Dengan berlinang air mata, Kalana menatap kakaknya dan berkata, "Kak ... aku hanya memberinya tip. Nggak boleh, ya?"Jason mengernyit dan bertanya, "Tip?"Kalana menganggukkan kepalanya dengan ekspresi polos dan berkata, "Iya! Karena pada saat itu aku menanyakan makanan apa yang lebih ringan di sini, dia juga menjelaskan sangat lama dengan sangat sabar padaku, tapi akhirnya aku nggak memesan apa pun, jadi aku merasa aku sudah merepotkannya, wajar saja kalau aku memberinya tip."Pamela tersenyum dan berkata, "Tadi, Nona Kalana bilang, begitu Anton mendengar bahwa kamu mau pesan makanan, dia menganjurkanmu untuk nggak memesan lagi supaya nggak buang-buang makanan. Sekarang, kenapa kamu malah bilang bahwa dia menjelaskan sangat lama? Selain itu, kita nggak punya kebiasaan memberikan tip pada pelayan. Kalaupun Nona Kalana mau memberinya tip, sepertinya nggak perlu sembunyi-sembunyi seperti ini, 'kan?"Kalana mengetahui bahwa setiap ucapan Pamela bertujuan untuk mengungkapkan kebohongannya,
Pekerjaan ini didapatkan dengan cara yang tidak mudah. Apalagi, Nona Kalana juga memberikan iming-iming uang. Pada akhirnya, dia terpengaruh dan menyetujuinya.Ketika dilaksanakan, dia jadi tidak berani turun tangan. Anak itu terlihat sangat tidak berdosa dan menggemaskan. Hatinya sampai memberikan penolakan dan tangannya juga sedikit bergetar. Untuk sesaat, dia tidak bisa memegang teko tersebut dengan stabil.Untung saja pada saat itu Nona Pamela segera menolongnya. Kalau tidak, bocah itu pasti akan terluka lebih parah.Dia juga kaget sekali dan segera melarikan diri.Sudahlah! Kalau dibandingkan dengan akibat dari perbuatannya itu, diam-diam mengambil ponsel tamu bukan hal yang penting lagi.Jason sudah menangkap sinyal mata antara Anton dan adik perempuannya, Kalana. Wajahnya berubah menjadi sangat masam. Pria itu lantas melihat Anton dengan ekspresi serius dan berkata."Kamu jangan melihatnya. Bicaralah yang jujur! Untuk apa dia mencarimu ketika berada di depan toilet?"Si Anton di
Jason menunduk dan memperhatikan adik perempuan yang berada di dalam pelukannya itu. Pria itu hanya diam dan tidak memperlihatkan ekspresi apa pun.Dulu, dia pasti sudah menepuk punggung adik perempuannya dan menyuruhnya untuk berhenti menangis. Selama ada Jason, Kalana sama sekali tidak perlu merasa khawatir.Akan tetapi sekarang, dia merasa adik perempuan yang ada di dalam pelukannya ini benar-benar penuh kepalsuan.Pamela menyaksikan sandiwara Kalana yang masih belum cukup apik dan tersenyum ringan."Nona Kalana, ketika Anton menuduhku tadi, dia juga nggak memiliki rekaman pembicaraan atau pun rekaman bukti transfer. Tapi kamu menyuruhku segera mengaku dan jangan berdalih lagi! Kenapa sekarang giliran kamu yang kena, kamu bisa menuduh Pak Anton sudah bicara tanpa bukti? Bukankah kamu memiliki standar ganda?"Kalana bersandar pada kakaknya dengan sedih dan berkata, "Aku ... aku bukan berstandar ganda. Status kita berbeda. Aku adalah ibu Revan. Sebagai seorang ibu, bagaimana mungkin a
Jason mendorong Kalana yang bersandar padanya dengan tanpa emosi.Kalana pertama kali didorong seperti ini oleh kakaknya. Wanita itu sedikit panik dan bertanya, "Kakak, kamu ... kamu kenapa?"Jason melemparkan ponsel itu dengan dingin kepada Kalana dan berkata, "Kamu lihat saja sendiri!"Kalana menerima ponsel tersebut dengan kebingungan dan melihatnya. Wanita itu kaget sekali. Kenapa bisa seperti ini? Kenapa pertemanan dan rekaman percakapannya dengan Anton yang sudah dihapus bisa dipulihkan kembali?"Bukan! Kakak, rekaman pembicaraan ini hanyalah rekayasa. Aku nggak pernah mengatakan hal seperti itu. Bukan aku yang mengatakan semua ini. Semua ini adalah rekayasa! Kamu jangan percaya!"Buktinya sangat meyakinkan. Lalu rekaman percakapan ini juga bukan tangkapan layar. Bisa dipastikan bahwa percakapan ini asli. Akan tetapi, Kalana masih bersikeras mengatakan bahwa rekaman percakapan itu adalah rekayasa.Jason memperhatikan Kalana yang selalu bersikap lembut tersebut terlihat histeris d
