Felix baru teringat, dia pun bergegas memanggil temannya untuk mengembalikan ponsel Adsila.Setelah mendapatkan kembali ponselnya, Adsila memelototi mereka dengan kesal sambil berkata, "Sudah kubilang, Agam Dirgantara adalah pamanku. Sudah percaya sekarang?""Sudah! Nona, kamilah yang nggak tahu diri! Kami sudah bersalah!""Pak Agam, kami nggak tahu kalau dia benar-benar keponakan Anda!""Maafkan kami! Kami benar-benar minta maaf!"Siapa sangka gadis dengan rambut berwarna merah muda yang menyelinap masuk ke tempat ini benar-benar adalah keponakannya Agam?! Mereka mengira bahwa dia adalah wanita bayaran yang mencari alasan untuk mendekati Agam!Untung saja masalah ini belum menjadi masalah besar!Ketiga pria itu mengambil inisiatif untuk membungkukkan badan mereka pada Adsila dan Pamela sambil meminta maaf. "Maaf! Semoga nona-nona cantik bisa melupakan kejadian ini dan memaafkan kami!"Adsila menjulingkan matanya dan menunjuk ke arah pintu masuk ruang Snow. "Pergi sana! Jangan sampai a
Dengan ekspresi datar, Agam berkata, "Awalnya, itu memang nggak perlu dilakukan. Tapi, selama kita masih menikah, aku nggak akan membiarkanmu berselingkuh. Jadi, ke depannya, kamu nggak boleh melewatiku dan pergi mencium pria lain."Pamela menjulingkan matanya dan menoleh untuk memandang jalanan di luar jendela mobil. Kemudian, dia berkata dengan sinis, "Paman saja nggak menjadi contoh yang baik bagiku, tapi mau menyuruhku berbuat seperti itu? Bukankah kamu juga bertemu dengan wanita lain di tempat umum?!"Agam memicingkan matanya dan menatap Pamela sambil bertanya, "Kamu cemburu, ya?"Pamela merasa absurd, dia pun mengernyit sambil menjawab, "Cemburu? Kita bukan pasangan suami istri asli! Aku marah karena Paman menciumku secara paksa tanpa aba-aba, membuatku hampir sesak napas!"Dengan alis terangkat, Agam berkata, "Kalau aku nggak salah ingat, saat kamu menciumku secara paksa sebelumnya, kamu juga nggak kasih aba-aba."Pamela seketika kehabisan kata-kata. Dia mengernyit dan berkata,
"Nggak apa-apa! Hari ini, suasana hatiku nggak baik, jadi aku ingin mengobrol dengan Master!" kata Justyan.Pamela membalas: "Ada apa?"Justyan membalas pesannya dengan cepat: "Hari ini, aku melihat saingan kakakku di ruang Snow! Aku membuat wanita sialan itu tersandung untuk melampiaskan amarah kakakku dan mempermalukan wanita itu di hadapan semua orang! Tapi, wanita sialan itu malah sengaja terjatuh di pelukan pria yang disukai kakakku dan mencium pria itu! Menyebalkan sekali!"Sambil menatap layar komputernya, Pamela tenggelam dalam pikirannya. Dunia ini benar-benar kecil, ternyata pemuda inilah yang membuatnya tersandung.Seingat Pamela, pada saat itu, di sisi Agam, selain Derry dan wanita dengan rambut bergelombang itu, ada juga seorang pemuda tampan dengan alis tebal dan mata lebar. Pemuda itu sepertinya berusia sekitar 17 atau 18 tahun dan seharusnya adalah "Justyan"!Pamela mengirimkan pesan lagi padanya: "Menurutmu, apa mungkin sudut kakimu yang nggak benar? Wanita itu juga se
Pamela melangkah melewati pecahan gelas di lantai dan berjalan ke hadapan Darius sambil bertanya, "Kenapa Ayah begitu marah?"Jovita yang berdiri di samping menyilangkan lengannya dan menuangkan minyak tanah ke api. Dia berkata, "Masih tanya? Kamu tahu sendiri apa yang sudah kamu lakukan!"Pamela menatap Jovita dengan tenang sambil berkata, "Banyak yang sudah kulakukan, yang mana yang Kakak maksud?"Dengan ekspresi masam, Darius bertanya dengan amarah yang menggebu-gebu, "Kamu bilang kamu harus tinggal di luar karena pekerjaanmu. Tapi, pekerjaan apa itu?"Pamela seketika terdiam karena dia tidak bisa menjelaskan pekerjaannya sekarang ....Dia sedang berpura-pura menjadi istri manis dari seorang paman yang mendominasi untuk membantu pria itu menghadapi tetua di keluarganya.Apa titel untuk pekerjaan ini? Aktris? Istri sementara?Melihat Pamela yang kewalahan untuk menjawab, Darius makin marah. "Kamu masih mau membohongiku? Kamu lulusan universitas ternama, tapi malah menjadi wanita peng
