Pamela mengedipkan matanya dan berkata, "Paman, dulu aku dibawa olehmu ke kediaman Keluarga Dirgantara dan dipaksa untuk bekerja sama denganmu. Jadi, aku selalu kooperatif, berusaha untuk menuruti semua instruksimu, berusaha nggak membuatmu marah dan nggak menaruh harapan apa pun padamu. Tapi, situasi sekarang sudah berbeda. Karena kita berdua ingin mencoba untuk menjalani hubungan secara baik-baik, kamu juga harus belajar untuk menghormati keputusanku!""Kejadian yang terjadi selama beberapa hari ini benar-benar membuatku merasa sangat lelah. Aku ingin menenangkan diri sendiri. Apa aku boleh tinggal di kamar ini sendirian? Kalau kamu bersikeras menegaskan kamar ini adalah kamarmu, aku akan pergi ke kamar tamu. Atau, aku juga bisa langsung meninggalkan tempat ini dan pulang ke rumahku!"Agam menyipitkan matanya. Melalui beberapa patah kata yang keluar dari mulutnya, gadis itu menegaskan bahwa dia benar-benar tidak bisa diajak berkompromi lagi. 'Gadis satu ini benar-benar cerdas!' pikir
Pamela: "Hmm, memang bukan dia orangnya."Ariel: "Wah, sungguh menarik! Sepertinya ada orang yang sengaja memainkan trik seperti ini agar orang-orang yang melihat layar LED itu salah paham! Sepertinya kemungkinan besar Nona Kalana sendiri yang melakukannya, 'kan?"Pamela juga mencurigai hal tersebut.Dia bukan tidak memercayai penjelasan yang diberikan Agam padanya, dia juga tidak meragukan kemampuan Agam untuk menyelidiki hal sepele seperti ini.Hanya saja, dia merasa kejadian dengan kemungkinan sekecil itu kenapa bisa begitu kebetulan terjadi?Kalana kembali tepat pada hari di mana Agam mempersiapkan kejutan untuknya!Selain itu, pada hari kepulangan Kalana, kebetulan ada seseorang yang menyatakan cinta pada seorang wanita melalui layar LED Bank Moroka!Hal yang penting lagi adalah mengapa pernyataan cinta pada seorang nona dari keluarga terpandang tidak mencantumkan nama lengkap wanita itu, melainkan hanya dengan kata "La"?Apa mungkin orang yang melihat layar LED itu bisa langsung
Tidak mendapat tanggapan apa pun, Tomi mulai merasa ada yang aneh. "Halo? Kenapa nggak kedengaran suara dari sana? Apa kamu nggak bisa mendengarku? Agam, cepat bicara!"Pamela tidak bisa berkata-kata.Apa yang harus dia katakan? Apa dia harus katakan dia bukan cucu kesayangan Tomi, melainkan 'makhluk sialan' yang disebut oleh Tomi barusan?Saat Pamela sedang ragu bagaimana caranya untuk menanggapi Tomi, tiba-tiba dia mendengar suara Nyonya Frida dari ujung telepon ...."Dasar si tua ini! Siapa yang mengizinkanmu menelepon Agam? Baru saja minum obat, kamu tetap nggak bisa diam. Sini, serahkan ponselmu padaku!"Kemudian, terdengar penolakan Tomi sejenak, lalu ponselnya dirampas oleh Frida.Setelah merampas ponsel Tomi, Frida bertanya, "Agam, berita yang tersebar di internet dalam negeri sangat menggemparkan. Sebenarnya apa yang terjadi?"Begitu mendengar pertanyaan Frida, Pamela menghela napas dengan tidak berdaya dan bersiap untuk memberi penjelasan panjang lebar ....Namun, sebelum dia
Namun, sebenarnya Frida sudah terlalu memandang tinggi dirinya. Bagaimana mungkin dia tidak menyukai uang?Dia benar-benar menyukai uang. Hanya saja, dia lebih suka menghasilkan uang dengan mengandalkan kemampuannya sendiri. Dia tidak tertarik untuk mendapatkan uang melalui menikah dan menjilat seorang pria, atau trik-trik rendahan lainnya.Di ujung telepon, terdengar suara kesal Tomi lagi ...."Hah! Di zaman sekarang, semua wanita di dunia ini menyukai uang. Dasar kamu ini! Sebenarnya kamu sudah terlalu tua atau terlalu naif? Kamu bahkan memercayai masih ada wanita di dunia ini yang nggak menyukai uang? Kulihat kamu benar-benar sudah disihir oleh gadis yang bernama Pamela itu!"Frida terdiam, seolah-olah mengerahkan tenaganya untuk menarik napas dalam-dalam, suaranya berubah menjadi dalam, terdengar seperti penuh penekanan, serta nada bicaranya juga aneh ...."Pamela, usahakan beberapa hari ini kamu jangan keluar dulu, ya. Kalau ada kepentingan dan harus keluar, ingat hati-hati di jal
Darius memerintah dengan penuh emosi, "Pamela, cepat pulang sekarang juga! Kamu urus dulu karangan bunga yang ada di depan pintu rumah, lalu tanggung jawab sendiri atas apa yang telah kamu lakukan! Pikirkan cara untuk mengakui kesalahanmu di depan media dan publik! Ingat, kamu harus memohon agar dimaafkan oleh semua orang! Jangan menyeret kami sekeluarga ikut menanggung malu!"Mendengar ucapan pria itu, tidak ada gejolak emosi dalam hati Pamela, bahkan dia merasa ingin tertawa.Beberapa saat yang lalu, seorang wanita tua yang belum lama mengenalnya begitu memercayainya, bahkan berpesan padanya agar jangan keluar terlebih dahulu dan harus berhati-hati.Namun, "ayahnya" ini malah ingin mendorongnya keluar sesegera mungkin menjadi pelampiasan amarah dan kekesalan publik, agar mereka sekeluarga tidak ikut terseret.Kalau dibandingkan antara sikap Frida dan sikap Darius padanya, bukankah semuanya sudah sangat jelas?Sejak kecil hingga dewasa, Darius selalu memperlakukannya seperti ini. Begi
Mendengar ucapan Pamela, Jovita benar-benar murka. "Pamela, masalahnya sudah jelas, tapi kamu masih berani bersikap sesombong ini, ya! Pantas saja semua orang di internet mengataimu nggak tahu malu! Kamu pantas menerima caci maki seperti itu!" seru Jovita."Oh ya? Kalau begitu, kamu juga pantas ikut celaka, ya?" kata Pamela."Kamu ...."Wulan tidak tahan lagi. Dia pun menghampiri putrinya sambil berkata pada Pamela melalui layar ponsel itu, "Pamela, kenapa kamu menjadi sejahat ini?""Jelas-jelas karier Jovita hancur karena kamu! Awalnya, Jovita sangat dipuji oleh Pak Rudi, sehingga dia bisa menjadi terkenal dan menjadi kebanggaan Keluarga Alister! Tapi, karena kamu, kesempatan bagus ini menghilang!""Sebelumnya, kamu bahkan menyebarkan rumor bahwa Jovita bukanlah putri kandung Darius, sehingga terjadi perselisihan dalam keluarga kita! Untung saja Darius memberikan kami sebuah kesempatan untuk melakukan tes DNA. Dengan begitu, kami baru bisa menggunakan fakta ini untuk membuktikan bahwa
Saat Pamela hendak memblokir semua unggahan di internet yang membeberkan informasi pribadinya secara ilegal, seseorang dengan ID "Justyan" tiba-tiba muncul dan mengirimkan tiga stiker pada Pamela.Kemudian, dia mengirimkan pesan pada Pamela: "Master, kamu sudah datang, ya! Aku memerlukan bantuanmu!""Justyan" adalah Justin Yanuar, tuan muda dari Keluarga Yanuar.Setelah beberapa masalah yang terjadi akhir-akhir ini, Pamela tidak memiliki kesan baik terhadap orang-orang dari Keluarga Yanuar. Dia pun membalas dengan cuek: "Apa itu?"Justyan membalas lagi: "Temanku diekspos di internet. Master, bisakah kamu membantuku memblokir semua unggahan yang memfitnahnya dan membeberkan informasi pribadinya di internet?""Isi semua unggahan itu nggak benar! Aku sudah menyuruh semua anggota Aliansi Apollo untuk menghapus semuanya, tapi ada beberapa unggahan yang dipasang dengan sistem pelindung kelas atas. Teknologi kami belum mencapai tingkatan seperti itu ...."Pamela mengangkat alisnya dengan hera
Tidak ada banyak orang yang bisa menyusup ke dalam sistem di balik layar yang terenkripsi dengan ketat seperti ini dan mengendalikannya dari jauh seperti Pamela!Siapa yang akan melakukan hal yang begitu berisiko demi Pamela?"Master, coba lihat, sepertinya ini dilakukan oleh ID virtual itu!"Justyan menyadari seseorang yang sedang terus-menerus memblokir video editan Pamela yang tersebar di internet. Dalam waktu beberapa detik, video-video tersebut sudah diblokir semuanya, hingga tidak bisa diputar dengan normal lagi.Pamela memicingkan matanya untuk melihat ID peretas yang terenkripsi itu ....Tanpa berpikir panjang, Justyan mengirimkan pesan pada peretas itu: "Sang pahlawan, siapa kamu? Kenapa kamu mau membantu Pamela? Apakah kamu kenal dengannya?"Peretas itu tidak menghiraukan Justin, dia hanya memperhatikan hal yang sedang dia lakukan.Pamela pun tersadar, dia langsung mengirimkan pesan: "Aquila, lama nggak jumpa."Beberapa detik kemudian, pihak lawan membalas pesan itu: "Ya, lam
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen