Kalana menarik kerah baju pria itu, lalu berkata dengan lembut, "Agam, aku dan Pamela sudah saling mengenal. Dia ternyata sama seperti perkataanmu. Pamela adalah wanita yang sangat baik. Aku juga sangat menyukainya."Agam menarik tatapannya dari Pamela dan berhenti memperhatikan Kalana. Pria itu pun berkata dengan lirih, "Pergi dan gantilah bajumu! Aku akan menyuruh Ervin untuk mengantarkanmu pulang. Keluargamu sudah mengkhawatirkanmu."Kalana sepertinya tidak rela. Akan tetapi, dia tetap mengangguk dengan patuh dan berkata, "Baiklah! Kalau begitu aku pulang dulu."Pria itu pun menyahut datar dan kembali mengangkat wajahnya. Wajahnya cemberut ketika menemukan bahwa Pamela yang tadinya masih berdiri di sana sudah menghilang.Ketika Agam berbicara dengan Kalana, Pamela langsung berbalik dan naik ke lantai atas, lalu pergi ke kamarnya. Menjadi orang ketiga bukan hal yang menarik....Begitu masuk ke dalam kamarnya, Pamela bisa merasakan bahwa ada yang sudah menyentuh barang-barang di dala
"Semalam aku dan teman-teman ngobrol sampai larut malam. Jadi, aku pun nginap di sana."Agam langsung membungkuk mendekatinya dan bertanya, "Teman apa? Laki-laki atau perempuan? Siapa namanya? Di mana rumahnya?"Pria itu pun menanyakan beberapa pertanyaan sekaligus sehingga Pamela merasa sikap Agam sudah berlebihan. Karena tidak tahan lagi, wanita itu pun meledak."Paman, apa aku nggak boleh punya teman? Apakah karena tinggal di sini, aku sama sekali nggak boleh punya privasi, apakah aku harus memberi tahu semua detailnya kepadamu? Kalau begitu aku ingin tanya, apa bedanya aku tinggal di penjara dengan tinggal di sini?"Agam tersentak dan memicingkan matanya. Dia memperhatikan sosok wanita bertubuh kecil yang tidak senang dan marah-marah padanya. Agam tidak marah melainkan tersenyum. Rasa lelah yang ada padanya telah menghilang separuh.Gadis ini sepertinya sangat bersemangat dan masih punya tenaga untuk bertengkar dengannya.Agam hanya memperhatikannya dan tidak bertengkar dengannya.
Lengan pria itu bergerak ke arah punggung Pamela, lalu menggenggam erat pinggangnya dan mendorongnya mendekat. Tubuh mereka berdua yang masih diselimuti pakaian itu bertubrukan dan begitu dekat sehingga tidak ada celah di antara mereka.Napas mereka berdua begitu dekat dan bibir mereka sebentar lagi akan bertemu ....Tiba-tiba begitu dekat seperti ini membuat hati Pamela berdebar sekaligus merasa agak kesal.Apa sebenarnya yang sedang Paman lakukan?Kalana baru saja pergi.Kalau dia tidak melihat Kalana muncul dengan memakai piama di tempat ini dan mengetahui Paman baru bercinta semalam dengan Kalana, mungkin sekarang Pamela akan mengira bahwa Paman sebenarnya masih bersikap lumayan baik padanya. Paman masih perhatian dan mungkin saja mulai memiliki perasaan untuknya.Hanya saja, pria ini jelas-jelas baru menghabiskan malam dengan Kalana. Sekarang, dia masih punya energi untuk menggodanya?Huh! Dasar pria!Pamela tersadar dan memalingkan wajahnya untuk menghindari ciuman yang hampir me
Agam hanya mengulangi salah satu poin penting dari ucapannya dengan ketus, "Kamu nggak keberatan kalau aku membawanya keluar?"Pamela mengangguk. "Ya, tentu saja!"Wajah Agam tiba-tiba menjadi suram dan menggerakkan sudut bibirnya untuk membentuk sebuah seringaian yang menakutkan.Pamela bersiap untuk pergi ke ruang tamu setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan.Sebelum pergi, dia menepuk bahu Agam seperti seorang teman dekat, kemudian berkata dengan nada menggoda dan penuh perhatian, "Paman, apa kamu lelah karena semalam? Istirahatlah yang baik. Meskipun staminamu bagus, jangan terlalu memaksakan diri!"Agam menyipitkan matanya. "Pamela, kamu pikir apa yang kulakukan semalam?"Agam tahu persis apa yang telah dia lakukan.Siapa yang berani mengatakan hal seperti itu padanya?Pamela mengerucutkan bibirnya. "Paman, maksudku itu meski sekarang kamu masih muda dan kuat, kamu akan menua sebelum waktunya kalau melakukan aktivitas seksual secara berlebihan. Agar bisa hidup panjang umur d
