Herlambang yang awalnya telah berangkat ke kantor, akhirnya kembali ke rumah usai menghubungi Dimas yang memberitahukan kalau Tiara tidak ada di rumah sebelum makan siang.
“Dimas, apa Nyonya Tiara ada di rumah?” tanya Herlambang.“Maaf Tuan besar, Nyonya keluar rumah sebelum makan siang dengan Imam,” jawab Dimas.“Apa kamu tau dia kemana? Soalnya telepon saya nggak di jawab,” ungkap Herlambang.“Coba saya hubungi Imam, Tuan,” ujar Dimas.“Jangan! Nggak usah, biar aja. Hmmm, apa Elena hari ini nggak ke rumah mamanya?” tanya Herlambang kembali.“Betul Tuan, Nyonya Elena ada di rumah,” ucap Dimas.“Oh, Ok! Terima kasih,” tutur Herlambang menutup pembicaraan diantara mereka.Sekitar pukul dua siang, mobil yang dikendarai oleh Herlambang pun sampai di rumah. Herlambang melangkah panjang memasuki rumah mewah tersebut dan menaiki tangga menuju kamarnya. Disaat Herlambang melintasi kamar Elena, samar-samar terdengar suara televisi. Kemudian, Herlambang pun meraih gagang pintu kamar tersebut.Cklek!Dibukanya pintu kamar yang tak di kunci. Bersamaan dengan itu, Elena yang tampak asyik menonton televisi menoleh ke pintu kamarnya dengan terkejut, “Om Her?!”Lelaki tampan itu tersenyum di depan pintu kamar, sedangkan Elena sendiri beranjak dari sofa di depan televisi, berjalan mendekati Herlambang dan kembali berucap, “Ada apa ya Om?”Saat Elena telah mendekati pintu kamarnya, Herlambang yang tak menjawab pertanyaannya telah masuk ke dalam kamarnya dengan tersenyum nakal. Elena yang mendapati gelagat tak baik dari Herlambang yang telah hampir dua bulan ini bersikap sopan pun mendekati pintu yang di tutup oleh Herlambang dengan mendekati gagang pintu, namun oleh Herlambang di halanginya.“Om, tolong jangan begini!” gusar Elena mendapati pintu kamarnya dikunci oleh Herlambang dan tangannya yang akan membuka pintu di pegangnya.“Lena ... aku kangen sama kamu. Tolong jangan tolak aku,” pinta Herlambang.“Om! Jangan buat saya menanggung malu lagi. Om tau, saya belum bercerai dari Erlangga. Apa Om tau pandangan dari beberapa pelayan tentang saya, di sini? Apalagi tante Tiara nggak ada di rumah. Tolong, buka pintunya,” pinta Elena yang beberapa kali mendengar tiga orang pelayan membicarakan dirinya di halaman belakang.Herlambang yang pikirannya telah dipenuhi oleh gelora cinta dan kangen akan pelukan yang sering dirasakannya kala semua belum terbongkar pun memasakan diri dengan tetap memeluk Elena yang menolaknya. Namun, tenaga lelaki tampan nan atletis lebih kuat dibandingkan dengan Elena yang coba melepaskan diri dari pelukan Herlambang.“Sayang, aku kangen. Aku kangen menciummu,” Herlambang memeluk Elena dan berbisik di telinganya.“Om ... lepas, saya nggak mau jadi omongan beberapa pelayan di rumah ini,” ucap Elena membalas bisikan Herlambang.Dilonggarkan pelukan Herlambang, dan tangannya menyibak anak-anak rambut Elena yang menutupi wajahnya. Kemudian, ditautnya dengan lembut bibir Elena sembari memejamkan mata. Herlambang sangat menikmati momen kecupan yang dilakukan pada bibir Elena. Namun, wanita cantik yang kian mempesona itu, tidak membalas tautan pada bibir Herlambang.Dilepas tautan bibir Herlambang dan ditatapnya wanita cantik yang selama ini membuat dirinya tergila-gila dan menjadi candu dalam kehidupannya. Lalu, Herlambang menatap dengan mata yang sayu karena hasrat yang telah bersarang pada benaknya.