Derry mengenakan setelan jas berwarna putih. Dia berdiri tegak, dengan elegan, di tengah lantai dansa, seperti seorang pangeran yang tampan. Namun, tidak ada yang bisa membayangkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.Pelayan di pesta ini berjalan lewat sambil membawa beberapa gelas anggur. Andra memanggilnya dan mengambil segelas anggur merah, lalu mengangkat dagunya, sebagai isyarat agar pelayan ini mengantarkan anggur untuk beberapa teman di sampingnya juga.Eric dan Agam masing-masing mengambil segelas anggur, lalu bersulang sambil menunggu pertunjukan Derry.Sedangkan Pamela menggelengkan kepalanya pada pelayan itu dan berkata, "Terima kasih, aku nggak minum anggur."Andra tersenyum dan berkata pada pelayan itu, "Bawakan segelas jus buah untuk nona ini.""Baik, Tuan Muda Andra," kata pelayan itu sambil mengangguk sebelum pergi.Andra pun berdiri di sisi Pamela, lalu mencondongkan badannya ke dekat telinga Pamela dan bertanya, "Lala, apakah kamu biasanya juga nggak minum minuman
Andra tidak menanggapi ucapannya, tetapi juga tidak melepaskan pegangan tangan Pamela.Tidak lama kemudian, seberkas cahaya tiba-tiba muncul dalam kegelapan ini. Pengurus rumah di Manor Sinar Rembulan membawa senter sambil bergegas ke arah lantai dansa. Untuk menenangkan semua orang, dia berkata, "Para tamu yang terhormat, jangan panik. Listrik padam karena ada korsleting! Kami sudah mengirimkan orang untuk memperbaikinya, lampunya akan segera menyala kembali.""Tolong perbaiki secepatnya. Pacarku takut gelap!""Sungguh mengejutkan!""Nggak apa-apa. Jangan takut, hanya mati lampu, 'kok!"Setelah sekitar satu menit, lampu gantung di aula jamuan kembali menyala ....Semua orang baru membuang napas dengan lega, situasinya juga kembali normal.Namun, sayangnya, Derry yang berdiri di tengah lantai dansa sudah kembali berpakaian rapi, lengkap hingga dasinya. Dia tersenyum pada teman-temannya sambil berkata, "Maaf, ya. Tadi, saat listriknya padam, aku sudah selesai menari. Kalau kalian nggak
Revan mengulurkan kedua tangannya untuk meminta digendong oleh Agam sambil terus menggumamkan kata-kata yang terdengar seperti kata "papa" ....Para tamu pun mulai bergunjing ...."Anak yang dipeluk Nona Kalana itu anaknya Nona Kalana dengan Tuan Agam?""Seharusnya, sih, begitu! Anak itu mirip dengan Nona Kalana!""Bukankah mereka belum menikah? Kenapa mereka sudah punya anak?""Nggak heran, kok! Tuan Agam dan Nona Kalana memang sudah lama bersama, tapi karena tetua kedua belah pihak menentang, mereka nggak bisa menikah! Tapi, keduanya saling mencintai, jadi bukankah melahirkan anak hanya masalah waktu?""Wah, anaknya imut sekali!"Mendengar suara diskusi orang-orang di sekitar, Pamela merasa bahwa dia mengganggu di tempat ini, jadi dia menyingkir lebih jauh lagi ....Jason sepertinya juga merasakan hal yang sama, jadi dia berkata pada Pamela dengan suara rendah, "Pamela, sini, ikut aku."Akhirnya Pamela bisa pergi juga, dia pun merasa lega dan berjalan menghampiri Jason dengan patuh.
Pamela berkata, "Aku menghadiri acara itu untuk menemani Pak Jason. Kalaupun kamu nggak mengantarkanku pulang, kamu juga seharusnya menurunkanku di tempat yang memungkinkanku untuk memanggil taksi, 'kan?"Jason memicingkan matanya dan berkata, "Pamela, banyak sekali maumu."Tanpa rasa takut, Pamela memelototi pria ini dan berkata, "Bos yang manusiawi nggak akan memperlakukan karyawannya seperti ini, Pak Jason."Jason tertawa dan berkata, "Kenapa, Pamela? Kamu nggak sanggup menghadapi situasi seperti ini, ya?""Seingatku, sebelumnya, kamu bersumpah padaku bahwa kamu berbeda dengan adikku. Bunga di rumah kaca adikku akan rusak karena terpaan angin, sedangkan kamu adalah rumput liar yang nggak takut akan angin ataupun hujan. Kamu tetap bisa hidup dengan baik dalam situasi sulit seperti apa pun.""Pamela, karena kamu mengaku sebagai orang kuat yang bisa bertahan di lingkungan seperti apa pun itu, mari kita lihat, bagaimana kamu menghadapi kesulitan hari ini.""Aku yakin Pamela yang kuat pa
Pamela berdiri sendirian di tepi jalur darurat di jalan tol.Suasana di sekelilingnya gelap gulita. Hanya sesekali, saat mobil melintas, dia baru mendapatkan cahaya singkat.Berjalan kaki di jalan tol sangatlah berbahaya karena pejalan kaki akan sangat mudah ditabrak oleh mobil yang melaju cepat. Oleh karena itu, setelah Pamela turun dari mobil, dia tidak berjalan, melainkan berdiri di tempat sambil menyalakan senter di ponselnya, supaya mobil yang lewat bisa memerhatikan keberadaannya.Secara bersamaan, dia juga menghubungi Ariel."Ariel, kamu di mana?" tanya Pamela."Aku di Negara Yabel. Kemarin, bukankah Bos menyuruhku untuk pergi membahas akuisisi Perusahaan Weste di Negara Yabel? Aku naik pesawat pagi ini, kamu sudah lupa, ya?" kata Ariel.Pamela mengurut keningnya. Ternyata benar, kehamilan membuat daya ingat seseorang memburuk. Dia lupa bahwa Ariel sedang berada di luar negeri."Ada apa, Bos? Ada masalah di pesta Keluarga Yanuar, ya?" tanya Ariel.Pamela menjawab, "Jaga diri di
"Ayo jalan. Kalau begitu, aku harus menumpang mobil Tuan Agam sekali ini!" kata Pamela.Pamela berjalan menuju mobil Mercedes-Benz yang mewah itu. Ervin berjalan lebih cepat darinya dan membukakan pintu belakang mobil dengan sopan untuknya.Begitu Pamela naik mobil, dia langsung mencium bau asap yang pekat, dia juga diselimuti oleh lapisan asap.Pria itu sedang merokok. Meskipun jendela mobil terbuka, asap rokoknya tidak menghilang dengan cepat.Akhir-akhir ini, sepertinya Agam makin sering merokok. Tadi, di Manor Sinar Rembulan, dia juga terus merokok ....Memikirkan janin dalam perutnya, Pamela merasa agak tidak nyaman dengan bau asap rokok di dalam mobil ini.Namun, bagaimanapun, mobil ini bukan miliknya. Di wilayah kekuasaan orang lain, dia tidak berhak berkomentar. Dia hanya bisa menurunkan jendela di sisinya supaya bau asap rokok bisa menyebar ke luar. Kemudian, dia berkata dengan sopan, "Terima kasih atas tumpangan ini, Tuan Agam. Tolong turunkan aku di gerbang tol. Aku bisa pul
Pamela terdiam karena dia merasa canggung. Karena pria ini mengungkit malam yang penuh hasrat itu, wajah Pamela yang putih pun memerah.Melihat reaksi Pamela yang tersipu malu, muncul kehangatan di tatapan Agam yang mendalam.Reaksi inilah yang seharusnya Pamela tunjukkan pada Agam. Pamela seharusnya malu dan gugup, seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta, bukan seperti orang yang tidak memiliki reaksi apa pun, sama sekali tidak terkejut atau senang dan bahkan mengabaikan keberadaan Agam, padahal mereka baru bertemu lagi setelah sebulan."Pamela Alister."Pria ini tiba-tiba memanggil nama lengkap Pamela dengan suaranya yang rendah dan menarik.Dalam hubungan seperti apa pun itu, jika nama lengkap sudah dipanggil, hal ini biasanya tidak menandakan hal baik!Pamela menatap pria itu dengan penuh kewaspadaan dan berkata, "Tuan Agam, silakan katakan apa yang mau kamu katakan!"Tangan pria ini yang memegang wajah Pamela berpindah menjadi memegang dagu Pamela yang lancip untuk mengangka
Namun, baik itu keinginan untuk menaklukkannya maupun keinginan atas hal baru, semuanya adalah keposesifan yang tidak menghormati Pamela dan egois, yang Pamela benci!'Atas dasar apa dia merasa bahwa dia kaya dan berkuasa, jadi asalkan dia mau, asalkan dia menekuk jari tangannya, wanita mana pun akan menjadi kekasihnya atau selingkuhannya dengan senang hati?''Dia sudah gila, ya?!'Sambil memikirkan hal ini, Pamela pun merasa murka. Dia melepaskan tangan Agam dari dagunya sambil berseru, "Iya! Aku hanya menginginkan uangnya Perusahaan Yanuar! Aku nggak menginginkan uangmu! Uangmu busuk, aku nggak mau!"Uangnya busuk?!Ekspresi Agam menjadi masam. Dia menatap Pamela dengan tatapan gelap sambil menahan api amarah dalam hatinya ....Dalam seumur hidupnya, Agam sudah terbiasa mengendalikan semuanya. Jika dia bertemu dengan seorang wanita yang tidak bisa dia kendalikan, tentu saja dia akan merasa marah!Dalam sekejap, perasaan yang sudah dia tahan dengan baik langsung melonjak!Melihat waja