Sepertinya Pamela sedang jengkel hari ini.Menyadari dirinya sembarangan berbicara dan membuat Pamela marah, Marlon segera mendekat untuk meminta maaf, "Bos, maafkan aku. Nggak akan kuulangi lagi ...."Pamela hanya merasa jengkel, tetapi bukan jengkel pada Marlon. Dia memutar matanya dengan tak berdaya, lalu berkata, "Sudah, jangan sok kasihan! Akhir-akhir ini, apa ada karya Berenice yang dipasarkan?"Marlon menjawab dengan serius, "Nggak ada. Semua karya lukis yang dipasarkan akhir-akhir ini adalah karya pelukis luar negeri. Jarang ada karya pelukis dalam negeri."Pamela memicingkan matanya dan tatapannya menjadi suram. "Ya, bantu aku pantau terus.""Baik, Bos!"Sejak tahu dirinya bukan anak kandung Darius, Pamela makin tidak sabar ingin menemukan petunjuk tentang ibunya.Pamela ingin tahu siapa dirinya.Siapa ayah kandungnya? Mengapa pria itu meninggalkan dia dan ibu?Mengapa ibu meninggalkannya di rumah sakit dan tidak pernah kembali? Mengapa ibu menyuruh pria yang tidak memiliki ik
Ariel sibuk mengambil gelas susu yang ada di tangan Pamela dan meletakkannya di samping. Setelah itu, dia pun mengambil selembar tisu dan menyerahkannya kepada Pamela. Ariel juga membantu memijat punggung Pamela dengan lembut.Setelah batuk sejenak, napas Pamela akhirnya menjadi lebih stabil. Wanita itu pun berkata, "Ariel, benar sekali yang kamu katakan. Hari ini suasana hatiku memang lagi nggak bagus."Ariel mengangguk, lalu mengikuti alur pembicaraannya. "Benar! Kenapa suasana hati Bos bisa jadi buruk?"Begitu membahasnya, mata Pamela tiba-tiba saja seperti ada kobaran apinya ketika berkata, "Karena Paman telah melakukan hal yang sangat aneh. Padahal hari ini semuanya baik-baik saja. Dia malah menyuruhku ke sana untuk menyaksikan pertemuan kembali mereka. Dia nggak peduli bagaimana situasi yang sesungguhnya, lalu kenyataannya aku masih adalah istri sahnya. Mau taruh di mana mukaku ini?"Ariel pun cemberut dan berkata, "Kalau seperti ini ... memang agak keterlaluan."Pamela mengerutk
Ariel pun mengangkat pundaknya dengan santai. Kekurangan kecilnya itu bukan hal yang penting. Dia tidak ingin bosnya mengkhawatirkannya.Jadi, wanita itu pun tidak menggubris Pamela dan melanjutkan topik sebelumnya, "Oh, ya! Bos, Marlon juga memiliki penampilan yang lumayan. Dia adalah berondong yang memiliki tinggi 180 cm lebih dengan pundak yang lebar serta pinggang yang kecil. Dia juga memiliki otot perut. Apa menurutmu dia juga seksi?"Pamela, "..."Tidak sama sekali!Meskipun Marlon adalah tipe pria yang bisa membuat banyak wanita jatuh cinta kepadanya, di mata Pamela, Marlon tetap sama dengan Marlon yang masih kecil. Dia adalah pria bodoh yang tidak pernah bisa bersikap serius.Ariel pun meremas pundak Pamela dan berkata, "Bos, di sinilah letak perbedaannya. Bukan semua lelaki tampan bisa membuatmu merasa mereka seksi, bukan? Kesimpulannya, kamu sudah memiliki perasaan untuknya."Apa maksud Ariel?Apa Ariel mengatakan bahwa dirinya memiliki perasaan untuk Paman?Pamela langsung m
Kalana memiliki postur yang sedikit lebih pendek jika dibandingkan dengan Pamela. Wanita itu memiliki kulit yang sangat putih seolah-olah dia itu sedang sakit.Alis matanya terlihat sangat halus, lembut dan penuh perasaan seperti lukisan realitas barat yang terkenal. Di antara alisnya terdapat sebuah tahi lalat kecil.Wanita itu juga memiliki mata yang bundar dengan sudut mata menukik ke bawah dan terkesan seperti rusa riang yang sama sekali tidak peduli dengan dunia.Kalana sangat cantik dan kecantikannya termasuk kecantikan yang tidak mengancam. Penampilan Kalana membuat orang-orang tidak sadar jadi ingin melindunginya ketika melihatnya.Hanya saja, wanita ini memakai piama dan turun membuka pintu tanpa memakai alas kaki.Kelihatannya, semalam dia sudah bermalam di tempat ini.Begitu menyadari hal tersebut, Pamela pun mengangkat sudut bibirnya dengan sinis.Untung saja semalam Pamela juga tidak pulang. Kalau tidak, situasinya tentu akan sangat canggung.Pamela lantas mengejek bahwa P
Mata Kalana yang bundar terus memperhatikannya. Wanita itu melangkah mendekatinya dan berkata, "Rupanya kamu adalah Pamela."Pamela mengangguk dan membalas, "Benar! Aku adalah Pamela."'Ada apa? Mau berkelahi?'Kalana berjalan mendekati Pamela. Wanita itu tiba-tiba saja menarik tangan Pamela seolah-olah mereka sangat dekat. Wajahnya terlihat penuh permintaan maaf ketika berkata, "Maaf, aku nggak tahu kamu adalah Pamela. Aku kira kamu adalah tamu ...."Pamela tidak terlalu terbiasa memiliki kontak fisik dengan orang yang baru pertama kali ditemuinya. Wanita itu pun menarik kembali tangannya dengan tenang dan tersenyum datar sambil membalas, "Nggak masalah. Kita nggak pernah berjumpa. Wajar kalau kamu nggak mengenaliku."Kalana sepertinya sama sekali tidak keberatan dengan tindakan Pamela yang menarik tangannya. Wanita itu tersenyum gembira dan berkata, "Pamela ketika aku berada di luar negeri, aku sering mendengar Agam mengungkit dirimu."Pamela langsung mengangkat alisnya dan berkata,
Kalana menarik kerah baju pria itu, lalu berkata dengan lembut, "Agam, aku dan Pamela sudah saling mengenal. Dia ternyata sama seperti perkataanmu. Pamela adalah wanita yang sangat baik. Aku juga sangat menyukainya."Agam menarik tatapannya dari Pamela dan berhenti memperhatikan Kalana. Pria itu pun berkata dengan lirih, "Pergi dan gantilah bajumu! Aku akan menyuruh Ervin untuk mengantarkanmu pulang. Keluargamu sudah mengkhawatirkanmu."Kalana sepertinya tidak rela. Akan tetapi, dia tetap mengangguk dengan patuh dan berkata, "Baiklah! Kalau begitu aku pulang dulu."Pria itu pun menyahut datar dan kembali mengangkat wajahnya. Wajahnya cemberut ketika menemukan bahwa Pamela yang tadinya masih berdiri di sana sudah menghilang.Ketika Agam berbicara dengan Kalana, Pamela langsung berbalik dan naik ke lantai atas, lalu pergi ke kamarnya. Menjadi orang ketiga bukan hal yang menarik....Begitu masuk ke dalam kamarnya, Pamela bisa merasakan bahwa ada yang sudah menyentuh barang-barang di dala
"Semalam aku dan teman-teman ngobrol sampai larut malam. Jadi, aku pun nginap di sana."Agam langsung membungkuk mendekatinya dan bertanya, "Teman apa? Laki-laki atau perempuan? Siapa namanya? Di mana rumahnya?"Pria itu pun menanyakan beberapa pertanyaan sekaligus sehingga Pamela merasa sikap Agam sudah berlebihan. Karena tidak tahan lagi, wanita itu pun meledak."Paman, apa aku nggak boleh punya teman? Apakah karena tinggal di sini, aku sama sekali nggak boleh punya privasi, apakah aku harus memberi tahu semua detailnya kepadamu? Kalau begitu aku ingin tanya, apa bedanya aku tinggal di penjara dengan tinggal di sini?"Agam tersentak dan memicingkan matanya. Dia memperhatikan sosok wanita bertubuh kecil yang tidak senang dan marah-marah padanya. Agam tidak marah melainkan tersenyum. Rasa lelah yang ada padanya telah menghilang separuh.Gadis ini sepertinya sangat bersemangat dan masih punya tenaga untuk bertengkar dengannya.Agam hanya memperhatikannya dan tidak bertengkar dengannya.
Lengan pria itu bergerak ke arah punggung Pamela, lalu menggenggam erat pinggangnya dan mendorongnya mendekat. Tubuh mereka berdua yang masih diselimuti pakaian itu bertubrukan dan begitu dekat sehingga tidak ada celah di antara mereka.Napas mereka berdua begitu dekat dan bibir mereka sebentar lagi akan bertemu ....Tiba-tiba begitu dekat seperti ini membuat hati Pamela berdebar sekaligus merasa agak kesal.Apa sebenarnya yang sedang Paman lakukan?Kalana baru saja pergi.Kalau dia tidak melihat Kalana muncul dengan memakai piama di tempat ini dan mengetahui Paman baru bercinta semalam dengan Kalana, mungkin sekarang Pamela akan mengira bahwa Paman sebenarnya masih bersikap lumayan baik padanya. Paman masih perhatian dan mungkin saja mulai memiliki perasaan untuknya.Hanya saja, pria ini jelas-jelas baru menghabiskan malam dengan Kalana. Sekarang, dia masih punya energi untuk menggodanya?Huh! Dasar pria!Pamela tersadar dan memalingkan wajahnya untuk menghindari ciuman yang hampir me