“Lena ... aku benar-benar kangen diri kamu yang dulu. Sebentar saja ... dari tadi pagi aku terus membayangkan kamu,” ucapnya pelan menatap tajam mata indah Elena.“Om, tolong jangan seperti dulu lagi. Lena belum bercerai. Lagi pula Lena hamil anak Er. Jangan lakukan itu Om. Lena hanya mau lakukan itu, kalau kita udah menikah,” jawab Elena membalas tatapan tajam Herlambang.“Pegang aja Lenaaa,” rayu Herlambang, mencium kening dan kedua pipi gadis cantik yang kini telah menjadi wanita dewasa dan telah matang dalam memutuskan keinginannya.“Maaf ... jangan paksa Lena seperti ini, Om. Tolong, keluarlah,” pinta Elena dan kembali berkata, “Kalau Om seperti ini terus, Lena akan balik ke rumah mama aja.”Mendengar ancaman Elena membuat lelaki tampan yang telah membayangkan hal ternikmat seperti dulu kala mereka meraih manisnya sebuah perselingkuhan, akhirnya menyerah dan menganggukkan kepalanya. Kemudian, kembali mengecup lembut bibir Elena yang dibiarkan olehnya saat Herlambang mengulumnya. Lalu, lelaki tampan itu pun keluar dari kamar itu dengan kepala pening tentunya.***Sementara itu, Erlangga yang telah sampai di apartemennya pun menghubungi Bella, wanita cantik dan pencemburu itu untuk membatalkan janji menjemputnya dengan berbohong. Karena Erlangga sangat paham dengan sifat Bella yang masih saja cemburu dengan Elena, walaupun mereka telah hampir dua bulan tinggal bersama. Dan hal ini lah yang menyebabkan Erlangga tidak pernah menjenguk Tiara sejak mereka tinggal bersama.“Hallo, sayang ... lagi ngapaen? Hmmm, sepertinya gue kagak jadi jemput ... soalnya besok pagi gue harus jemput mami dan anter dia untuk kemoterapi. Katanya sih, mami kangen pengen di antar sama gue. Apalagi udah dua bulan ini nggak ketemu,” ujar Erlangga membohongi Bella.“Kemoterapi? Kan, kagak ada urusannya kalau gue nginap di apartemen elo. Aneh! Sekarang elo lagi dimana? Apartemen ... apa elo lagi ketemuan sama cewek lain?” tanya Bella dengan intonasi cemburu.Hampir setiap saat Bella selalu curiga dan cemburu bila Erlangga diluar apartemennya. Walaupun Erlangga telah menjelaskan tujuannya. Seperti waktu Erlangga pergi bertemu teman alumni SMP nya, untuk sekedar nongkrong atau main game bersama. Namun, karena Bella cemburu maka Erlangga pun mau tak mau mengajaknya kemana pun ia akan bertemu temannya. Hal itu jelas terkadang membuat Erlangga merasa terbelenggu dan malu pada beberapa teman dan sahabat karibnya. Berbeda dengan Elena yang selalu memberikan waktu Erlangga untuk kumpul dengan teman-temannya sendiri.“Bel! Gue bosen denger elo curiga aja sama gue!” ketus Erlangga dalam sambungan telepon.“Makanya, Elo jangan bohong sama gue!” sungut Bella yang juga ketus menjawabnya.“Gue bohong masalah apa, Bella?! Ini dah yang gue kagak suka sama elo. Sesekali elo harus berpikir positif ... gue rasa ini penyebab elo kagak hamil. Coba elo berpikir positif, pasti elo hamil. Apalagi selama ini gue kagak pernah pake pengaman dan kita udah tinggal bareng hampir dua bulan. Elo tetap kagak merasa itu penyebabnya?!”“Er, nggak usah elo bawa masalah hamil segala. Kagak jelas amat sih, omongan elo. Pokoknya, jemput gue sekarang! Kagak usah pake alasan apa pun. Juga ... kalau pun besok elo harus antar nyokap, juga bisa ajak gue sekalian. Apalagi, udah lama gue kagak ketemu dia,” tolak Bella yang tetap dengan keinginannya.“Masalahnya, mami maunya jalan berdua sama gue dan mami juga mau curhat perihal kejadian yang ada di rumah. Udah jelas?!” bentak Erlangga yang kesal dengan sikap dan sifat egois dan manja Bella.Bella yang telah hampir dua bulan ini terus diikuti kemauannya dan sadar kalau Erlangga sedang pusing dengan hal yang belum disampaikannya pun, berpikir untuk tetap bertemu dengan pemuda tampan itu , walaupun telah ditolak olehnya. Lalu, Bella pun berpikir untuk mengajak Erlangga ke dokter kandungan.“Ya udah, gini aja. Sekarang elo antar gue ke dokter kandungan, biar elo yakin kalau rasa cemburu gue bukan penyebab dari gue kagak hamil, sembari kita konsultasi ke dokter, supaya elo juga yakin kalau kandungan gue baik-baik aja,” ajak Bella seraya membela diri usai disudutkan perihal kehamilan.Erlangga yang terkadang memikirkan kehamilan Bella selalu berpikir atas kesehatan kandungan Bella. Tetapi, ia tidak pernah menyampaikannya. Kecurigaan Erlangga perihal kandungan Bella mengalami masalah muncul karena, selama kurun waktu lebih dari setahun saat Bella tinggal bersama Alexander, tidak pernah sekali pun saudara sepupunya bercerita tentang masalah kehamilan Bella dan Erlangga jadi berpikir, ada yang tak beres dengan kandungan Bella. “Ya gue setuju elo ke dokter kandungan, tapi jangan sekarang. Gue lagi lelah dan pengen tidur cepet. Biar besok pagi gue lebih fresh waktu antar mami ke dokter. Kalau gimana, elo minta jadwal tiga hari lagi ke dokter kandungannya,” titah Erlangga.“Sekarang aja, Er ... ya Er,” rajuk Bella yang ingin tetap menginap di apartemen Erlangga.“Sayang, tolonglah sekali ini aja, elo nurut sama gue. Dua hari lagi gue mau antar elo ke dokter kandungan. Jadi elo harus cari dokter kandungan yang bagus. Kalau hasilnya bagus kita minta jadwal, kapan masa subur elo. Setelah itu, kita bikin anak tiap hari hehehehe ...,” celoteh Erlangga tertawa kecil mencairkan suasana tegang diantara mereka untuk menenangkan hati Bella.“Gue yakin kok kandungan gue baik-baik aja. Dan pegang janji elo untuk bikin gue hamil setelah gue ke dokter kandungan,” pinta Bella ngomong manja.“Iya ... pastilah, gue perlu calon penerus di keluarga gue dan berharap elo bisa kasih gue anak. Pokoknya kita harus berjuang untuk bisa punya anak. Kalau elo sampai hamil, gue bakal nikah sama elo tanpa nunggu Elena lahiran," tegas Erlangga mengatakan keinginannya ada Bella.“Ya udah kalau gitu. Tapi, elo janji juga. Kalau ketemu Elena jangan ngomong sama dia,” pinta Bella.“Sayang ... kata mami gue, orang yang terus bikin elo cemburu itu, tiap hari di rumah mamanya, jadi gue minta jangan terlalu mikirin tuh orang. Dia aja belum tentu mikirin kita,” pinta Erlangga kembali mengingatkan Bella.