Darius mulai memercayai ucapan putri bungsunya. "Pamela, benarkah begitu? Kamu nggak membohongi Ayah?" tanya Darius.Dengan ekspresi tenang, Pamela berkata, "Tenang saja, Ayah. Aku nggak akan melakukan hal yang melanggar moral."Darius pun membuang napas dengan lega. "Baiklah kalau begitu! Pamela, jangan mempelajari hal-hal buruk. Kalau nggak, bagaimana aku bisa menghadapi almarhum ibumu?!"Melihat sikap ayahnya terhadap Pamela yang berubah, Jovita merasa marah. Dia pun mengeluh lagi, "Ayah, kalaupun Pamela nggak menjadi wanita penghibur, sebagus apa pekerjaannya sekarang?! Awalnya, aku memang nggak ingin bilang, supaya Ayah nggak marah. Tapi, melihat Pamela begitu nggak berguna, sebagai kakaknya, aku juga harus mengatakan sesuatu! Ayah, Pamela bekerja sebagai pelayan di rumah orang kaya. Pemilik rumah yang barusan dia katakan sebenarnya adalah majikannya!""Apa?" Darius kembali mengernyit sambil menatap Pamela dengan tatapan tidak senang. "Benarkah begitu, Pamela? Kamu bekerja sebagai
Jovita merasa heran. Pencarian populer?Akhir-akhir ini, dia tidak menerima pekerjaan apa pun. Bagaimana mungkin dia bisa masuk ke pencarian populer, bahkan di nomor satu?Bahkan dulu, saat dia sangat terekspos di media pun dia tidak pernah masuk ke pencarian populer nomor satu!Apa yang sebenarnya terjadi?!Jovita mendapatkan firasat buruk. Dia bergegas mengeluarkan ponselnya dan mencari berita tersebut. Namanya benar-benar berada di peringkat pertama pencarian populer di Twitter ....Judul beritanya adalah "Sponsor Kaya di Balik Artis Jovita Alister"!Tangan Jovita langsung gemetaran. Dia masuk ke bagian pencarian populer dirinya dengan gugup. Dia pun melihat video dirinya sedang minum-minum dengan orang-orang hebat di dunia hiburan di sebuah pesta dan foto dia duduk di pangkuan seorang pria kaya berkepala botak!Astaga! Kenapa adegan terlarang ini bisa memasuki pencarian populer?!Siapa pelakunya? Siapa yang mau mencelakainya?!Jika berita ini masuk ke pencarian populer, artinya sem
Wulan menenangkan putrinya. "Jovita, tenang saja. Ibu pasti akan mencari cara untuk mengembalikan nama baikmu! Jangan menangis ...."Pamela berdiri diam di satu sisi. Melihat ibu dan anak yang bekerja sama melakukan hal-hal jahat ini, dia tersenyum sinis dan tertawa kecil.Mendengar suara tawa Pamela, Jovita seketika berhenti menangis. Dia mengernyit, membelalakkan matanya dan menunjuk Pamela dengan penuh dendam. "Pamela, pasti kamu yang mencelakaiku!" seru Jovita.Pamela mengangkat alisnya dan membentangkan tangannya dengan gaya tidak bersalah. "Kak, aku hanyalah seorang pelayan rendahan. Mana mungkin aku bisa mencelakaimu? Pencarian populer sangat mahal, aku nggak sanggup beli."Dia memang tidak menghabiskan uang, dia hanya menggunakan sedikit keterampilannya.Jovita tetap saja memelototinya dengan kesal. "Meskipun bukan kamu yang membeli pencarian populer itu, kamulah yang mencari masalah di hadapan Ayah. Kalau kamu nggak pulang, Ayah juga nggak akan mengetahui hal ini!"Pamela meng
Ekspresi Darius masam, dia masih marah besar perihal perbuatan Jovita yang masuk pencarian populer.Pamela berjalan menghampiri ayahnya secara perlahan dan membujuknya dengan manis. "Ayah, jangan marah lagi, nanti sakit. Tenang saja. Sekarang, masalah Kakak sudah nggak ada di pencarian populer. Setelah badai ini berlalu, nggak akan ada orang yang mengingatnya lagi.""Ya."Darius merasa bahwa putri bungsunya memang lebih taat dan bijak, membuatnya merasa tenang.Akhir-akhir ini, terjadi banyak masalah. Darius mengernyit dan membuang napas, lalu berkata, "Pamela, ada apa kamu mencari Ayah?"Pamela menganggukkan kepalanya dan meletakkan lukisan yang dia bawa di atas meja. "Ayah, coba lihat lukisan ini ...."Sambil berbicara, dia merobek kertas yang menutupi lukisan itu dengan pelan, menunjukkan pemandangan indah dalam lukisan itu.Lukisan yang dia bawa adalah lukisan "Angsa dan Musim Gugur" yang dihadiahkan oleh Agam untuknya, yaitu salah satu hasil karya almarhum ibunya.Melihat lukisan
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen