Melihat mata Dian melebar, bahkan bersikeras mengatakan dia tidak perlu membayar, Phillip semakin merasa jijik."Apa kamu berkomplot dengan ayahmu, dia jadi penjahat dan kamu jadi orang baiknya, sekarang kamu berpura-pura nggak bersalah di hadapanku?""Tanpa persetujuan darimu, mana mungkin dia datang mengajukan permintaan seperti itu?""Tadinya aku nggak mau datang, tapi mengingat keluargamu melakukan hal menjijikkan seperti itu, ingin sekali aku bertanya padamu.""Atau sejak awal kamu memang punya niat tidak murni untuk mendekatiku?"Dian tidak bisa tersenyum lagi, dia merasa seolah dipaku pilar rasa malu.Dia bahkan tidak mengerti apa yang dibicarakan Phillip, tapi dia tahu pasti ada hubungannya dengan keluarganya dan satu-satunya keluarganya adalah Fabian."Keluargaku melakukan sesuatu yang nggak bisa kamu terima. Aku nggak tahu apa yang mereka lakukan, tetapi kalau itu masalahnya, bolehkah aku minta maaf dulu padamu? Jangan bicara seperti ini, ya?"Phillip mencondongkan tubuhnya s
Setelah itu, Phillip bangkit dan pergi, meninggalkan Dian sendirian.Menikah apanya? Kapan dia bilang mau menikah dengan Phillip? Perasaan Dian terungkap, dia seakan jatuh ke dalam gudang es.Apa yang terjadi sebelum dia keluar dari rumah sakit?Dian segera memanggil pelayan, membayar tagihan dan bergegas pulang.Awalnya dia membayangkan segalanya berjalan dengan baik. Mereka berdua telah melalui banyak hal bersama, bahkan berbagi kesedihan, hubungan mereka pasti lebih dekat dari sebelumnya. Dia tidak pernah mengharapkan pria ini jatuh cinta padanya, tapi dia menyukai pria ini dan ingin pria ini lebih memperhatikannya.Namun, dia tidak pernah menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Sebelum terpikirkan olehnya, keluarganya sudah menutup jalan keluar untuknya."Ayah, katakan yang sejujurnya, apa Ayah menemui Phillip? Apa yang sebenarnya Ayah lakukan?"Fabian tidak menyangka Dian akan secepat itu menanyakannya. Dia menjawab dengan ragu-ragu, "Maksudnya apa menemui Phillip? Kamu piki
"Maksud Paman tanggung jawab yang mana, ya?""Seingatku, aku sudah menjelaskan setiap detail pada Paman dengan jelas, aku juga meninggalkan tempat kejadian setelah memastikan Dian aman. Sekarang, apa maksud Paman dengan mengambil video pengawasan ini dan meminta pertanggungjawabanku?"Phillip merentangkan tangannya, tidak mengerti apa yang dilakukan Fabian. "Apa kedatangan Paman hari ini sudah mendapat izin dari Dian?"Fabian menjawab, "Tentu saja aku nggak memberitahunya. Kalau anak bodoh itu tahu, dia pasti akan menghentikanku.""Tapi kamu harusnya tahu betapa buruknya dampak rumor terhadap nama baik seorang gadis. Justru karena itulah aku ingin kamu bertanggung jawab.""Putri sulungku seharusnya sepadan denganmu, bukan?"Phillip dibuat tertawa oleh kelakuan buruk Fabian. Dia bersandar di sofa, menatap pria paruh baya yang tidak tahu malu di depannya."Atas dasar apa Paman mengira putri Keluarga Sandiga sepadan denganku?"Phillip tidak pernah bermaksud merendahkan Dian, tetapi sikap
Tentu saja, Fabian tahu kelemahan terbesar pemuda di hadapannya bukanlah bangunan komersial ini, melainkan keluarga di belakangnya, yang jauh berbeda dengan kepribadiannya yang tegas di dunia bisnis."Karena Pak Phillip nggak kooperatif, aku juga nggak punya pilihan lain. Aku hanya ingin tahu apa yang akan Pak Phillip lakukan kalau orang tua serta kakek-nenekmu mengetahuinya."Ekspresi Phillip seketika berubah. Dia bisa menerima provokasi dari siapa pun, tapi tidak bisa menerima jika keluarganya dilibatkan.Tanpa diduga, Fabian cukup hebat, dia mampu menyebutkan semua anggota keluarga yang telah lama Phillip sembunyikan.Bahkan di dunia bisnis secara keseluruhan, hanya sedikit orang yang mengetahui hubungan antara Phillip dan keluarganya.Mereka tidak menyangka Phillip yang begitu muda memiliki latar belakang keluarga yang kuat."Tampaknya aku terlalu meremehkan Tuan Fabian."Senyum tipis masih menggantung di wajah Phillip, tetapi kemarahan di matanya tidak bisa lagi disembunyikan.Aga
"Tuan Muda sudah pulang."Para pembantu berteriak senang, suasana barusan hampir mencekik mereka.Hanya saja mereka tidak menyangka, setelah Phillip pulang, Lisa meminta mereka semua meninggalkan ruangan itu.Mereka semua pembantu yang terlatih, sehingga tidak menanyakan alasan kepada majikan mereka dan langsung meninggalkan ruang tamu tanpa bersuara."Nek, ada apa? Alis Nenek sampai berkerut, apa akhir-akhir ini aku jarang pulang? Rasanya aku sudah sangat rajin."Phillip duduk di samping Lisa dengan ekspresi acuh tak acuh.Kening Laurence semakin berkerut ketika melihat sikapnya."Apa-apaan sikapmu ini?"Phillip melonggarkan dasinya, sudah cukup gerah terjebak dalam setelan ini setelah bekerja seharian.Dia baru bisa bersantai seperti ini setelah kembali ke rumah, "Ada apa dengan sikapku? Justru kalian, kenapa tegang begini?""Apa mungkin kami nggak tegang? Seseorang datang menunjukkan video kamu berbuat tak senonoh dengan seorang gadis!""Dia meminta pertanggungjawabanmu pada putriny
Laurence justru mengkhawatirkan Dian, dia tahu anak mereka orang yang tahu batasan."Sudahlah, semuanya, kalian jangan mengkhawatirkan masalah ini lagi, aku janji akan menyelesaikannya dalam dua hari, oke?""Kalian nikmati saja masa tua kalian di rumah. Sudah kubilang nggak perlu terlalu khawatir, terutama tentang masalah perasaanku."Lisa mengeluh, "Kalau bukan karena kamu belum juga punya pacar, apa kami perlu mengkhawatirkanmu?""Sudahlah, sekarang sudah terlanjur terjadi, entah siapa gadis itu, licik sekali."Phillip mengerutkan kening dan menjawab tanpa sadar, "Dia bukan orang seperti itu, dia berbeda dari ayahnya, seharusnya dia nggak tahu ayahnya melakukan hal seperti ini."Ini pertama kalinya Phillip membela orang lain, para tetua diam-diam saling memandang."Kalau kamu benar-benar menyukai gadis ini, sekalian kamu setujui saja pernikahan ini, entah apa lagi yang akan kamu alami kalau gadis itu tetap dalam keluarga seperti ini."Mendengar saran Hardi ini, Phillip menggelengkan
"Kalau dia nggak mengusikku, aku nggak akan mengganggunya.""Sebelumnya aku percaya padanya karena kami berteman cukup lama, tapi sekarang aku mencurigainya karena beberapa detail hanya kuberitahukan padanya. Bu, tolong jaga Kakek dan Nenek.""Serahkan sisanya padaku."Mendengar suara dingin putranya, Laurence tahu tidak bisa mengubah sikap putranya. Sekalipun sebelumnya mereka punya sedikit perasaan satu sama lain, sekarang situasinya sangat mencekik.Hanya saja sebelumnya, mereka sekeluarga terus membayangkan akan seperti apa pendamping Phillip nantinya, tapi tidak pernah menyangka pernikahannya akan dimulai dengan tergesa-gesa seperti ini?Laurence menghela napas, setiap orang punya berkatnya masing-masing. Tidak peduli seberapa besar kekhawatiran mereka sebagai tetua, tetap saja tidak dapat menjamin kehidupan yang baik untuk mereka.Terlebih lagi Phillip sudah dewasa, dia tahu cara membuat keputusan, juga memahami risiko yang harus ditanggung.Hanya saja Laurence tidak suka punya b
Lesti sudah lama tahu Fabian orang yang tidak berperasaan, tetapi tidak menyangka kata-katanya begitu dingin, seolah dirinya sama sekali tidak penting, yang penting hanya janin dalam perutnya."Apakah nggak ada lagi yang penting di matamu selain janin dalam perutku? Kenapa kamu begitu egois?""Kamu tergesa-gesa menemui Pak Phillip seperti ini, pernahkah kamu memikirkan pendapat Dian? Mereka awalnya berteman, tetapi setelah keributan ini, bagaimana Dian harus menghadapinya?"Ucapannya masuk akal. Fabian terdiam beberapa saat, kemudian berkata, "Semua ini aku lakukan demi keluarga ini. Dian sudah dewasa, aku yakin dia bisa memahami pilihan ayahnya. Walaupun nggak memedulikan dirinya sendiri, dia tetap harus mempertimbangkan nama baiknya.""Sekalipun bisnis Keluarga Sandiga besar, mustahil untuk menutup mulut semua orang setelah kejadian ini.""Setelah kejadian ini beredar, kelak siapa yang mau menikahinya?""Pilihannya sangat terbatas. Sebagai ayahnya, tentu aku harus membuat perencanaan