Sedangkan Julio juga bukan lagi bagian dari Surat Kabar Sino."Sudahlah, Julio sudah pergi, kalian juga sudah bisa tenang.""Julio adalah contoh terbaik bagi kita semua. Aku harap kalian bisa menganggap kejadian ini sebagai sebuah peringatan. Jangan menindas orang baru hanya karena status kalian sebagai senior.""Mengerti?""Mengerti," jawab rekan kerja lainnya."Kalau begitu, bubarlah."Bos kembali ke kantornya sendiri, sedangkan Dian duduk sebentar di tempatnya. Dian masih ingin pergi bertanya mengapa bosnya bisa tiba-tiba membela Dian seperti ini.Hanya saja, sebelum dia bisa mendekati kantor bosnya, dia mendengar suara panggilan telepon dari dalam ruangan.Dia berbalik untuk pergi, tetapi dia tiba-tiba mendengar namanya disebut."Baik .... Saya sudah melakukan sesuai instruksi Anda. Dian juga nggak tahu kalau kami menyingkirkan Julio karena instruksi Anda.""Iya, Anda bisa tenang. Dia nggak akan tahu.""Baiklah. Pak Phillip, kami menyambut kedatangan Anda di Surat Kabar Sino."Pak
Dian menekan bahu Bos agar Bos duduk di sofa dan bertanya, "Bos, ini namanya bukan menyusahkan, deh?""Dari awal, aku adalah korban dalam masalah ini, bukan?""Aku juga selalu mencari cara untuk menyelesaikan masalah Julio menyebarkan rumor tentangku. Tak kusangka, Bos dan pimpinan kita ternyata begitu memedulikan bawahan dan menyelesaikan masalah ini untukku.""Tapi, aku ingin tahu, kenapa hal ini berhubungan dengan Phillip?""Lagi pula, aku sudah dengar semuanya. Sebaiknya Bos beri tahu aku dengan jujur.""Kalau dia membantu dalam hal ini, aku juga harus berterima kasih padanya, bukan? Bos juga nggak berharap agar kebaikannya padaku sia-sia, 'kan?"Ucapan Dian tidak berhubungan dengan Bos. Hanya saja, Bos berpikir, jika Phillip berniat untuk membantu Dian, mungkin saja Phillip menyukai Dian ....Apa pun alasannya, asalkan Bos bisa melepaskan dirinya dari masalah ini, masalah antara Dian dan Phillip tidak lagi berhubungan dengannya."Kamu ini, lain kali, jangan menguping di dekat kant
"Lain kali, malam-malam begitu, jangan pergi sendirian lagi.""Mengerti?"Dian memonyongkan bibirnya dan menjawab, "Kepolosanku penting, tapi begitu pula dengan kepolosan pria. Selain itu, kalau bukan karena wartawan lainnya nggak bersedia untuk tetap menunggu di sana, mana mungkin hanya tersisa aku sendiri di sana?""Bos, sudah kubilang, masalah ini harus terus diselidiki. Aku sudah tahu apa yang terjadi, aku juga sudah beri tahu Bos. Kenapa Bos nggak bersedia melakukannya?""Masalah ini adalah bahan berita yang sangat bagus bagi Surat Kabar Sino!"Dian tidak bisa membujuk bosnya dengan ketidakadilan, jadi dia hanya bisa menggunakan cara ini.Terkadang-kadang, hanya dengan mengungkapkan semua keuntungan yang ada, masalah ini baru lebih mudah diselesaikan. Dian merasa sangat tidak berdaya."Sudahlah, lagi-lagi kamu membicarakan hal ini denganku. Sudah kubilang, nggak boleh! Jangan bertindak gegabah, mengerti?""Kalau kamu punya waktu luang, sebaiknya kamu pikirkan dengan baik bagaimana
"Ternyata Pak Phillip juga bisa malas bekerja, ya?" tanya Dian dengan usil. Phillip pun tersenyum dan menjawab, "Aku juga manusia, bukan robot. Tentu saja terkadang-kadang, aku bisa malas kerja.""Kalau begitu, biasanya, pada saat seperti ini, bagaimana Pak Phillip akan mengatasi perasaan negatif seperti ini?" tanya Dian lagi. Dia tidak menyangka bahwa Phillip akan memberinya jawaban seperti ini."Tentu saja aku langsung bolos kerja. Aku presiden direktur, jadi aku punya hak ini," jawab Phillip.Dian pun tertawa. "Pak Phillip benar-benar humoris, ya."Phillip menyesap kopinya dan bertanya, "Nona Dian, kenapa kamu mengajakku bertemu hari ini? Jangan-jangan karena masalah tanah itu, ya?"Dian langsung menggeleng dengan tegas dan menjawab, "Nggak ada hubungannya dengan masalah itu. Tapi, kalau Pak Phillip bersedia untuk membahas tentang hal itu, aku juga akan sangat senang.""Sebenarnya ...."Dian menggigit bibirnya, dia tidak tahu harus bagaimana memulai pembicaraan ini. Dia menyadari ba
"Hari itu, saat kita bertemu, aku bahkan bersikap kesal padamu, tapi kamu malah membantuku.""Pak Phillip benar-benar murah hati, ya?"Nada bicara Dian agak sinis. Dia tidak bisa mengendalikan kekecewaan dalam hatinya, dia juga tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.Phillip menjawab, "Nona Dian, aku juga nggak akan membantu siapa pun.""Kita juga sudah kenal. Dari dua kali pertemuan sebelumnya, aku tahu kalau Nona Dian bukanlah orang seperti itu.""Terlebih lagi, kalau aku nggak melihatnya, aku nggak akan peduli. Tapi, aku sudah melihatnya, jadi aku nggak mungkin hanya duduk diam.""Lagi pula, kerja sama dengan Keluarga Sandiga sudah masuk agenda. Dengan membantumu, aku juga bisa menyanjung ayahmu."Dian mengangkat kepalanya dengan agak terkejut. Dia membuka mulutnya, tetapi dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Phillip akan memberikan alasan seperti ini.Namun, ucapan Phillip juga tidak berasal dari lubuk hatinya. Sejak jamuan malam ha
"Karena Pak Phillip sudah berbicara seperti ini, aku juga sudah merasa tenang. Aku yakin, kalau aku memberi tahu Nando kabar ini, dia pasti akan sangat senang," kata Dian.Dian menyilangkan tangannya, seakan-akan dia sudah setuju untuk tidak lagi ikut campur dalam masalah ini.Namun, Phillip tahu bahwa Dian tidak akan menyerah dengan sepatuh ini."Biar aku peringatkan sekali lagi. Nona Dian, jangan coba-coba untuk menyelidiki pihak pengembang itu secara sembunyi-sembunyi.""Kalau sampai terjadi masalah, nggak ada yang bisa menyelamatkanmu."Nada bicara Phillip sangat tegas, sehingga Dian hanya bisa mengangguk dengan patuh."Baiklah, kamu juga sudah berbicara seperti ini, mana mungkin aku masih mengambil risiko itu?""Sudahlah, aku sudah menanyakan hal yang mau aku tanyakan padamu. Karena kamu juga sudah memberiku jawaban, aku pergi dulu, ya."Dian langsung memasukkan dokumen yang dia bawa ke dalam tasnya dan pergi dengan sangat tegas.Sedangkan Phillip masih duduk di tempatnya. Dia tid
Yessy berkata, "Kalau begitu, kamu bisa membeli foto itu, ada banyak sekali cara untuk menyelesaikan masalah ini. Sudahlah, sepakat, ya. Besok, datang jemput aku ....""Baik," jawab Phillip.Setelah panggilan ini dimatikan, Phillip malah tidak bisa menahan diri dari membuang napas. Hubungan antara dia dengan Yessy lebih dekat daripada teman, tetapi sangat susah untuk dibawa ke tahap selanjutnya. Dia tahu bahwa dia akan selalu keberatan tentang kejadian itu.Oleh karena itu, hubungan mereka juga hanya bisa sebatas ini.Setelah Yessy mengakhiri panggilan ini, senyuman di wajahnya menghilang. Dia menatap manajernya dengan ekspresi dingin."Besok, paparazinya sudah diatur, 'kan?" tanya Yessy."Sudah, tapi kamu yakin, nggak? Kalau Pak Phillip difoto, dia pasti akan marah besar. Sampai sekarang, dia juga nggak pernah diekspos di internet ...."Mila masih merasa ragu. "Kalau kamu berbuat seperti ini, bukankah kamu akan membuatnya menjauh?"Yessy langsung berseru, "Kamu tahu apa? Kamu sama sek
Setelah berpikir sejenak, Dian mengambil data orang tersebut dan memutuskan untuk menanyakannya secara langsung kepada Lesti."Eh, Dian sudah pulang, ya? Kamu sudah makan belum? Bagaimana pekerjaanmu belakangan ini? Lancar?"Setiap kali Dian pulang ke rumah, Lesti selalu menanyakan beberapa pertanyaan itu padanya seperti siaran ulang radio rusak. Dia sudah bosan mendengar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh ibu tirinya itu. Terlebih lagi, wanita itu bukan benar-benar menginginkan jawaban darinya, melainkan setelah mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu dan didengar oleh para pelayan, maka wanita itu akan merasa tugasnya sudah selesai.Lesti berbalik, hendak kembali ke kamarnya. Dian tidak suka bertemu dengannya, dia juga malas memedulikan putri tirinya itu."Tunggu ...."Tak disangka, Dian malah menghentikannya."Nona Besar, ada apa lagi denganmu? Sepertinya belakangan ini aku nggak menyinggungmu, 'kan?"Sebelum bocah sialan itu menikah, Lesti sudah memutuskan untuk menahan diri unt
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen