"Atau hatimu yang sudah berubah? Kamu sudah tertarik dan jatuh hati pada wanita lain? Cepat katakan padaku, siapa wanita itu?""Aku mau lihat wanita mana yang bisa membuatmu jatuh hati! Aku mau lihat siapa wanita yang telah merebut priaku!""Cepat katakan padaku ...."Yessy menarik kerah baju Phillip. Melihat mata wanita itu memerah, dia tahu penyakit wanita itu kumat lagi."Kamu sedang sakit, pulanglah dan minum obatmu, jangan membuang-buang waktumu dan waktuku di sini lagi.""Bisakah kamu mempertimbangkanku untuk sekali ini lagi? Jangan membuat keributan di sini."Phillip segera melirik ke luar pintu. Dia tidak ingin situasi bertambah buruk, terlebih lagi Dian masih sedang menunggunya di sebuah ruangan."Hehehe, ternyata memang benar, kamu sudah jatuh hati pada orang lain, apa Dian orangnya?""Aku tahu kamu nggak pernah membela wanita mana pun! Tapi, bisa-bisanya kamu membelanya!""Sebenarnya apa keunggulannya? Apa yang kamu sukai dari dirinya?""Phillip, apa kamu sudah melupakan ken
"Sudah, cukup. Yessy, kamu pulang dulu.""Mengapa kamu nggak membiarkanku mengatakannya? Aku hanya sedang berbicara jujur. Apa Nona Dian nggak sanggup mendengarnya?"Melihat ekspresi sedih Yessy, raut wajah Dian langsung berubah menjadi dingin."Nona Yessy, kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja, nggak perlu bertele-tele seperti ini.""Perilakumu sekarang benar-benar berubah seratus delapan puluh derajat dari saat kamu menerima wawancara dariku. Awalnya aku pikir kamu adalah orang yang jujur dan berterus terang."Dian mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia juga tidak bisa membedakan sosok Yessy yang mana merupakan sosok wanita itu yang sesungguhnya. Saat dia mewawancara wanita itu sebelumnya, mereka berdua masih bisa mengobrol dengan santai dan menyenangkan. Namun, sekarang wanita itu malah berubah drastis.Saat ini, dia benar-benar mirip dengan karakter wanita bertemperamen buruk dalam pertunjukan tariannya kala itu."Hah, bukankah Nona Dian berbicara juga suka bertele-te
"Hmm .... Tadi ...."Sebelum Dian sempat mengutarakan apa yang ingin diutarakannya, Phillip sudah menyelanya, "Maaf, Nona Dian, aku harap kamu bisa melupakan ucapanku tadi.""Kamu juga sudah lihat sendiri, emosi Yessy sekarang ini sedang nggak stabil. Aku tadi hanya sedang emosi sesaat, aku hanya mengikuti alur bicaranya.""Aku harap kamu nggak memasukkannya ke dalam hati. Kalau kamu merasa nggak nyaman karena hal ini, aku meminta maaf padamu dengan tulus."Aura panas yang menjalar di sekujur tubuh Dian hilang seketika, seakan-akan dia baru saja diguyur oleh sebaskom air dingin."Oh .... Aku juga nggak berpikir sebanyak itu.""Hanya saja, Pak Phillip, bisakah kamu menjelaskan padaku mengapa aku bisa terbawa-bawa dalam pembicaraanmu dengan Nona Yessy?""Kalau kamu nggak ingin aku salah paham, sebaiknya jangan sampai membawa-bawa namaku dalam pembicaraan kalian. Kalau seperti itu, juga hanya akan membuatku kesulitan saja."Walaupun Dian tetap tersenyum, indra tajam Phillip bisa merasakan
Melihat sorot mata penuh tekad Dian, pada akhirnya Phillip menganggukkan kepalanya dan berkata, "Yah, aku benar-benar nggak berdaya menghadapimu. Tapi, ada satu syarat. Begitu keselamatanmu terancam, kamu nggak boleh melibatkan diri dalam hal ini lagi."Dian tidak menyangka dia benar-benar berhasil membujuk Phillip. Saking senangnya, dia benar-benar ingin melompat-lompat dengan girang. Dia berlari-lari kecil menghampiri Phillip dan berkata, "Jangan khawatir, aku bukan orang bodoh.""Pak Phillip, aku benar-benar nggak menyangka kamu akan setuju. Aku benar-benar sangat senang. Terima kasih!""Apa boleh buat, siapa suruh seseorang mengatakan menegakkan keadilan adalah alasannya memilih profesi sebagai seorang wartawan? Karena dia sudah berbicara seperti itu, aku juga nggak bisa membuatnya patah semangat dan kehilangan kepercayaan dirinya ...."Melihat ekspresi senang Dian, seulas senyum tipis mengembang di wajah Phillip.Tiba-tiba, ekspresi Dian berubah menjadi serius. "Oh ya, aku berhasi
"Pak Phillip, apa kamu pernah berpikir untuk menjadi model?""Apa kamu sedang memuji postur tubuhku bagus secara nggak langsung?"Phillip tertawa pelan, sedangkan Dian menganggukkan kepalanya tanpa malu dan berkata, "Tentu saja. Sekarang aku sudah mengerti orang seperti apa yang cocok memakai pakaian apa pun seperti maneken.""Halo, tolong bungkuskan pakaian ini juga, ya."Dian memberikan isyarat tangan, seulas senyum cerah mengembang di wajah sang pramuniaga."Tuan, Nona, hubungan kalian berdua sangat baik, ya. Nona, seleramu benar-benar bagus. Pakaian-pakaian yang kamu pilih adalah model-model pakaian paling populer tahun ini. Ditambah lagi, postur tubuh Tuan sangat sempurna, sangat cocok memakai pakaian-pakaian ini."Dianggap sebagai pasangan oleh orang lain, secara refleks mereka berdua saling melempar pandangan. Mengingat ucapan Phillip padanya saat mereka berada di ruangan presdir tadi, Dian melambaikan tangannya dengan sedikit canggung."Maaf, kamu salah paham, kami bukan pasang
Walaupun Dian berbicara dengan nada bicara yang sangat manis, tetapi Phillip tetap menolak bantuannya."Kamu yang jangan meremehkanku. Isi semua bungkusan ini adalah pakaian, sama sekali nggak berat. Nona Besar, ayo kita pergi!"Melihat interaksi antara keduanya, pramuniaga sangat menyayangkan. Jelas-jelas mereka adalah pasangan yang sangat serasi, tetapi mengapa mereka tidak menjalin kasih?Pada akhirnya, Dian tetap hanya membawa bungkusan dasi yang sangat ringan itu masuk ke dalam mobil. Phillip hendak mengantarnya pulang dan bertanya, "Apa kamu mau pulang ke kediaman Keluarga Sandiga?"Dian menggelengkan kepalanya dan berkata, "Antar saja aku ke Jalan Burma.""Oke."Tak lama kemudian, dia bertanya, "Mengapa kamu nggak bertanya alasanku nggak pulang ke rumah?""Apa itu adalah suatu hal yang perlu kutanyakan lagi? Kamu sudah dewasa, nggak perlu tinggal di rumah setiap hari. Terlebih lagi, kulihat kamu jauh lebih bebas tinggal sendirian."Dian tertawa pelan dan berkata, "Kamu baru data
Mengapa ayahnya membawa anak orang lain pulang ke rumah mereka? Ayahnya hanya memiliki seorang putri, yaitu dirinya. Mengapa ayahnya malah membiarkan orang lain menjadi Nona Kedua Keluarga Sandiga?Mengapa? Mengapa demikian? Siapa yang bisa memberinya jawaban? Siapa yang bisa memberitahunya bagaimana caranya untuk menangani masalah ini, agar semuanya bisa kembali lagi seperti sedia kala?Seakan-akan menyadari sesuatu, Phillip menyalakan musik dalam diam. Saat musik mulai berputar, dia seolah bisa mendengar suara isak tangis Dian.Setelah waktu berlalu cukup lama, Dian baru mengalihkan kepalanya kembali dengan sedikit malu. Dia agak sungkan untuk menatap Phillip saat ini.Dian buru-buru menyeka air mata di wajahnya, lalu tertawa dengan canggung."Aku benar-benar minta maaf. Aku juga nggak mengerti mengapa emosiku bisa tiba-tiba bergejolak seperti ini. Biasanya aku bukanlah orang yang emosional."Melihat Phillip tidak berbicara, Dian melanjutkan. "Mungkin aku merasa lebih nyaman denganmu
Pria itu bukan tidak menyayangi Dian. Namun, ada hal-hal yang lebih penting baginya di atas kasih sayangnya terhadap Dian. Sebuah keluarga yang utuh, sebuah keluarga yang bisa dikagumi oleh orang lain, hal-hal inilah yang dipertimbangkannya.Phillip merasakan kesedihan untuk Dian. Kalau bisa, dia juga berharap wanita itu tidak perlu melalui semua ini.Lesti? Juko?Secara refleks, Phillip beranjak duduk. Belakangan ini, orang-orang bermarga Sanders yang ditemuinya sangat banyak."Ckckck, aku benar-benar sudah berpikir banyak. Di dunia ini, ada begitu banyak orang yang bermarga Sanders. Bagaimana mungkin setiap orang memiliki hubungan satu sama lain?"Dia berbaring kembali. Namun, setelah setengah jam berlalu, dia tetap belum bisa tertidur. Saat ini, dia benar-benar sangat merindukan momen-momen Lucy menyerahkan setumpuk dokumen padanya. Daripada membuang-buang waktu seperti ini, sebaiknya dia bangun untuk memeriksa dua dokumen.Namun, hari ini dia tidak membawa pulang satu dokumen pun.