Pamela mengangguk tanpa ragu dan berkata, "Benar! Adikmu sedang pura-pura pingsan. Jadi dia kulepaskan saja! Alasannya karena aku selamanya nggak akan bisa membangunkan orang yang pura-pura pingsan. Pak Jason, kamu gantikanlah adikmu untuk meminta maaf padaku."Jason, "..."Dari dulu tidak pernah ada orang yang berani menyuruhnya meminta maaf seperti ini.Pada saat itu, seorang pria yang sedang duduk merokok di tempat yang tidak jauh pun tersenyum. Mata pria itu sedikit memicing. Dia menikmati sekaligus mengejek Pamela yang meminta Jason untuk meminta maaf padanya.Gadis ini masih sama seperti dulu.Tidak peduli di mana dan siapa pun orangnya, dia tidak pernah mundur dan tidak mau dirugikan. Wanita ini akan terus berpegang pada aturan yang ada di dalam hatinya.Jason sudah menemui lawan yang tangguh.Agam mengembuskan asap rokok. Semakin dia memuji wanita itu, hatinya semakin tidak senang.Alasannya karena wanita ini tidak menganggap keberadaannya. Dia kabur tanpa bilang-bilang dan bah
Andra sebaliknya memancarkan hawa seperti monster. Pria itu bersandar di kepala mobil dan menggerakkan jarinya sambil berkata, "Pamela, kemarilah! Aku akan mengantarkanmu pulang."Pamela, "..."Apa yang sedang dilakukan oleh kedua orang ini? Apa mereka adalah model mobil?Jadi, Agam sama sekali tidak pergi? Dia tidak pergi menjenguk ibu dari putranya yang sudah pingsan?Melihat wanita itu masih belum membuat keputusan, wajah Agam terlihat sangat masam. Matanya sudah terlihat tidak sabar ketika berbicara dengan nada sinis, "Pamela kemari!"Andra juga tidak mau kalah. Pria itu pun tersenyum dan bersikap sangat sopan ketika menggunakan taktiknya, "Pamela kemarilah! Di mobil ada coklat enak untukmu."Pamela, "..."Orang-orang di sekitar tempat itu terus-menerus memalingkan wajah mereka untuk melihat mereka bertiga. Ada yang bahkan berhenti untuk menonton adegan dua orang pria berusaha memenangkan hati seorang wanita.Mereka berdua adalah pria tampan yang sangat berkualitas. Kira-kira wanit
"Benar! Memang dia orangnya. Wajahnya sama seperti foto yang dikirimkan oleh tuan kita. Ayo kita ikat!""Bos, tapi kalau diperhatikan, wanita ini kelihatan lumayan cantik. Kalau langsung dibunuh rasanya sayang sekali.""Kamu kalau melihat wanita selalu berpikir untuk melepaskan celanamu.""Hehehe! Jujur saja, mungkin wanita cantik ini masih perawan. Kalau langsung dihabisi rasanya sayang sekali.""Jangan memikirkannya lagi! Kali ini tuan kita sudah memberi perintah untuk harus membereskannya. Kita harus melakukannya dengan cepat. Nggak ada waktu lagi untuk kamu bisa bermain-main."Begitu kepalanya dimasukkan ke dalam karung goni, sepasang tangan Pamela langsung dipelintir ke belakang punggung oleh seorang pria yang tenaganya sangat besar. Selanjutnya, mereka menggunakan tali dan mengikat tangannya.Dalam situasi seperti ini, Kalana sama sekali tidak berontak dengan keras. Dia hanya bertanya dengan tenang, "Tunggu sebentar! Apa kalian nggak salah tangkap orang?"Orang yang menjawab pert
Agam melihatnya dari posisi yang lebih tinggi dan matanya terlihat sangat dingin ketika mengatakan, "Di rumah sakit, kusuruh pergi, kamu nggak mau. Di kedai makan, suruh naik mobil juga nggak mau. Setelah aku selamatkan, kamu masih membalas kebaikanku dengan ingin menghajarku. Kurasa orang-orang tadi memang seharusnya menghabisi Nona Pamela. Dengan begitu, di kehidupan berikutnya Nona Pamela akan lebih punya hati.""Siapa yang mau menghajarmu? Tadi aku nggak tahu bahwa orang yang datang adalah kamu." Pamela mengerutkan dahinya dan tiba-tiba saja menyadari ada yang tidak beres. "Tunggu sebentar! Apa maksud perkataan Pak Agam tadi? Kamu sepertinya sudah tahu bahwa ada yang sedang mengincarku."Agam mengakuinya dengan berdiam diri. Dia sepertinya malas berbicara panjang lebar dengan wanita ini. Pria itu pun berjalan perlahan-lahan dan keluar dari gang kecil yang sempit itu.Pamela yang tidak mendapatkan jawaban apa pun segera mengikuti langkah kaki pria itu dan bertanya, "Kamu tahu siapa
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen