"Nona Kalana, seharusnya aku yang jauh-jauh darimu, 'kan? Setiap aku terlibat denganmu, aku selalu terkena masalah!"Pamela tiba-tiba berjalan masuk ruangan dengan senyuman yang malas dan sinis di wajahnya.Melihat Pamela kembali lagi, tatapan Agam menggelap. Tatapannya yang berwibawa jelas-jelas mengandung kekesalan. 'Untuk apa kamu kembali lagi?'Pamela melirik sekilas ke ekspresi pria ini. Dia langsung memahami maksud tatapan itu. Dia mengangkat bahunya dan membalas tatapan pria ini. 'Aku nggak bersalah, kenapa aku harus melarikan diri?!'Agam melirik Pamela sekilas lagi dengan dingin, lalu tidak lagi melihatnya.Kalana memang mengharapkan kepulangan Pamela. Oleh karena itu, dengan sebuah rencana dalam benaknya, dia berjalan maju dan berinisiatif untuk berdamai dengan Pamela."Kak Pamela, mari kita akhiri kejadian hari ini! Hari ini, baik kamu bersedia mengakui kesalahanmu maupun nggak, aku bersedia memaafkanmu. Asalkan ke depannya kamu nggak lagi melukai Revan, aku nggak akan menyi
Kalana berkata, "Kak Pamela, kamu harus tahu, begitu rekaman itu didapatkan, untuk melampiaskan dendam aku dan anakku ini, kakakku pasti akan menggunakan rekaman itu sebagai barang bukti untuk menuntutmu karena kamu sengaja melukai anakku!""Aku hanya memikirkan bahwa kamu pernah membantu Agam menghadapi tetua keluarganya, kita juga sudah teman lama, jadi aku nggak mau memaksakan tanggung jawabmu! Tapi, kenapa kamu masih saja nggak bertobat dan bersikeras untuk mengambil jalan seperti ini?"Kalana mengucapkan kata-kata ini dengan penuh keadilan dan belas kasihan, sehingga orang-orang yang tidak mengetahui kebenarannya benar-benar mengira bahwa Kalana adalah malaikat yang baik hati dan murah hati.Pamela yang bisa melihat bahwa sikap ini adalah sandiwara pun tersenyum dan berkata, "Nona Kalana, aku terima niat baikmu, tapi aku adalah orang yang berani menanggung akibat perbuatanku. Kalau kamera itu benar-benar merekamku melakukan hal-hal yang kamu katakan, aku bisa langsung masuk penjar
Di Restoran Lumbo.Melihat beberapa tamu terhormat ini kembali untuk mengecek kamera pemantau, bos restoran ini mengangguk sambil membungkuk dengan ketakutan.Dia berkata, "Tuan, Nona, bukannya aku nggak mau menunjukkan rekaman itu pada kalian, tapi kamera pemantau restoran ini benar-benar rusak dan nggak bisa dibuka, jadi nggak ada yang bisa dilihat!"Jason mengangkat kepalanya dengan tenang dan mengamati beberapa kamera pemantau yang terpasang di konter dan aula utama restoran ini. Seperti ucapan Agam, kameranya memang tidak rusak, lampunya masih menyala dan berkedip.Oleh karena itu, dia berkata pada bos itu, "Kamu tahu sistem kamera pemantau di sini rusak, jadi kami secara khusus membawa seorang ahli untuk memperbaikinya. Kamu hanya perlu bekerja sama."Meskipun bos itu tidak mengetahui identitas beberapa tamu terhormat ini, hanya dari cara berpakaian dan aura mereka saja dia sudah mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang penting. Terlebih lagi, kejadian itu memang terjadi di dal
Jason langsung mengernyit, jelas-jelas tidak senang dengan hasil seperti ini.Dengan ekspresi terkejut, Kalana berkata, "Kenapa bisa begitu? Kenapa hanya kamera pemantau di ruangan tempat kami makan yang nggak ada kamera memorinya? Aneh sekali, Kak!"Jason juga merasa bahwa situasi ini sangat aneh. Sistem kamera pemantau ini sudah diperbaiki, tetapi kartu memori di dalam kamera pemantau di ruangan itu malah tidak ditemukan. Hal ini tidak mungkin hanyalah sebuah kebetulan!Jason menatap Pamela yang mengikuti mereka ke restoran untuk menyelidiki kebenaran itu dengan tatapan penuh pertimbangan, kecurigaan pun muncul di matanya ....Setelah Kalana melihat hal yang dia inginkan dari tatapan kakaknya, dia pun mengikuti arah tatapan kakaknya ke Pamela. Dia berpura-pura seperti teringat akan sebuah kemungkinan."Kak Pamela, seingatku, setelah aku dan Agam pergi dengan Revan, kamu baru meninggalkan ruangan itu .... Jangan-jangan kamu mengambil kartu memori kamera pemantau itu untuk menghancurka