“Iya sayang ... mulai sekarang gue akan berusaha kagak mikirin cewek matre itu,” jawab Bella dan mereka pun menutup percakapan mereka dengan sebuah kecupan dari ujung telepon.Sekitar jam 8 pagi, suara ponsel Erlangga berdering. Hal itu membuat lelaki tampan yang pagi itu masih terlelap dalam kantuknya memicingkan matanya dan meraih ponsel pada nakas sebelah tempat tidurnya.“Halo,” sapa Erlangga dengan kedua mata yang masih terpejam tanpa melihat nama yang ada di depan layar ponselnya.“Er ... Jam berapa ke rumah? Papimu udah ke Bandara dan Elena ada di rumah,” ujar Tiara menghubungi putranya.“Ya Mii..., Er mau mandi dulu,” jawab Erlangga.“Udahlah cuci muka aja. Nanti disini mandinya..., Biar kita bisa sarapan bersama Elena,” perintah Tiara.“Aduh..., Mami ini, Er risih..., lagi pula Er masih belom bis...”“Erlangga...! Tolong untuk kali ini kamu ikuti apa kata Mami! Apa Bella disana..., makanya kamu merasa keberatan dengan saran Mami?” tanya Tiara curiga atas keberadaan Bella di apartemen putranya.“Bella nggak tidur disini..., Ya udah sekarang Er cuci m.ka, langsung ke rumah,” sahut Erlangga tanpa ingin membantah perintah Tiara.Erlangga pun me
“Lena, duduklah,” perintah Tiara pada Elena yang terpaku menatap Erlangga.Tanpa berkata-kata Elena duduk di sisi kanan meja makan. Erlangga pun duduk di sisi kiri, sementara Tiara duduk di bagian tengah. Kemudian, Tiara memanggil seorang pelayan untuk melayani mereka.“Suti...! Siapkan jus apel, jus alpukat dan jus wortel.”“Baik Nyonya besar,” jawab Suti menganggukkan kepalanya dan berlalu dari meja makan.“Ayo, makanlah...,” ajak Tiara melihat ke arah Elena dan Erlangga.Terdengar denting sendok dan garpu dengan lembut tanpa terdengar obrolan diantara mereka bertiga. Suti membawakan 3 buah jus dan berdiri menunggu perintah Tiara. Sekitar 10 menit usai Suti berdiri dengan membawa nampan berisi 3 gelas jus. Tiara pun memerintahkan pelayannya untuk membawa ketiga jus tersebut ke taman belakang rumah.“Suti, kamu bawa jus itu ke taman sekarang,” perintah Tiara yang beranjak dari meja makan.“Ayo Er..., Lena...,” ajak Tiara.Tiara jalan terlebih dahulu, setelah itu Elena pun ber
Erlangga pulang dini hari ke rumah dalam keadaan mabuk berat. Sopir yang diminta untuk mengantar pemuda tampan yang terlihat teler itu pun memapah dirinya bersama seorang sekuriti untuk menaiki tangga melingkar dirumah itu untuk sampai di kamarnya yang berada di atas. Sesampai di lantai atas, Imam yang tahu kalau antara Elena dan Erlangga belum bercerai mengetuk pintu kamar tersebut.Tok ... Tok ... Tok ...Elena yang baru saja memejamkan matanya usai membuatkan susu untuk Sakti yang berada di kamar bawah, terkejut dengan ketukan pada pintu kamarnya.“Siapa yaa...?” tanya Elena beranjak dari tempat tidurnya.“Maaf Nyonya Elena..., Saya sopir yang bawa Tuan Erlangga,” sahutnya pelan di depan pintu kamar Elena.“Erlangga?!” Cklek...!Pintu kamar wanita cantik itu pun terbuka, Elena pun mempersilakan sopir dan sekuriti di rumah itu untuk meletakan tubuh Erlangga yang tampak berantakan dengan bau alkohol serta bau asap rokok pada seluruh baju yang dikenakannya.“Makasih Pak Imam.
