Johan berdeham canggung karena isi pikirannya ketahuan. "Bukan, bukan. Kakek ingin ajak kamu makan di rumah karena mau mengungkapkan rasa terima kasih padamu. Nenek Anisa juga ingin ketemu kamu dan berterima kasih padamu karena telah menyelamatkanku!"Pamela berpikir sejenak. "Jam berapa?"Johan segera menjawab, "Terserah jam berapa hari ini."Jika pergi ke rumah Keluarga Yanuar di pagi hari, Jason tidak berada di rumah, sedangkan Kalana sibuk merawat anaknya yang sakit. Dia mungkin berkesempatan untuk menyelidiki kasus tuduhan ibunya di tahun silam.Jadi, Pamela mengiakan dan berkata, "Kakek Johan, kalian nggak perlu berterima kasih padaku. Tapi karena kalian antusias untuk mengajakku datang, nggak sopan kalau aku tolak terus. Aku akan pergi untuk menengok kalian."Johan pun bergembira. "Bagus, baguslah! Kakek akan kirim mobil ke rumah Keluarga Dirgantara untuk jemput kamu."Pamela menyanggupi, "Ya, oke."Setelah menutup telepon, Pamela melihat pesan yang dikirim oleh Agam tadi pagi:
Di rumah Keluarga Yanuar.Heru, pengurus rumah Keluarga Yanuar, diperintahkan oleh tuan rumah agar menunggu di depan pintu bersama para pelayan untuk menyambut tamu.Begitu mobil berhenti, Pamela hendak membuka pintu dan keluar. Namun, Heru langsung membukakan pintu dan membungkuk hormat. "Nona Pamela, selamat datang. Pak Johan sedang menunggu di dalam."Pamela tidak bisa berkata-kata.Pamela sungguh tidak terbiasa menghadapi sambutan meriah seperti itu.Pamela mengikuti Heru ke ruang tamu. Johan yang sedang minum langsung meletakkan cangkir ke meja dan tersenyum girang. "Pamela sudah datang? Ayo duduk!"Pamela berjalan ke sana dan berucap dengan sopan, "Kakek Johan sebenarnya nggak perlu menyuruh orang menyambutku di depan pintu. Aku hanya datang untuk menengok Kakek Johan."Johan sangat ramah, tetapi juga keras kepala seperti orang lansia pada umumnya. "Penyelamat hidupku datang, mana bisa nggak disambut? Tentu saja harus disambut dengan meriah! Pamela, jangan sungkan dengan Kakek, a
Pamela menggeleng dengan rendah hati. "Itu bukan apa-apa, Kakek Johan terlalu memujiku."Anisa sangat menyukai gadis yang sopan dan rendah hati itu. Mandi bertanya sambil tersenyum ramah, "Pamela, Nenek mau tanya, berapa umurmu?"Pamela menjawab, "Dua puluh."Anisa merenung sambil menghitung dengan jarinya. Kemudian, Anisa bertanya lagi, "Di bulan berapa?"Pamela tertegun sejenak dan timbul kewaspadaan dalam hati. Mengapa Anisa tiba-tiba menanyakan bulan kelahirannya? Mungkinkah Anisa menyadari sesuatu?Setelah dipikir-pikir, Pamela menjawab dengan tenang, "Sejak nggak ada ibuku, nggak ada yang rayakan ulang tahunku lagi. Aku juga nggak tahu di bulan berapa."Kecurigaan dalam tatapan Anisa makin kuat. "Nak, ibumu sudah nggak ada saat kamu masih kecil? Ibumu meninggal atau pergi ke tempat lain dan nggak pulang?"Pamela terdiam dan ekspresinya menjadi suram.Pertanyaan Anisa membuat Pamela merasa jengkel. Mengapa dia sudah kehilangan ibu di usia kecil?Bukankah karena ketidakpercayaan Ke
"Tuan Muda, gawat!"Karlo buru-buru masuk ke kamar sehingga mengganggu Justin yang sedang mengerjakan soal latihan dengan galau. Justin menyeletuk dengan jengkel, "Ada apa? Karlo, kalau kamu teriak-teriak lagi, kupukul kamu!"Karlo berseru, "Tuan Muda, ini serius! Aku baru saja lihat ada tamu yang datang. Pak Johan dan Nyonya Anisa menyambutnya dengan antusias!"Justin makin kesal. "Memangnya kenapa? Selalu ada tamu yang datang, pasti teman-teman Kakek dan Nenek. Wajar sekali!"Karlo menggelengkan kepala. "Bukan! Kali ini bukan teman Pak Johan dan Nyonya Anisa, tapi seorang gadis muda. Tuan Muda juga kenal!"Justin mengernyit. "Gadis muda? Aku juga kenal? Siapa? Karlo, bisa nggak kamu langsung katakan semuanya?"Karlo berucap, "Itu Nyonya Pamela yang selalu Tuan Muda targetkan sebelumnya!"Justin meletakkan pensil dan mendongak dengan kaget. "Pamela?"Karlo mengangguk. "Ya, Pamela Alister! Tuan Muda nggak merasa ada yang aneh? Sudah bertahun-tahun Keluarga Yanuar dan Dirgantara nggak a
Johan mengangguk. "Baiklah. Pamela, kamu jalan-jalan sendiri dulu. Kalau sudah lelah, cari Kakek!"Pamela mengiakan, "Ya, baik!"Kemudian, pelayan membawa Johan ke mobil listrik di samping untuk segera kembali ke rumah dan minum obat.Setelah Johan pergi, Pamela menoleh pada bebungaan di depan.Unik sekali bunga itu. Pamela lupa menanyakan apa jenis bunga itu kepada Johan.Pamela berjalan ke arah bebungaan dan membungkuk untuk mencium aroma bunga. Di tengah wangi semerbak, ada sedikit bau asam yang aneh.Ternyata bunga secantik itu bau?Pamela yang merenung dikejutkan oleh seorang pria paruh baya yang tiba-tiba muncul di tengah bebungaan!Pria paruh baya itu berdiri tegak di tengah bebungaan. Kedua tangannya kotor dan banyak pasir.Pamela mundur secara refleks dan menatap pria itu dengan kaget!Pria paruh baya tersenyum. "Maaf membuatmu kaget, aku sedang memupuk bunga barusan."Pria itu berjalan menuju keran air di dekat bebungaan untuk mencuci tangan. "Kamu tamu hari ini?"Pamela meng
Bulan?Nama bunga ini sangat indah.Warna bunga ini memang mirip rembulan di malam hari.Pamela tidak pernah mendengar jenis bunga itu, mungkin sangat langka.Pamela melamun sesaat saat melihat bebungaan itu. Kemudian, Pamela bertanya dengan heran, "Kenapa Tuan Marko memupuk bunga sendiri? Harusnya ada tukang kebun, 'kan?"Marko menjawab, "Ini bunga kesukaan istriku. Bunga ini sulit dirawat karena memiliki persyaratan tertentu terhadap suhu, kelembapan dan kondisi tanah. Aku nggak memercayakan orang lain untuk merawatnya."Istri?Hmph! Istri Marko sekarang adalah ibunya Kalana!Pria bajingan ini telah mengkhianati istri pertama, tetapi begitu menyayangi bunga kesukaan istri sekarang, sungguh ironis!Jangan-jangan Marko berpikir hal itu akan membuatnya terlihat setia?Munafik!Teringat pada tuduhan, pengkhianatan dan pengkhianatan yang mungkin telah dialami oleh Ibu di rumah Keluarga Yanuar, Pamela kesulitan untuk mengendalikan perasaan.Terlepas dari yang lain, Marko adalah pria yang p
Kalana berkata, "Ibu nggak enak badan, Ibu mau Ayah naik dan tengok."Marko mengernyit. "Kalau nggak enak badan, suruh orang bawa dia ke rumah sakit. Ayah bukan dokter."Kalana tercengang. Jawaban Ayah sama persis dengan jawaban Agam waktu itu.Inikah sikap seorang pria terhadap wanita yang tidak dicintainya?Sejak menikah, Ibu telah mengerahkan segala upaya untuk menyenangkan hati Ayah beserta mertua. Akan tetapi, Ibu tidak pernah mendapatkan penghormatan dan rasa cinta dari Ayah!Selama bertahun-tahun ini, Ibu memiliki kedudukan stabil di rumah Keluarga Yanuar berkat melahirkan dia dan Justin.Kalana benar-benar tidak memahami isi pikiran para pria. Selama bertahun-tahun, Ayah selalu memikirkan mantan istri yang tidak tahu malu dan anak haram itu, tetapi mengabaikan cinta dari Ibu.Sementara itu, Agam menyukai Pamela si gadis desa yang licik, tetapi mengabaikan cinta darinya.Kalana merasa enggan sehingga ingin membantu ibunya. Kalana berkata, "Coba Ayah tengok Ibu. Katanya Kakek dan
Justin sangat marah, tetapi tidak dapat membantah.Pamela kebetulan duduk di tempat Justin mengerjakan soal latihan, lalu membacanya. "Tuan Muda Justin belum selesai kerjakan soal latihan, bahkan suruh orang bantu kerjakan, tapi malah sempat ikut campur dalam urusan orang lain?"Justin merasa gelisah dan malu saat Pamela membaca buku soal latihannya. Justin berseru dengan kesal, "Letakkan, jangan sentuh soal latihanku! Jangan mengatur-ngatur aku!"Pamela meletakkan soal latihan Justin dan mengetukkan jari ke meja. "Tentu saja, aku hanya orang luar, apa hakku untuk mengatur-ngatur kamu?"Justin menyeringai sombong. "Bagus kalau kamu tahu!"Pamela berkata dengan santai, "Tapi, aku bisa sampaikan apa yang kulihat pada Pak Jason, biar dia saja yang mengaturmu."Justin menjadi panik. "Kamu!"Pamela tersenyum. "Kenapa? Takut aku lapor ke Pak Jason kalau kamu suruh orang kerjakan soal latihanmu?"Justin memelototi Pamela dengan jengkel. "Ya! Masih pura-pura tanya!"Senyuman Pamela memudar dan