"Sakit ....""Paman, sakit ...."Suara gadis itu bergetar dan mengatupkan giginya perlahan dengan wajah pucat. Dia terlihat seolah sudah tidak bisa bertahan lagi.Pria itu bergerak sejenak dan sorot matanya menjadi gelap.Dia masih belum menyentuh Pamela, jadi apanya yang sakit?Sejak awal, Agam tidak berniat melakukan apa pun padanya. Dia hanya merasa sangat marah dan ingin menakut-nakuti gadis kecil itu!"Mana yang sakit?"Pamela mengernyitkan dahi karena tidak nyaman, bulu matanya bergetar dan kedua matanya memerah. "Ta ... tanganku sakit ...."Tangan?Agam menengadahkan kepala dan melihat kedua tangan mungil yang tertahan di cermin rias dan pupil matanya tiba-tiba menyusut.Pria itu langsung melepaskan Pamela, lalu memegang tangannya untuk memeriksanya ....Saat ini, tangan mungil Pamela memerah dan bengkak.Pria itu mengernyitkan dahi dan bertanya padanya dengan suara rendah, "Ada apa ini? Apa yang telah kamu lakukan?"Pamela menggelengkan kepalanya dengan lemah dan terlalu lemas
Tenggorokannya baru terasa membaik setelah minum banyak air.Pamela bersandar di kasur dan bertanya pada Adsila, "Adsila, kok kamu bisa ada di sini?"Adsila meletakkan cangkirnya dan menjawab, "Paman menelepon dan memintaku untuk membantumu membelikan satu set pakaian dalam perempuan yang bersih dan nyaman untuk dibawa ke rumah sakit. Aku baru berani datang setelah membelinya."Pakaian dalam?Pamela tiba-tiba merasa malu dan tiba-tiba menunduk pada dirinya sendiri ....Dia ingat sebelum pingsan, dia dikunci di kamar mandi oleh Paman dan seluruh tubuhnya basah kuyup.Meski sekarang dia mengenakan gaun rumah sakit, pakaian dalam di bawahnya memang kering dan sudah diganti."Siapa yang membantuku mengganti celana dalamku?" tanya Pamela dengan alis berkerut.Adsila berkata, "Bibi, aku yang membantumu berganti pakaian, juga melepas pakaian basahmu!"Pamela menghela napas lega dan tidak lagi merasa malu. "Oh, baguslah kalau begitu!"Adsila menambahkan, "Tapi Paman juga ada untuk membantu kar
"Paman, kamu sudah kembali!"Begitu melihat Agam masuk, Adsila langsung bangkit dari kasur untuk memberi ruang bagi pamannya.Setelah itu, dia melihat Kalana masuk di belakang pamannya dengan tertegun dan tanpa sadar dia berbalik untuk melihat reaksi bibinya ....Pamela terlihat sangat tenang dan tidak terlihat ada perubahan emosi apa pun."Sudah bangun?"Agam berjalan perlahan ke samping kasur dan berdiri dengan penuh wibawa. Tangannya diselipkan ke sabuk dengan anggun dan sorot matanya yang tenang menatap Pamela."Ya."Pamela menganggukkan kepala, kemudian menatap sepasang mata sipit dan tampan Agam sebelum memalingkan wajahnya untuk menatap Kalana yang mengikutinya.Pria itu menyadari kecurigaan Pamela dan menoleh untuk melihat Kalana di sampingnya, lalu berbalik dan menjelaskan dengan tenang, "Dia ingin datang melihatmu."Adsila berdiri di samping dan mendengus yang hampir tidak terdengar dari lubang hidungnya.Kalana juga mengenakan gaun rumah sakit besar seperti Pamela dengan kai
Setelah mendengar kata Kalana, Agam pun menatap Pamela untuk menunggu maksudnya.Dia tahu kalau Pamela sejak kecil tinggal di kampung, jadi hubungannya dengan Keluarga Alister tidak begitu akrab. Namun, kalau sekarang dia mau bertemu keluarganya, Agam bisa memuaskan kemauannya."Terima kasih, sayangnya aku nggak ada keluarga lagi."Pamela berkata tanpa ekspresi.Kalana berekspresi kaget. "Apa? Ini .... Maaf Pamela, aku nggak tahu ....""Nggak apa-apa."Pamela hanya mencibir dengan acuh tak acuh.Sebenarnya kalau punya keluarga seperti Keluarga Alister, mending tak usah saja sekalian.Melihat Pamela tak marah, Kalana merasa sangat terharu sambil menarik tangan Pamela yang diperban dan berkata dengan sedih."Kak Pamela, kamu baik sekali! Jodoh kita sungguh ajaib, baru kenal sehari, sudah dirawat di rumah sakit! Kelak, kamu bisa menganggapku sebagai adik kandungmu. Kalau kamu ada kesulitan dan membutuh bantuanku, bisa mencariku."Kalana memegang tangan Pamela yang alergi dengan pelan, tib