"Pak Jason, ini kopimu."Pamela mengetuk pintu kantor, lalu membuka pintu dan berjalan masuk. Dia mengantarkan secangkir kopi panas yang baru saja diseduh kepada Jason dan meletakkannya di atas meja dengan stabil."Ya."Jason sedang membaca dokumen dengan serius, jadi dia hanya berdeham pelan. Jason mengulurkan tangan untuk mengambil kopi tanpa mengangkat kelopak matanya dan menyesapnya. Setelah menyesap sedikit, Jason masih fokus pada dokumen di tangannya.Pada saat ini, Stevi yang sedang duduk di sofa ruang tunggu kantor sambil memandang Jason dengan senyum penuh harap. Selama Jason menyesap kopi dengan gula kental dan susu, dia pasti akan memarahi Pamela.Namun, setelah Jason menyesap kopinya, dia tidak bereaksi. Ekspresinya terlihat seperti biasa.Ada apa ini?Stevi mengerutkan keningnya. Ekspresi penuh harap di wajahnya berangsur-angsur berubah menjadi kekecewaan. Mengapa Kak Jason tidak bereaksi? Mungkinkah dia telah mengubah seleranya? Mustahil!Sementara Pamela berdiri di sampi
Namun, melihat Jason tidak memiliki sikap yang baik terhadap Pamela, Stevi pun merasa lega.Untungnya, Jason memiliki selera yang bagus. Dia tidak tertarik pada gadis desa seperti Pamela.Tidak seperti Agam, Stevi tidak tahu apa yang membuat Agam jatuh cinta pada Pamela si gadis desa itu!Setelah Pamela pergi, hanya Stevi dan Jason yang tersisa di kantor.Saat seorang pria dan wanita berada di ruangan yang sama, ini adalah saat yang tepat untuk memupuk perasaan.Namun, setelah menunggu lama, Jason masih tidak berbicara dengan Stevi.Bahkan Jason sepertinya sudah melupakan keberadaan Stevi ....Jason sedang membaca dokumen. Setelah itu, dia melihat komputer dan mengetik di keyboard. Dia terlihat sangat sibuk.Stevi melihat pria yang dicintainya bekerja dengan serius. Makin Stevi memperhatikan, hatinya merasa makin menyukai Jason. Dia ingin lebih dekat, tetapi dia tidak berani mengganggu Jason.Hingga istirahat makan siang, Jason masih belum berniat untuk beristirahat.Stevi mau tidak ma
Apakah ini adalah anak Kalana dan Agam?Setelah menatap anak laki-laki itu beberapa saat, Pamela mengangkat kelopak matanya dan menatap Kalana yang tersenyum bahagia.Kalana berkata sambil memandang Pamela dengan wajah tersenyum, "Kak Pamela, ketika kita bertemu kemarin, aku bahkan nggak punya waktu untuk menyapamu. Lama nggak bertemu."Pamela berkata sambil tersenyum pelan, "Ya, lama nggak bertemu. Nona Kalana juga terlihat baik."Kalana menggendong anak laki-laki di kereta dorong, lalu mengeluarkan dot dari mulut anak laki-laki itu, "Revan, panggil Bibi Pamela."Seorang anak berusia di atas satu tahun yang baru belajar berjalan itu berteriak dengan pengucapan yang sangat tidak jelas, "Bi ... Bi ... Bibi Pamela ...."Mungkin karena Pamela sedang hamil, ketika melihat bayi sekecil itu, Pamela merasa lucu. Pamela mengangguk sambil menjawab, "Halo, teman kecil."Anak laki-laki kecil itu sepertinya sedikit takut dengan orang asing. Dia memandang Pamela dengan takut, lalu melingkarkan leng
Namun, keyakinan Pamela menghalanginya untuk menggugurkan anak tersebut.Sejak dia masih kecil, Pamela bernasib buruk. Dia ditendang seperti bola dan tidak ada yang mau peduli padanya.Setelah melewati banyak lika-liku, Pamela diasuh di sebuah biara. Dia dirawat oleh wanita dari biara tersebut dan tumbuh dengan makan makanan vegetarian.Meskipun Pamela belum menjadi biksu dan bukan penganut yang taat, dia telah dipengaruhi oleh keyakinannya sejak dia masih kecil.Bagaimanapun, dia sendiri yang bersedia tidur bersama Agam, anak itu tidak bersalah.Pamela menginginkan anak itu....Begitu Kalana masuk ke kantor sambil menggendong anaknya, Stevi berdiri dan menyapanya seolah-olah mereka adalah saudara. Dia menantikan kedatangannya!"Kalana, kamu sudah datang! Kamu datang sambil menggendong anakmu. Kamu kelelahan, 'kan?"Kalana berkata sambil tersenyum manis, "Aku nggak lelah. Aku datang ke sini sambil membawa kereta dorong. Aku meninggalkan kereta dorong di depan pintu kantor. Tapi Stevi,
