merasa penasaran atas apa yang dikatakan mamanya. Karena itu, usai ia melakukan Nail pada kuku jemari tangan dan kakinya, wanita cantik itu dengan keraguan di hatinya beberapa kali meraih ponselnya dan meletakkannya kembali dengan bermonolog.“Aku nggak bisa curiga seperti itu terus menerus sama Erlangga. Kalau ternyata kecurigaanku salah dan apa yang dituduhkan mamaku hanya berita kebohongan, bagaimana cara aku mempertahankan mama tinggal disini?” tanyanya pada diri sendiri.Bella yang ragu untuk menghubungi Erlangga, kembali meletakkan ponselnya untuk ke sekian kalinya. Hingga akhirnya, wanita cantik itu memanggil Indah yang biasanya sedang menonton televisi di kamar Satrya.“Indah...! Indah...!” panggil Bella setengah berteriak hingga membuat beberapa pelayan di rumah itu, berlari ke ruang keluarga.Melihat dua orang pelayan di rumah itu tergopoh-gopoh berlari ke arah Bella yang ada di ruang keluarga, membuat