Setiap hari Dimas datang ke rumah Herlambang sekitar pukul 6 pagi untuk memberikan instruksi pada ke empat pelayan, satu orang sopir pribadi Tiara dan satu tukang kebun di rumah besar itu. Sedangkan sopir pribadi Herlambang, biasanya akan libur ketika Tuan besarnya tidak ke kantor seperti saat ini.Usai memberikan instruksi pada semua pelayan di rumah itu, sopir pribadi Tiara yang bernama Imam pun berbicara pada Dimas.“Pagi Pak Dimas, saya mau lapor,” bisik Imam saat mendekat Dimas.“Lapor apa?” tanya Dimas menatap selidik Imam.“Uhm, semalam Tuan muda Erlangga mabuk dan...”“Mabuk?” tanya Dimas melangkah ke samping rumah mewah itu dan diikuti oleh Imam.“Sekarang kamu bisa cerita,” pinta Dimas berdiri diantara pohon palem yang cukup tinggi.“Kemarin saya antar Tuan muda bertemu teman-temannya di tempat ngopi sampai jam 8 malam. Setelah itu, mereka bersama-sama pergi ke Night Club dan pulang dini hari dalam keadaan mabuk berat, Pak,” cerita Imam.“Apa Nyonya Tiara tau?” tanya
Elena turun dari lantai atas menuju ke ruang makan disambut dengan wajah ramah dan senyum semeringah Tiara, setelah ia mendengar cerita Darsih tentang hal yang sudah diduganya.“Pagi Lena..., apa Erlangga sudah bangun?” tanya Tiara tersenyum.“Udah, sekarang lagi mandi,” jawab Elena agak malu dan merasa Tiara telah mengetahui hal yang ia lakukan bersama Erlangga.“Wati...! Siapkan nasi goreng seafood nya,” perintah Tiara. Seorang pelayan yang dipanggil dan diperintah Tiara pun, bergegas untuk menyiapkan yang diminta tanpa berkata sepatah kata pun, Wati hanya menganggukkan kepala dan menata makanan di atas meja makan yang cukup besar.Setelah itu, pelayan pun menyiapkan minuman mineral dalam gelas bening panjang beserta segelas jus yang masing-masing telah dipesan oleh Tiara. Tanpa diberitahu, Wati pun berdiri di dekat meja makan yang berjarak 3 langkah dari tempatnya berdiri.Tiara meraih telepon direct yang berada di ruang makan tersebut untuk menghubungi Dimas, sang kepala pe
Perjalanan dari Jakarta ke daerah puncak memakan waktu sekitar 2 sampai 3 jam. Itu pun tergantung dari kondisi jalan saat itu. Apalagi, hari ini adalah hari kerja jadi jelas saja jalan akan padat merapat. Saat mendekati area puncak, terdengar dering ponsel Erlangga. Sementara Elena sendiri yang duduk di bangku belakang tampak hanya membaca sebuah novel untuk menemani sepanjang perjalanan ke puncak. Tetapi, saat Erlangga menjawab panggilan dari ponselnya, dada Elena mendesir. Ada rasa sakit, marah dan kesal pada sosok Bella yang sudah diketahuinya selalu mengejar-ngejar Erlangga. “Ya Bel..., Ada apa?” tanya Erlangga melihat ke arah spion tengah sembari mengamati Elena yang masih membaca sebuah novel. Elena yang terganggu saat Erlangga memanggil nama wanita itu, sengaja tetap membaca novel dengan telinga yang dipasang untuk mendengarkan pembicaraan sepihak dari Erlangga karena, suaminya menggunakan earphone, hingga Elena tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Bella, selingkuhan Erlan
Erlangga dan Elena pun kembali menikmati kebersamaan mereka hingga petang dan Erlangga kembali mengirimkan hasil rekaman tersebut ketika Elena tengah membersihkan dirinya. Setelah puas dengan aksinya, ia pun keluar dari dalam kamar menemui Dadang yang sedang bersiap-siap membuat api unggun. Terlebih cuacanya begitu cerah.“Mang, apa mami dan papi sering ke Vila ini?” tanya Erlangga saat menemui penjaga Vila itu di bagian teras Vila.“Beberapa kali Nyonya dan Tuan besar juga Tuan muda kemari waktu renovasi,” tuturnya langsung berdiri dan mempersilakan Erlangga untuk duduk di kursi kayu depan teras.“Tuan muda siapa?” tanya Erlangga penasaran seraya mengernyitkan dahinya.Dadang yang bingung dengan pertanyaan Erlangga justru balik bertanya pada lelaki tersebut, “Maaf Tuan Erlangga, bukannya yang beberapa kali Jitu anaknya Tuan sendiri?” “Siapa?” tanya Erlangga yang telah cukup lama mengeluarkan nama Sakti dalam hati dan pikirannya.“Kalau nggak salah namanya Tuan Sakti. Kata Nyon