Mata Kalana yang polos itu berbinar dengan ekspresi yang tidak berpengalaman dan polos."Nggak, Stevi, kamu pasti terlalu banyak berpikir. Kak Pamela sebenarnya adalah orang yang cukup baik.""Apakah dia orang yang baik? Kalau dia benar-benar baik, aku nggak akan dijebloskan ke penjara!" Stevi menghela napas. Dia merasa makin khawatir terhadap sahabatnya yang lugu dan polos itu."Kalana, sekarang kamu adalah seorang ibu. Tapi, kamu masih bodoh seperti anak kecil. Kamu memperlakukan semua orang dengan baik! Aku benar-benar khawatir padamu!"Kalana tersenyum sejenak. Saat dia hendak mengatakan sesuatu, dia mendengar suara pintu kamar mandi terbuka ....Keduanya tidak melanjutkan topik pembicaraan tadi. Mereka menoleh dan menatap Jason yang baru saja keluar dari kamar mandi.Jason menyingsingkan kemejanya sambil berjalan dengan perlahan. Kemudian, dia menatap adiknya dan berkata dengan hangat, "Kalana, apakah kamu nggak lelah menggendong anak seperti itu? Kenapa kamu nggak duduk dan istir
Jason makan sambil berdeham dengan malas. Dia sepertinya telah menanggapi kata-kata Stevi, tapi dia juga seperti tidak menanggapinya. Meskipun Jason bersikap sopan, dia terlihat acuh tak acuh dan menjaga jarak dengan Stevi.Saat makan, Jason menjawab panggilan telepon dan bangkit untuk berjalan keluar.Melihat Jason berkata keluar, Stevi merasa sedikit khawatir. Jason baru makan beberapa suap, kenapa dia keluar lagi? Apakah makanan yang dimasaknya kali ini tidak sesuai dengan selera Jason?Kalana melihat kegelisahan sahabatnya. Dia menepuk tangan Stevi dengan penuh empati sambil menasihatinya, "Stevi, kakakku memang seperti itu. Dia sering lupa makan dan tidur karena urusan pekerjaan, jangan terlalu banyak berpikir."Stevi mengangguk. Dia merasa sedikit lebih lega.Kalana mengalihkan pandangannya dan berkata, "Ngomong-ngomong Stevi, besok adalah pesta ulang tahun bibiku. Apakah kamu sudah menyiapkan gaun untuk hadir?"Stevi tertegun sejenak. Jika Kalana tidak menyebutkannya, Stevi tela
Kalana berkata sambil menunjukkan ekspresi polos dan kasihan yang membuat orang ingin melindunginya, "Tapi ...."Stevi berdiri, lalu mengetuk meja Pamela. Setelah itu, dia menyilangkan tangan dan berkata pada Pamela dengan arogan.Pamela, biarkan aku memberitahumu! Sekarang Revan sedang tidur di sofa kantor Kak Jason. Kalana dan aku akan kembali setelah berjalan-jalan! Kalau setelah kembali, kami menemukan sesuatu yang nggak beres pada Revan, kamu harus tanggung jawab!Pamela bahkan tidak mengangkat kelopak matanya, tapi dia tetap menolaknya.Namun, Stevi tidak memberinya kesempatan untuk menolak. Dia berkata sambil meraih tangan Kalana, "Kalana, ayo pergi!"Pamela mengerutkan kening sambil mendongakkan kepalanya. Saat ini, dia hanya melihat punggung Kalana dan Stevi buru-buru memasuki lift ....Pamela terdiam seribu bahasa.Pamela tidak mempermasalahkan sikap Stevi. Bagaimana Kalana yang merupakan seorang ibu bisa begitu percaya diri meninggalkan anaknya di tangan seseorang yang memil
Pada saat ini, Kalana dan Stevi membuka pintu, lalu berjalan masuk sambil mengobrol dengan membawa tas belanjaan ...."Kalana, gaun yang baru saja kamu pilihkan untukku sangat indah. Aku sangat menyukainya! Aku akan memakainya ke pesta ulang tahun Bibi Nelly besok!""Yah, menurutku itu terlihat sangat bagus! Stevi, besok kamu pasti akan membuat semua orang tercengang saat mengenakan gaun itu!""Huhu!" Saat melihat ibunya kembali, Revan menjadi lebih bersemangat. Dia berlari ke arahnya seperti orang gila, tapi dia terjatuh ke lantai karena dia terlalu cemas dan menangis lebih keras ....Melihat hal ini, Kalana terkejut dan buru-buru pergi untuk memapah putranya sambil bertanya, "Revan, ada apa?"Revan segera memeluk leher ibunya dan bersandar di pelukannya untuk mencari perlindungan. Namun, saat ini dia masih menangis tanpa henti, "Huhu ....""Revan, beri tahu ibu ada apa? Apakah kamu merasa nggak enak badan?"Selain menangis, seorang anak berusia satu tahun tidak bisa mengungkapkan pen