Dengan tatapan penuh kewaspadaan, bos itu berkata, "Sekarang, pelayan itu seharusnya berada di asramanya. Tadi, katanya, dia nggak enak badan, jadi dia minta izin setengah hari untuk pergi istirahat! Kenapa Anda mencarinya?"Pamela menjawab, "Ada yang mau kutanyakan tentang hal anak itu terkena luka bakar di ruangan kami."Bos itu mengernyit dan berkata, "Para tamu terhormat, sebelum kalian datang, aku sudah menginterogasi pelayan itu dengan sangat tegas! Katanya hal itu nggak berhubungan dengannya! Menurutku, sebaiknya jangan libatkan seorang pelayan kecil-kecilan dalam dendam antara kalian! Dia punya latar belakang miskin, dia juga harus kerja dengan susah payah!"Pamela tersenyum sambil mengangguk, sebagai arti bahwa dia memahami pertimbangan bos ini. "Tenang saja, aku hanya mau menanyakan beberapa hal padanya, aku nggak akan menyusahkan dirinya," kata Pamela.Bos itu sebenarnya ingin melindungi karyawannya sendiri, tetapi dia juga tidak ingin menyinggung tamu karena hal ini. Setela
Pamela kembali tersadar. Dia menatap Jason yang tampak murka, lalu menatap Kalana yang munafik itu ....Dia tersenyum dengan sinis dan berkata, "Pak Jason, kenapa Anton, pelayan ini, bisa disebut sebagai saksi mata?"Jason memelototi Pamela dengan tatapan dingin dan berkata, "Kenapa nggak bisa? Kalana nggak pernah bertemu dengannya, tapi kesaksian kedua orang ini sama. Aku merasa bahwa hal ini sudah cukup untuk menjelaskan semuanya."Mereka tidak pernah bertemu sebelumnya?Huh!Sepertinya, Jason benar-benar sama sekali tidak mengetahui kemunafikan adiknya ini. Hari ini, biar Pamela perkenalkan Jason pada adiknya yang sesungguhnya!"Pak Jason, tolong berikan aku sepuluh menit. Aku akan membuktikan bahwa Anton nggak bisa menjadi saksi mata dan menunjukkan alasan kenapa kesaksiannya nggak sah!" kata Pamela.Pamela tidak terburu-buru untuk menyangkal ucapan Jason, dia hanya meminta waktu sepuluh menit dari pria ini.Jason tidak keberatan, dia hanya ingin melihat bagaimana Pamela masih akan
"Baik!"Insinyur komputer itu pun duduk di hadapan komputer lagi dan mulai mencari hasil rekaman itu.Mencari rekaman masih memerlukan sedikit waktu. Pamela sudah lelah berdiri, jadi dia melihat ke sekeliling untuk mencari kursi di sekitarnya supaya dia bisa duduk sesaat.Saat dia sedang mencari kursi, dia menatap mata Agam yang mendalam ....Pria itu juga ikut ke restoran. Bagaimanapun, masalah ini menyangkut kebenaran luka bakar putranya.Namun, dia tidak mengucapkan apa pun. Dia hanya menarik sebuah kursi dan duduk di depan sebuah meja bundar di aula utama restoran ini sambil merokok dengan santai. Dia terlihat acuh tak acuh sambil mengamati kejadian ini.Kepulan asap mengaburkan pandangan, membuat Pamela tidak bisa melihat pria itu dengan jelas. Dia selalu merasa bahwa pria ini sepertinya tidak terlalu memedulikan kondisi Kalana dan putranya?Pada saat ini, sebuah tangan terulur ke arahnya sambil menyodorkan sebotol air mineral untuknya.Pamela seketika tersadar. Dia melihat botol
Anton bersikeras berkata, "Mungkin ... mungkin aku salah ingat! Karena setiap hari, aku harus membersihkan terlalu banyak ruangan, jadi aku nggak ingat ruangan mana itu!"Pamela tertawa dan berkata, "Anton, kalau ingatanmu seburuk itu, bukankah biasanya kamu sering salah ingat pesanan tamu? Kalau kemampuan kerjamu selalu seperti ini, sepertinya bosmu juga nggak akan mempertahankan seorang pelayan sepertimu, 'kan?"Rasa bersalah terus melintas di matanya Anton. "Aku ... aku nggak enak badan, jadi ingatanku kurang bagus .... Nona, hari ini jelas-jelas kamulah yang merebut cerek kuah itu dari tanganku untuk melukai anak itu. Sekarang, kenapa kamu malah seakan-akan mau melemparkan tanggung jawab itu padaku?" kata Anton."Memangnya aku ada bilang kalau kamu berhubungan dengan masalah anak itu terkena luka bakar? Aku hanya menanyakanmu di mana kartu memori itu berada!" Pamela tertawa, lalu tiba-tiba berkata dengan serius, "Anton, sekarang, kamu masih sempat mengeluarkan kartu memori itu. Kal