Walaupun Dian berbicara dengan nada bicara yang sangat manis, tetapi Phillip tetap menolak bantuannya."Kamu yang jangan meremehkanku. Isi semua bungkusan ini adalah pakaian, sama sekali nggak berat. Nona Besar, ayo kita pergi!"Melihat interaksi antara keduanya, pramuniaga sangat menyayangkan. Jelas-jelas mereka adalah pasangan yang sangat serasi, tetapi mengapa mereka tidak menjalin kasih?Pada akhirnya, Dian tetap hanya membawa bungkusan dasi yang sangat ringan itu masuk ke dalam mobil. Phillip hendak mengantarnya pulang dan bertanya, "Apa kamu mau pulang ke kediaman Keluarga Sandiga?"Dian menggelengkan kepalanya dan berkata, "Antar saja aku ke Jalan Burma.""Oke."Tak lama kemudian, dia bertanya, "Mengapa kamu nggak bertanya alasanku nggak pulang ke rumah?""Apa itu adalah suatu hal yang perlu kutanyakan lagi? Kamu sudah dewasa, nggak perlu tinggal di rumah setiap hari. Terlebih lagi, kulihat kamu jauh lebih bebas tinggal sendirian."Dian tertawa pelan dan berkata, "Kamu baru data
Mengapa ayahnya membawa anak orang lain pulang ke rumah mereka? Ayahnya hanya memiliki seorang putri, yaitu dirinya. Mengapa ayahnya malah membiarkan orang lain menjadi Nona Kedua Keluarga Sandiga?Mengapa? Mengapa demikian? Siapa yang bisa memberinya jawaban? Siapa yang bisa memberitahunya bagaimana caranya untuk menangani masalah ini, agar semuanya bisa kembali lagi seperti sedia kala?Seakan-akan menyadari sesuatu, Phillip menyalakan musik dalam diam. Saat musik mulai berputar, dia seolah bisa mendengar suara isak tangis Dian.Setelah waktu berlalu cukup lama, Dian baru mengalihkan kepalanya kembali dengan sedikit malu. Dia agak sungkan untuk menatap Phillip saat ini.Dian buru-buru menyeka air mata di wajahnya, lalu tertawa dengan canggung."Aku benar-benar minta maaf. Aku juga nggak mengerti mengapa emosiku bisa tiba-tiba bergejolak seperti ini. Biasanya aku bukanlah orang yang emosional."Melihat Phillip tidak berbicara, Dian melanjutkan. "Mungkin aku merasa lebih nyaman denganmu
Pria itu bukan tidak menyayangi Dian. Namun, ada hal-hal yang lebih penting baginya di atas kasih sayangnya terhadap Dian. Sebuah keluarga yang utuh, sebuah keluarga yang bisa dikagumi oleh orang lain, hal-hal inilah yang dipertimbangkannya.Phillip merasakan kesedihan untuk Dian. Kalau bisa, dia juga berharap wanita itu tidak perlu melalui semua ini.Lesti? Juko?Secara refleks, Phillip beranjak duduk. Belakangan ini, orang-orang bermarga Sanders yang ditemuinya sangat banyak."Ckckck, aku benar-benar sudah berpikir banyak. Di dunia ini, ada begitu banyak orang yang bermarga Sanders. Bagaimana mungkin setiap orang memiliki hubungan satu sama lain?"Dia berbaring kembali. Namun, setelah setengah jam berlalu, dia tetap belum bisa tertidur. Saat ini, dia benar-benar sangat merindukan momen-momen Lucy menyerahkan setumpuk dokumen padanya. Daripada membuang-buang waktu seperti ini, sebaiknya dia bangun untuk memeriksa dua dokumen.Namun, hari ini dia tidak membawa pulang satu dokumen pun.
Phillip menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya, benar. Ayo kita berangkat. Kita temui pria bernama Juko itu."Walaupun sepanjang perjalanan Dian merasa sangat rileks, tetapi setelah mobil melaju ke tempat parkir KTV, jantung Dian mulai berdegap dengan kencang."Apa kamu gugup?"Dian menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ini adalah pertama kalinya kemungkinan besar aku akan berinteraksi dalam jarak dekat dengan Juko.""Bagaimana mungkin aku nggak gugup?""Jangan memikirkan seberapa banyak informasi yang harus kamu gali. Bagaimanapun juga, kita hanya berdua. Kita hanya perlu bertemu dengannya saja.""Kalau kita bisa bertemu dengannya, tentu saja sangat bagus. Tapi, kalau hari ini kita nggak bisa bertemu dengannya, anggap saja kita datang untuk bersenang-senang. Kamu jangan memberikan tekanan yang terlalu besar untuk dirimu sendiri."Dian menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku benar-benar ingin melihat binatang seperti apa yang bisa melakukan tindakan tanpa berhati nurani seperti itu
"Uang adalah sesuatu yang nggak kita bawa saat kita lahir di dunia ini, juga nggak kita bawa saat kita meninggalkan dunia ini.""Hanya dengan melakukan konsumsi, kamu baru bisa merasakan artinya uang. Jangan khawatir, pelayanan kami pasti nggak akan mengecewakan kalian."Karena pelayan itu sudah berbicara seperti itu, Dian tidak punya pilihan lain selain setuju."Baiklah kalau begitu. Tapi, aku peringati kamu, kalau pelayanan kalian nggak memuaskan, aku akan mengadukan kalian. Kami nggak mungkin mengeluarkan uang sia-sia, bukan?"Nada bicara Dian sangat manis. Dengan paras cantik dan suara manisnya, siapa yang bisa tahan?"Tentu saja, Nona nggak perlu khawatir.""A118 kedatangan tamu, A118 sudah kedatangan tamu."Dian mendengar wanita itu mengulang kalimat yang sama di walki talkinya beberapa kali. Kemudian, ada seorang pria berpakaian hitam yang menghampiri mereka dan mengambil alih pekerjaan wanita itu."Tuan, Nona, silakan ikut denganku."Dian bergumam di belakang pria itu dengan su
"Oh, oh, oke!"Suasana di dalam ruangan itu sangat tegang, Dian benar-benar gugup setengah mati. Dia takut semuanya seperti yang Phillip katakan. Bagaimana kalau Juko sudah menebak mereka akan melakukan wawancara secara diam-diam? Bagaimana kalau mereka sudah dalam pengawasan orang lain?Dia bukan takut terjadi sesuatu pada dirinya, tetapi kalau bukan karena undangannya, hari ini Phillip sama sekali tidak akan muncul di tempat ini.Pria itu tetap seorang presdir yang memakai setelan jas dan berada di dalam ruangannya. Pria itu tidak akan mempertaruhkan nyawa dengan menemaninya ke tempat ini. Semua ini adalah salahnya.Phillip menendang pintu itu dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Namun, pintu hanya sedikit bergetar tanpa menunjukkan tanda-tanda akan terbuka.Saat itulah, mereka mendengar suara siaran yang tidak tahu dari mana asalnya."Pak Phillip, jangan membuang-buang tenagamu lagi. Bos kami meminta kalian untuk menunggunya di dalam sana dengan patuh. Kapan dia ada waktu senggang,
Mungkin selama bertahun-tahun ini Dian memang sudah terbiasa tegar dan kuat. Dia sendiri juga sudah mengalami banyak hal. Kalau bukan karena ada Phillip di sini, mungkin dia juga tidak akan menunjukkan sisi rentannya.Terutama dalam kurun waktu beberapa tahun ini, boleh dibilang Dian tumbuh dengan sangat cepat.Walaupun keluarganya tidak setuju dia berprofesi sebagai wartawan, bahkan terkadang dia masih harus menghadapi drama ibu tirinya dan adik tirinya. Namun, kalau dibandingkan dengan perjuangan seorang wartawan di luar sana, itu bukanlah apa-apa baginya.Setelah menenangkan dirinya, Dian mulai memikirkan dari mana informasi ini bocor.Selama ini, dia menyelidiki Juko diam-diam. Selain membicarakan tentang hal ini kepada Phillip, dia sama sekali tidak mengungkit hal itu pada orang lain.Kalau begitu, bagaimana pria itu bisa tahu hari ini mereka akan datang ke sini? Atau mungkin kemampuan pengintaian balik itu sudah sampai pada tahap yang menakutkan?!Dian mengungkapkan kekhawatirann
Memikirkan hal ini, Dian merasa ragu akan tebakannya bahwa Juko adalah mantan suami Lesti."Juko nggak selalu sekaya itu. Setahu aku, kekayaannya baru terkumpul beberapa tahun terakhir.""Latar belakang orang ini nggak diketahui, tapi dia sangat tegas. Dia sangat setia dalam dunia kerja, sehingga ada banyak orang yang mengikutinya.""Dia dengan cepat mengumpulkan kekayaannya hanya dalam beberapa tahun. Aku terlalu menganggapnya enteng. Kalau aku memeriksanya dengan cermat sebelum membeli tanah itu, aku nggak akan jatuh ke dalam perangkapnya."Apa yang dikatakan Phillip membuat Dian sedikit takut.Tidak heran setelah mengikutinya, Lesti menghalalkan segala cara untuk keluar dari sana.Kedua orang itu hanya duduk diam di sofa sambil bertukar petunjuk yang mereka miliki. Mereka tidak terlihat gugup sama sekali.Juko memandang kedua orang itu melalui kamera pengintai sambil mencibir."Kedua orang ini benar-benar pasangan yang serasi. Setelah masuk beberapa saat, selain sedikit panik di awa