Erlangga dan Elena tampak menghabiskan waktu dengan bersama-sama mengelilingi api unggun. Sikap dan sifat Erlangga yang ramah mulai terlihat saat ia ikut membakar ayam dan Elena tengah ikut membakar jagung.“Ayo sini Ceu Emi ikut bakar jagungnya,” ajak Elena.Sedangkan ketiga lelaki, Dadang, Imam dan Erlangga membakar daging ayamnya. Dadang sengaja membawakan dua kursi rotan untuk diletakkan persis satu langkah dari api unggun dengan tujuan agar saat Erlangga dan Elena lelah, mereka bisa duduk di kursi rotan. “Er..., Jagung bakar punya kamu, pedes apa nggak?” tanya Elena mendekati tempat pembakaran ayam.“Dikit aja pedasnya, Lena. Ini ayam bakar kamu, gosong apa nggak? Hehehehehe...,” tawa Erlangga menggoda.“Awas aja kalau gosong, aku denda,” senyum Elena saat Erlangga menggodanya.Setelah matang, Emi membawa ayam bakar dan jagung bakarnya ke dalam Vila dan diletakkan pada meja makan di dalam Vila.Erlangga dan Elena yang masih berada diluar pun, kian merasakan hawa dingin at
Erlangga yang mengetahui kedatangan Herlambang, membuat lelaki tampan itu uring-uringan. Di rumah, Erlangga yang tak pernah membentak Bella atas kesalahan kecil yang diperbuatnya, di pagi hari itu saat lelaki tampan itu akan ke kantor, membuat Bella menangis atas hal kecil yang tak diduganya.“Lain kali, kamu itu mikir! Masa iya aku ke kantor pakai pakaian ini? Apa kamu pikir ini cocok aku pakai? Padahal sejak awal kamu pilihkan pakaian ini, aku sudah ngomong..., singkirkan dari lemari pakaianku! Dasar perempuan nggak bisa buat suami bahagia!” teriak Erlangga pada Bella kala wanita cantik itu mengambilkan pakaian yang tak disuka oleh Erlangga.Elizabeth yang mendengar putrinya dibentak oleh Erlangga pun masuk ke dalam kamar itu dan menegur menantunya, “Ada apa sih sama kamu? Masalah pakaian saja sampai memaki-maki Bella! Apa putriku kurang baik mengurus putramu?!” Erlangga yang terkejut dengan kehadiran Elizabeth yang datang ke kamar mereka pun melirik ke arah wanita yang telah cukup
Perselingkuhan yang dimulai oleh libido yang tak tersalurkan oleh Elena, membawanya dalam pusaran ketakutan dan hasrat yang kian tak terbendungkan. Karena sejak saat itu, mereka sering melakukan hubungan intim di ruang kerja Erlangga. Terlebih, Bella kini sudah sangat percaya pada Erlangga sejak sang suami mempunyai sekretaris seorang lelaki.Seperti pagi ini, Erlangga berpamitan di pagi hari dengan alasan akan ada kunjungan dari investor sehingga ia harus mengecek seluruh data yang diminta oleh investor tersebut. Dan Erlangga juga meminta pada Elena untuk datang pukul 7 pagi, dengan alasan yang sama. Maka, saat Erlangga telah berada di ruangan kerjanya, lelaki tampan yang telah mempersiapkan diri dengan meminum vitamin dan suplemen serta obat kuat pun, menunggu kedatangan Elena.Tok ... Tok ... Tok ...“Ya masuk,” ucap Erlangga seraya tersenyum lebar kala melihat jam baru menunjukkan pukul 7 kurang sepuluh menit.Lelaki tampan itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Elena y
Kepergian Herlambang dalam menjajaki pembukaan perusahaan baru atas nama putranya Sakti, membuat Elena merasa kesepian saat berada di rumah. Wanita cantik itu lebih suka menghabiskan waktu di kantor, karena lebih cepat waktu berlalu dibandingkan saat ia berada di rumah. Terlebih saat ini, Sakti yang kini telah berusia 9 tahun, lebih banyak kegiatan ekstra di sekolah atau pun di tempat bimbel serta tempat olah raga.Seperti saat ini, setelah dua minggu berlalu, Elena yang merasa kesepian karena sang putra harus melakukan kegiatan olah raga memilih untuk ke rumah Herlina. Di rumah Herlina, Elena biasanya mengobrol banyak hal pada sang mama yang telah semakin menua.“Lena..., mama kangen sekali sama Jamila. Apa kamu bisa menghubungi Jamila?” tanya Herlina.“Ya Maa.., sekarang Lena hubungi Mila,” jawab Elena.Satu jam kemudian, Jamila yang diminta datang ke rumah Herlina pun, menyambangi wanita yang telah dianggap mamanya pula. Mereka bercengkerama dan bercerita pada masa tinggal di sebua
Sejak Erlangga mengajak makan siang Elena, hubungan mereka kian akrab. Keakraban mereka tanpa diketahui pasangan masing-masing telah terjalin selama 2 tahun sejak Elena menjadi kepala cabang dari perusahaan EDC tersebut. Namun, selama ini keakraban mereka hanya sebagai atasan dan bawahan, ayah dan ibu dari seorang pewaris utama. Dan mereka juga sering bercerita tentang rumah tangga masing-masing dengan kebahagiaan masing-masing serta membicarakan tumbuh kembang Satrya di bawah pengawasan Bella, ketika mereka makan bersama di saat Herlambang keluar kota. Hal ini mereka lakukan, agar tidak adanya kesalahpahaman atas hubungan yang kini terjalin di antara mereka. Seperti saat ini usai mereka mengikuti rapat di sebuah Bank Swasta, mereka pun makan bersama pada sebuah restoran. Di momen ini, Elena mulai mengeluhkan perihal diri Herlambang pada Erlangga. Dan hal itu jelas membuat Erlangga terkejut. Karena selama ini, Elena sangat bersemangat jika membicarakan tentang Herlambang yang sering
Erlangga yang sejak awal ingin memutuskan hubungan dengan Anggun akhirnya dapat dengan mudah melempar wanita yang semakin ingin memilikinya. Sementara, Elena yang telah dua kali ditolong Erlangga saat menghadapi kendala di tempatnya bekerja merasa berhutang budi atas segala tindakan yang telah dilakukan oleh Erlangga pada dirinya. Maka, usai pemecatan yang dilakukan langsung oleh HRD, Erlangga memanfaatkan kejadian itu dengan mengajak Elena untuk keluar makan bersama, kala wanita nan cantik jelita itu sedang menghadap di ruang kerjanya. “Terima kasih Pak, sudah menolong saya dari kekasaran sekretaris Bapak,” ucap Elena tersenyum samar.“Sama-sama. Memang selama ini, aku sempat dengar beberapa staf komplain ke HRD perihal perangai Anggun yang arogan dan kurang bisa diajak kerja sama. Finalnya ya tadi itu. Berarti dia itu orang yang nggak bisa menghormati orang lain, terlebih orang baru seperti kamu,” tutur Erlangga basa-basi dengan memikirkan siasat agar Elena bisa diajak makan bersam
Sejak Elena bekerja di perusahaan milik keluarga Erlangga dan Herlambang, lelaki tampan itu sudah membuka percakapan untuk memberitahukan istrinya perihal Elena. Namun, setiap kali Erlangga membuka percakapan tentang Elena. Bella selalu menolaknya dan hal itu telah dilakukan beberapa kali, hingga akhirnya Elena telah bekerja di bawah kepemimpinan Erlangga selama tiga bulan.Erlangga kembali memberitahukan Bella perihal Elena pada pagi hari sebelum lelaki tampan itu berangkat ke kantornya di sebuah meja makan saat mereka sarapan pagi. “Sayang, aku ingin memberitahu kamu tentang Elena,” ucap Erlangga saat menyelesaikan suapan terakhir sarapannya.“Aku nggak mau tau!” ujarnya sembari meletakkan gelas usai ia meneguk air mineral yang ada dalam gelas panjang bening miliknya.“Sayang ... Mau nggak mau kamu harus mendengar penjelasanku sebelum kamu menuduhku macam-macam,” ujar Erlangga menyeka bibirnya dengan serbet putih.“Menuduh...? Maksudnya menuduh siapa?” tanya Bella menghentikan sua
Tiga bulan setelah Elena menyandang gelar sarjana manajemen and Business, wanita cantik itu pun mulai memberanikan diri untuk terjun langsung dalam bisnis yang digeluti oleh Herlambang setelah suami tercintanya menjelaskan secara rinci perusahaan yang selama ini dimiliki oleh Erlangga dan dirinya. Dimana, perusahaan tersebut telah bekerja sama dengan beberapa Bank yang menawarkan jasa dalam pengembangan digital seperti mesin EDC.Selama ini, perusahaan tersebut telah menjadi distributor utama mesin EDC, sebuah mesin yang digunakan untuk bertransaksi di beberapa merchant seperti resto, butik, swalayan termasuk hotel-hotel. Kalau selama ini, perusahaan ini hanya sebagai pemasok mesin EDC atau mesin gesek untuk transaksi yang dilakukan beberapa merchant terkait, kini sejak kehadiran Erlangga dan menyandang sebagai CEO, lelaki tampan itu melakukan terobosan baru dengan mendirikan anak perusahaan yang mengelola mesin EDC berikut System IT yang dikembangkan sebagai inovasi dari mesin EDC ya
Bella yang telah kesal dengan Elena tak mampu melampiaskan kemarahannya pada wanita cantik itu. Untuk melampiaskan kekesalannya pada Erlangga pun, bukan suatu yang bisa ia lampiaskan. Apa lagi mengikuti cara Elizabeth. Kalau saja dirinya tidak mandul, mungkin ia sudah memaki-maki dan melampiaskan kekesalannya pada Erlangga dan Elena. “Sekarang, Bella harus gimana Maa?” tanya wanita cantik nan judes itu sembari memegang dan memijat-mijat dahinya.“Kasih aja foto ini, tanya baik-baik pada Erlangga. Kenapa dia harus bohong jika harus bertemu dengan Elena? Dengan begitu, Erlangga akan semakin menghormati dan menganggap dirimu memang berkelas. Jangan marah-marah ... Pakai akalmu,” nasihat Elizabeth.“Mama sih, gampang. Pakai akal ... Mama aja yang tahu Papa nikah sama sekretarisnya langsung labrak dan buat Papa malu di kantornya dan lebih memilih wanita itu...,” cibir Bella yang kesal atas nasihat Elizabeth.“Bella, kenapa Mama minta cerai? Karena untuk apa juga Mama urus Papa kamu yang u
Bella yang penasaran atas cerita Elizabeth atas diri Erlangga sedikitnya merasa penasaran atas apa yang dikatakan mamanya. Karena itu, usai ia melakukan Nail pada kuku jemari tangan dan kakinya, wanita cantik itu dengan keraguan di hatinya beberapa kali meraih ponselnya dan meletakkannya kembali dengan bermonolog.“Aku nggak bisa curiga seperti itu terus menerus sama Erlangga. Kalau ternyata kecurigaanku salah dan apa yang dituduhkan mamaku hanya berita kebohongan, bagaimana cara aku mempertahankan mama tinggal disini?” tanyanya pada diri sendiri.Bella yang ragu untuk menghubungi Erlangga, kembali meletakkan ponselnya untuk ke sekian kalinya. Hingga akhirnya, wanita cantik itu memanggil Indah yang biasanya sedang menonton televisi di kamar Satrya.“Indah...! Indah...!” panggil Bella setengah berteriak hingga membuat beberapa pelayan di rumah itu, berlari ke ruang keluarga.Melihat dua orang pelayan di rumah itu tergopoh-gopoh berlari ke arah Bella yang ada di ruang keluarga, membuat